---
When They Fall In Love
---
Tampak jelas ada yang berbeda dari Hayoon belakangan ini, Hao sangat memerhatikan perubahannya. Pertama, wanita itu lebih sering tersenyum, bukan hanya pada Hao, Hayoon juga lebih ramah pada para mahasiswa. Karena itu, suasa kelas terasa lebih segar alih-alih terlalu serius seperti yang sudah-sudah. Hayoon mulai jarang mengoceh saat ada mahasiswa yang sedikit kurang dalam tugasnya. Wanita itu juga tidak terlalu menyeramkan saat menangkap mahasiswa yang mulai mengantuk, bahkan tegurannya lebih terdengar seperti bercanda. Perubahan-perubahan positif itu tentu saja membuat para mahasiswa bertanya-tanya, hal ajaib apa yang membuat suasana hati Hayoon sebaik ini? Rasanya mereka ingin sujud berterimakasih.
Kalau begitu, sepertinya mereka harus berterimakasih pada Jiwoong. Hehe...
Kedua, Hayoon lebih sering memeriksa ponselnya, lalu tersenyum dengan pipi bersemu kemerahan. Tentu saja Hao menyadari detil sekecil itu, karena Hayoon tak pernah luput dari perhatiannya. Dan perbedaan kedua yang terasa sangat kecil itu, ternyata membuat Hao resah. Hao tak mau mengakuinya, tapi tingkah laku Hayoon mengingatkannya pada remaja kasmaran. Mungkin juga seperti dirinya sendiri jika menyangkut soal Hayoon. Bagaimana manik wanita itu bersinar, senyumnya, juga tingkah lakunya yang seolah membuat Hao bercermin. Ternyata Hayoon benar-benar jatuh cinta, ya? Hao tidak mau mengakuinya sebagai fakta.
"Ini kelas terakhirmu hari ini, 'kan?" Hao sengaja bertanya saat Hayoon tengah sibuk mengetik lewat layar ponselnya, berusaha menarik perhatian wanita itu.
"Hm?" Hayoon baru saja ke luar kelas saat pesan dari Jiwoong masuk. Hayoon membiarkan Hao menunggu sepersekian detik untuknya membalas pesan dari Jiwoong, lalu menyimpan benda pipih itu ke dalam saku blazer. "Iya," jawabnya singkat seraya menoleh sebentar pada Hao.
"Mau makan malam setelah ini? Aku tau tempat makan yang enak."
"Masa?"
Hao tertawa kecil melihat Hayoon merespon dengan candaan, bukan langsung menolak seperti biasanya. "Aku belum pernah coba, sih. Tapi kata anak-anak enak."
Hayoon tertawa, tidak terlalu lebar juga bukan tawa sekedar. Tawa ringan yang rasanya belum pernah Hao lihat sebelumnya. Entah bagaimana Hao harus menggambarkannya, Hayoon hanya tampak senang. Matanya yang membentuk bulan sabit itu bersinar, membuat Hayoon tampak beribu kali lipat lebih cantik. Hao sempat tertegun, menikmati indah walau hanya sepersekon. Sehingga akhirnya Hao kembali tertampar realita.
"Sorry, Hao... Aku ada janji."
Kecewa, Hao tersenyum miring tapi tetap berusaha terlihat tenang. Satu lagi perubahan yang Hao rasakan dari Hayoon. Wanita itu jadi lebih sibuk dengan kegiatan luar, janji-janji yang entah dengan siapa. Hao bertanya-tanya, "Belakangan ini kamu sibuk, ya?"
"Gak juga..."
"Aku lihat, kamu sering ada janji... Siapa kira-kira?" Hao mengucapkan kalimatnya dengan suara yang sedikit dibuat jahil. Dengan senyum yang dia pakai, Hayoon seharutnya tak curiga dengan maksud pertanyaan Hao. Setidaknya itu yang Hao pikirkan.
Seketika itu, pipi Hayoon tampak merona kemerahan. Bersamaan dengan manik kecoklatan yang terbuka lebar. Hayoon segera mengibaskan tangan ke udara seraya melangkah pergi dari Hao. "Bukan siapa-siapa!"
Hao sengaja mengejar Hayoon. Memandangi wajah malu-malu yang ternyata semakin membuatnya nyeri. Senyum malu-malu bukan untuknya, bukan juga karena apa pun tentang Hao. Pria itu semakin dekat dengan kesimpulannya, namun Hao seolah belum puas mengorek lebih dalam, "Siapa? Jangan-jangan... Kamu punya pacar, ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Red Thread Of Fate » (Kim Jiwoong)
FanfictionSong Hayoon bersumpah, tak akan pernah mau berurusan dengan pria populer mana pun karena trauma masa lalunya. Maka dari itu, Hayoon selalu menghindari Kim Jiwoong. Kim Jiwoong, pria populer yang selalu mampu membuat gadis mana pun menjerit hanya den...