- 18 -

48 5 0
                                    

---

Date, maybe.

---

Hayoon tak pernah menyangka Jiwoong akan membawanya ke taman hiburan. Hari sebelumnya dan selama perjalanan, Hayoon memang sempat bertanya dua kali tentang tujuan mereka. Namun, Jiwoong selalu membalasnya dengan senyuman, hanya mengatakan dia ingin memberi kejutan. Ternyata Jiwoong berhasil, Hayoon benar-benar terkejut. Hayoon pikir, taman hiburan hanya untuk anak kecil dan keluarga, bukan untuk orang dewasa seperti mereka. Benar, 'kan? Atau ada yang salah dengan pola pikir Hayoon?

Sepertinya memang ada yang salah.

Kini Hayoon sibuk memandangi penjuru tama hiburan yang tampak ramai dengan berbagai macam pengunjung. Hayoon baru sadar, jangkauan taman hiburan lebih luas dari yang dia kira. Mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga lansia, Hayoon melihat semuanya di sini. Orang-orang itu juga tersenyum dan tertawa seakan tak ada yang perlu dicemaskan.

Hayoon masih berdiri di bawah pohon rindang karena Jiwoong memintanya, dan seketika itu Hayoon sadar, begitu luasnya dunia yang belum pernah dia pijaki. Iya, ini pertama kalinya Hayoon mengunjungi taman hiburan. Menggelikan. Jangan diejek! Dia menyesal menolak Arin yang terus saja merengek mengajaknya ke taman hiburan.

"Mikirin apa?"

Hayoon teralihkan pada seorang pria tinggi yang mendekat. Rambut hitamnya ditata sedemikian rupa dan berbeda dari biasanya. Kaus putih berbalut kemeja putih dan celana jeans panjang itu tampak sangat serasi dengan proporsi tubuhnya yang sempurna. Dengan senyum lebar dan tangan yang penuh membawa dua corndog, Jiwoong menghampiri Hayoon dengan pesonanya yang menguar.

"Kenapa gak bilang kalau mau beli makanan?" Hayoon menatap Jiwoong terkejut, namun si lawan bicara malah tertawa kecil seraya menyerahkan satu corndog di tangan kanannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kenapa gak bilang kalau mau beli makanan?" Hayoon menatap Jiwoong terkejut, namun si lawan bicara malah tertawa kecil seraya menyerahkan satu corndog di tangan kanannya. "Berapa, Kak? Biar aku ganti."

"Sudah kuduga kamu bakal begitu. Makanya aku gak bilang."

Hayoon mengernyit, lumayan kesal dengan Jiwoong yang seenaknya. Kalau begini, Hayoon jadi merasa tidak enak. Jujur saja, dia tidak suka berutang pada siapa pun dalam bentuk apa pun. "Kamu udah bayar tiket, jangan buat aku merasa lebih berutang lagi," ujarnya begitu saja. Hayoon menatap lurus pada Jiwoong, memastikan pria itu mengerti maksud kalimatnya.

Jiwoong tertawa kecil lalu berujar dengan tenang, "Gak perlu merasa begitu, Hayoon. Kadang kita ingin memberi tanpa mengharapkan balasan. Benar, 'kan?"

Hayoon sempat tertegun. Entah kenapa dia merasa ditegur dengan suara super tenang milik Jiwoong dan itu membuatnya sedikit malu. Yah, terkadang perasaan itu memang ada saat kita benar-benar tulus ingin memberi. Dan Hayoon menyadari, ditolak saat kita benar-benar tulus tidak pernah terasa baik.

Red Thread Of Fate » (Kim Jiwoong)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang