- 2020 -
She is blooming.
---
Kalau Jiwoong boleh jujur, tugas akhir adalah masa paling berat selama 4 tahun lebih sedikit dia kuliah. Jiwoong memilih pusing menjadi ketua panitia festival dari pada harus merevisi proposal. Dia memang sudah melewati ujian tahap pertama, namun setelahnya Jiwoong benar-benar mandek. Otaknya seolah tak mau diajak kerja sama dan malah berhenti seperti jalan buntu. Jiwoong benar-benar dibuat frustasi.
Di dalam perpustakaan nan sunyi ini, dari banyaknya mahasiswa, ada beberapa dari tingkat akhir sepertinya. Dan Jiwoong melihat orang-orang itu tengah fokus dengan laptop dan buku tebal. Entah apa yang mereka kerjakan seserius dan selancar itu. Seperti jalan tol saja, tanpa hambatan.
Jiwoong iri, juga sedikit tertekan. Memikirkan alasan dirinya tidak bisa bekerja selancar dan semulus itu dalam mengerjakan skripsi. Baru kali ini juga selama kuliah, Jiwoong menyesal dengan pilihannya. Kenapa dia harus memilih jurusan Pangan dan Nutrisi? Kenapa pula dia harus memilih penelitian eksperimental?
Jiwoong mati gaya, tak tahu harus mulai dari mana. Dia bahkan belum memulai penelitian sedikit pun. Jiwoong juga tak tahu harus minta bantuan siapa. Teman-temannya sudah berpencar dengan topik penelitian yang berbeda. Selain sibuk juga mereka mementingkan diri sendiri, tentu saja.
Mencoba mencari bantuan dari dosen pembimbing, Jiwoong malah diminta membantu penelitian beliau yang dikerjakan asistennya. Katanya, agar Jiwoong dan asistennya bisa saling membantu karena topik penelitiannya mirip, alat yang digunakan juga sama. Tapi, hey, dengan penelitiannya sendiri saja Jiwoong sudah pusing. Sumpah!
Lagi pula, kalian tahu siapa asisten dari dosen pembimbing Jiwoong?
Si jenius pemilik nilai tertinggi satu fakultas, Song Hayoon.
Ya, orang yang dulu sekali pernah memancarkan aura kebencian pada Jiwoong. Tepatnya 2 tahun lalu pada malam keakraban.
Jiwoong pasti sudah sinting kalau benar-benar meminta bantuan Hayoon dalam penelitiannya. Maksudnya, bekerja sama dengan Hayoon dalam penelitian dosen dan penelitiannya sendiri. Tapi sumpah, Jiwoong benar-benar buntu sekarang. Dia butuh bantuan!
Rambutnya sudah seperti singa Maasai, tapi Jiwoong tak berhenti mengusaknya. Sekitar matanya mulai gelap karena kurang tidur, pipinya juga semakin tirus. Menatap lurus pada layar laptop dengan tatapan kosong berharap dapat inspirasi.
Jiwoong sudah hampir menarik rambutnya saat seorang gadis melintas dari sisi kanan. Aroma segar buah-buahan menyentuh tipis penciuman Jiwoong lantas mengalihkan perhatiannya. Netranya menangkap punggung seorang gadis yang tampak familiar. Lumayan tinggi, rambut ikalnya dikuncir kuda menyerupai ekor kelinci karena hanya sependek bahu. Gadis itu menuju meja penjaga dengan sebuah buku tebal untuk dipinjam.
Itu dia, Song Hayoon.
Jiwoong menghentikan aktivitasnya hanya untuk perang batin. Haruskah dia menghampiri Hayoon? Atau biarkan saja skripsi itu, mana tahu bisa selesai dengan sendirinya?
Oh, tidak! Tidak mungkin!
Barang-barang dirapikan secepat kilat, demi mengejar Hayoon yang hampir ke luar dari perpustakaan. Demi kelangsungan skripsi, Jiwoong membuang jauh-jauh harga dirinya untuk kembali berinteraksi dengan Hayoon. Gadis ketus dan tegas itu agaknya sedikit membuat Jiwoong trauma. Tapi kali ini demi skripsinya, demi kelulusannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Red Thread Of Fate » (Kim Jiwoong)
FanfictionSong Hayoon bersumpah, tak akan pernah mau berurusan dengan pria populer mana pun karena trauma masa lalunya. Maka dari itu, Hayoon selalu menghindari Kim Jiwoong. Kim Jiwoong, pria populer yang selalu mampu membuat gadis mana pun menjerit hanya den...