Dan inilah waktunya, berada di kelas seseorang yang pernah berkonflik dengan Ulfah, sebenarnya konfliknya bukan sejenis konflik panas tetapi yah, santai, tetaplah santai.
Memasuki ruangan itu, nyatanya sudah banyak ada mahasiswa dan mahasiswi di sana. Namun, tiada batang hidung sang dosen di sana, Ulfah mengecek jam di ponselnya.
Memang belum jamnya, sih.
"Kamu akan berdiri di sana?" tanya seseorang, Ulfah menoleh ke belakang dan agak terperanjat karena ada Dean di sana.
Tidak lagi dengan jaket kulitnya, pria itu memakai pakaian formal pria, begitu santai.
"Ma-maaf, Pak." Ulfah segera membungkuk hormat dan berlari menjauh, ke kursi kosongnya.
Dean tersenyum memperhatikan tingkah lucu tersebut, meski agak sedih karena Ulfah seketika berubah mengetahui dia adalah dosen. Dia masih memperhatikannya ketika saat akan duduk, seorang wanita di sampingnya langsung menghalangi dengan tas.
"Sorry, ini tempat duduk temen gue, ke belakang aja."
"Oh, maaf." Ulfah hanya tersenyum polos dan mengalah, duduk di belakang mereka.
Dean terus memperhatikan hal tersebut, sampai akhirnya dia memulai pembelajaran, semua berjalan mulus, meski ada sesuatu yang terjadi di depannya. Entah kenapa, sudah pertengahan jam Dean, teman cewek itu tak muncul duduk di bangku tadi.
Jadi, karenanya, Ulfah menoel bahu cewek tersebut.
"Apaan, sih?" Cewek itu menoleh, agak judes.
"Mm teman kamu ... kenapa gak dateng-dateng?" tanya Ulfah, begitu polosnya.
Si cewek mendengkus. "Gak tau, jangan ganggu gue, gue mau fokus."
Mendengarnya, Ulfah hanya tersenyum, meski dia agak sedih karena sepertinya dia tak suka padanya.
"Dasar ayam kampus." Dia bergumam pelan, Ulfah merasa dia mendengar sesuatu ... entah apa itu, dari insan di depannya.
Mungkin salah dengar.
Omong-omong soal pembelajaran Dean, seprofesional dosen, tak ada yang hal lain dan akhirnya waktu selesai. Tinggal satu matkul lagi dan Ulfah bisa pulang, sementara Dean sepertinya akan pulang lebih awal.
Mereka berpisah sampai di sana dan Ulfah menuju mata kuliah berikutnya.
Semua selesai dengan mulus, Ulfah pun mulai berjalan keluar untuk pulang, mungkin dia akan memesan tumpangan online, jalan kaki terlalu melelahkan.
Namun, siapa sangka ....
"Kamu pulang jalan kaki atau ada jemputan?" Itu Dean, dan sepertinya pria itu hobi mengagetkan seseorang dengan kedatangannya tiba-tiba.
Seperti kucing.
Sekejap, dia ada, lalu kemudian, dia tak ada.
"Eh um ... Pak Dean." Masih ada kecanggungan di antara mereka. "Saya mau pesan online, Pak."
"Oh, begitu." Dean kini berada di depan, begitupun Ulfah, yang mulai memesan ojek online, meski dia menoleh ke samping. Kenapa pria itu berdiri di sampingnya? Apa dia juga memesan?
"Bapak naik ojek juga, ya?" tanya Ulfah.
"Saya jalan kaki, kok. Hanya menunggu jalanan biar bisa ke seberang." Oh, benar juga. "Saya duluan, Ulfah."
"Iya, Pak. Hati-hati di jalan."
"Kamu juga." Dean mengangguk dan berjalan ke seberang, sementara itu ojek Ulfah telah sampai. Dia segera naik dan sang ojek menjalankan motornya dengan kecepatan stabil.
Kembali dia bertemu Dean yang berjalan, mereka saling melambaikan tangan di sana. Sejenak, Ulfah jadi merasa bersalah akan hal tersebut, merasa tak sopan.
Uh, harusnya dia jalan kaki juga, apa susahnya menahan lelah sebentar, kan itu hal bagus untuk menjadi mahasiswi teladan. Bodohnya dia, Pak Dean pasti akan makin kesal padanya huhu.
Oke, sekarang, Ulfah harus mengubah situasi.
Malam ini, dia akan memasak lumayan banyak, untuknya, untuk keluarga di sana, dan pasti ... untuk pria itu.
Semoga, bisa jadi permintaan maaf yang bagus.
BERSAMBUNG ....
•••
Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie
KAMU SEDANG MEMBACA
Dosen Kucing ✅
RomancePak Dean .... Pak Dean?! Mata Ulfah membulat sempurna. "Ayo, Ulfah, ayo kita masuk, matkul kamu apa pagi ini?" "Pak-Pak-Pak Dean?! Ka-kamu ... ma-maksud saya, Bapak, Bapak dosen di sini?"