Chapter 02

5.3K 102 0
                                    

"Aunty Ulfah, jangan lupain kami, ya!"

"Aunty Ulfah, sering-sering dateng ke sini."

"Bye Aunty, nanti janji ya jadi gurunya di sekolah kami!"

Ulfah tak tega meninggalkan keluarga kecil ini, tetapi dia punya mimpi, dan mereka mempercayakan mimpi itu padanya. Toh, sebenarnya dia juga sadar ini tak benar-benar meninggalkan, karena dia akan selalu bisa bertemu mereka.

Sesungguhnya, sih, rumah Ulfah dekat saja dari sini, kok. Mungkin terkesan lebai tetapi Ulfah dan mereka punya ikatan spesial jadi akan sulit melepaskan satu sama lain.

Namun, ini memang sudah seharusnya.

Setelah acara perpisahan Ulfah, merayakan wanita tersebut akan kuliah, Ulfah akhirnya pergi. Menuju rumah yang dibelikan Rachita padanya. Rumah yang lumayan besar, tetapi sederhana, dengan halaman lumayan luas. Rachita tahu sekali Ulfah senang mendekorasi sekitar jadi tak hanya rumah dan perabotan, ada juga tambahan lain yang mungkin akan Ulfah pakai, salah satunya tanaman.

Jasa Rachita dan keluarganya memang tiada duanya.

Ulfah tak menunggu lagi, sang wanita segera beres-beres seraya tersenyum bahagia. Semua ditata ini itu ditata, dan akhirnya rumah kelihatan sangat indah.

Namun, rasanya, tetap ada yang kurang.

Ya, biasanya ramai, sekarang sunyi, tetapi tak mengapa ... dia masih bisa melakukan ini.

Video call dengan Rachita dan yang lain.

"Halo, Mbak Rachita, Mas Adnan, Tanaya, Banyu, Hansel!" sapanya pada mereka semua seraya tertawa.

"Aunty Ulfah!!!" Ya, ini membahagiakan.

Puas melepas rindu, hari semakin larut, kegiatan lain terselesaikan dengan baik jadi dia tinggal tidur dengan nyenyak, karena hari besarnya sebentar lagi.

Ya, Ulfah akan mulai kuliah, bukan besok tetapi seminggu lagi dikarenakan ia harus mengejar ketertinggalan. Dia gap year cukup lama soalnya.

Keesokan paginya ....

Ulfah mengawali hari pertamanya hidup sendiri, seperti biasa, tetapi hari ini dia memasak banyak kue-kue mangkuk. Kemarin, karena sibuk beres-beres, dia tak bertemu dengan tetangga sama sekali. Jadi, kali ini, dia mau membagikan sedikit kue pada mereka.

Kebetulan sekali Rachita juga menyiapkan bahan mentah, banyak sekali, jadi makin mudah mengolahnya. Apa dia kirim ke anak-anak juga?

Ide bagus.

Banyak kue yang dibuat Rachita, dan masing-masing dua akan diberikan pada tetangga di gang mungil tak terlalu banyak rumah ini. Semua beres dalam kotak mini, bersama beberapa ucapan, dan kotak besar nanti akan dia kirim via jasa ojol. Mulailah, Ulfah membagikannya.

Tetangga yang ada beragam, ada yang ramah, ada yang agak gimana, tetapi sejauh ini baik. Mereka juga senang diberi Ulfah, tanya sekadar perkenalan, dan setelah itu barulah dia ke rumah berikutnya.

Saat ingin mengetuk pintu, siapa sangka sang empunya rumah sudah membuka pintu. Pria berjaket kulit, membawa tas serta memakai masker.

"Maaf, ada yang bisa saya bantu?" tanya pria itu, sepertinya seumuran Ulfah.

"Oh, ini ada sedikit hadiah, saya tetangga baru kamu yang tinggal di sana." Ulfah menunjuk rumahnya, sekilas pria itu menoleh.

"Oh, terima kasih banyak, kapan kamu pindah?" Dia menerima bingkisan dari tangan Ulfah.

"Baru saja kemarin, oh ya lupa, nama saya Ulfah."

"Saya Dean." Keduanya bersalaman.

"Salam kenal, ya, Dean. Kalau begitu saya permisi dulu, mau bagi-bagi ke yang lain. Sepertinya Dean juga sibuk ya?" tanya Ulfah, tersenyum.

"Ah, iya, dah." Dean mengangguk. "Permisi dulu, ya." Ulfah beranjak pergi, sementara Dean menutup pintu dan menguncinya.

Ulfah kembali membagikan sisa yang ada, memesan ojol dan mengirim ke Rachita sekeluarga, sebelum akhirnya ... yang paling penting dari yang terpenting.

Belajar!

BERSAMBUNG ....

•••

Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie

Dosen Kucing ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang