---
Stress Release.
---
Seharian ini Hayoon tampak ketus dan lebih galak dari biasanya. Dahinya senantiasa mengernyit bersama tatapan tajam yang ikut melengkapi. Dari perubahan tipis itu, Hai menyadari ada yang tidak beres dari Hayoon. Suasana hati wanita itu berubah setelah pria yang mengaku adiknya berkunjung. Hao yang sejak tadi hanya menemani jadi merasa khawatir.
"Hayoon, mau makan sesuatu setelah ini?"
"Gak."
Hao merasakan angin berdesir menerpa dirinya, begitu Hayoon menjawab dengan ketus. Namun, Hao segera tersenyum masih juga berusaha membujuk Hayoon untuk pergi.
"Kata anak-anak, ada kedai baru di sekitar sini. Mau mampir?"
Hayoon sontak menghentikan langkahnya, lalu menoleh menatap Hao yang sejak tadi mengekori. Pria itu tersenyum dengan sepasang mata yang berbinar penuh harap. Namun, semua cahaya itu tak kunjung sampai pada Hayoon. Tak juga memberi hangat pada hatinya yang begitu dingin. Hayoon justru membalas tatapan Hao dengan tajam juga agak mengintimidasi.
"I'm not in the mood, Hao. I just wanna go home."
Lagi-lagi Hao tersenyum seraya mengangguk pelan, paham dengan maksud wanita itu. Hayoon jelas sekali sedang tidak ingin diganggu. Maka, itu yang akan Hao lakukan. Dia tidak mau terlalu memaksakan sesuatu pada Hayoon. Hao menang selalu berusaha mendekati Hayoon, tapi dia tahu kapan harus memberinya ruang.
"Okay, then. Call me if you need anything. Okay?"
"Aku gak perlu apa pun." Hayoon kembali melanjutkan langkahnya menuju parkiran. Tentu saja dengan Hao yang masih mengikuti.
"Just in case..." Hao masih setia mengikuti Hayoon sampai wanita itu sampai ke mobilnya. Kemudian pria berwajah mungil itu melambaikan tangan dengan senyum, "Hati-hati di jalan."
Perhatian itu tampaknya tak sampai pada Hayoon. Wanita itu tidak membalas, justru menutup pintu rapat-rapat. Dari posisinya, Hao masih menunggu. Menatap mobil Hayoon yang perlahan mulai hilang dari pandangannya.
Kemudian helaan napas panjang lolos dari Hao. Hao tampak gelisah. Dia tidak masalah dengan Hayoon yang mengabaikannya, sungguh, Hao sudah terbiasa. Dia hanya mengkhawatirkan Hayoon. Takut kalau-kalau wanita itu memendam masalahnya sendiri. Juga takut kalau-kalau Hayoon kurang hati-hati berkendara karena suasana hatinya yang buruk. Hao hanya begitu peduli pada Hayoon.
---
Di antara mobil yang terparkir rapi, salah satu city car masih menyala dengan seorang wanita di dalamnya. Sabuk pengaman sudah dilepas, namun mesin masih menyalakan pendingin. Sementara wanita di kursi kemudi menggulir-gulir layar ponselnya dengan gelisah. Bukan aplikasi Instagram yang biasa dia buka, kali ini dia memeriksa akun LinkedIn seseorang yang belakangan ini dia cari informasinya. Akun itu satu-satunya yang bisa dia temukan setelah menghabiskan banyak waktu di media sosial mainstream.
"Pintar juga Jiwoong cari mangsa..." Hyewon masih setia menggulir layar ponselnya, membaca tiap postingan berbahasa Inggris yang kebanyakan sulit dimengerti. Bibir bagian bawahnya digigit sedikit dengan dahi mengernyit kesal. Lantas layar ponselnya dikunci menjadi gelap lalu dihempas ke kursi penumpang. Matanya menatap lurus ke depan dengan gelisah, memikirkan beberapa hal dikepala.
KAMU SEDANG MEMBACA
Red Thread Of Fate » (Kim Jiwoong)
FanfictionSong Hayoon bersumpah, tak akan pernah mau berurusan dengan pria populer mana pun karena trauma masa lalunya. Maka dari itu, Hayoon selalu menghindari Kim Jiwoong. Kim Jiwoong, pria populer yang selalu mampu membuat gadis mana pun menjerit hanya den...