- 5 -

99 18 3
                                    

---

They are good.

---

Sejak kejadian saling mengenali satu sama lain, Hayoon dan Jiwoong tampak semakin dekat. Bukan apa-apa, Hayoon merasa harus bersikap baik karena ternyata Jiwoong pernah menolongnya. Jiwoong juga mulai merasa nyaman berada di sekitar Hayoon. Tidak terintimidasi lagi, tidak terganggu lagi.

Syukurlah berkat itu, penelitian Jiwoong berjalan lancar. Dan hari ini adalah hari wisuda Jiwoong.

Orang populer seperti Jiwoong sudah pasti mendapat banyak hadiah. Mungkin dia perlu kantung besar untuk membawa semua hadiahnya. Makanya, Hayoon sebenarnya enggan memberi buket bunga pada Jiwoong. Selain karena Jiwoong sudah dapat banyak, dia juga malu. Karena jujur saja, Hayoon tak terlalu suka hal seperti itu. Tapi Arin memaksa.

Gadis mungil berponi itu bahkan memesan buket sendiri tanpa persetujuan Hayoon. Datang pagi-pagi ke rumah Hayoon hanya untuk membuatnya rapi dan menyeret gadis itu ke kampus. Mewujudkan cinta tak sampai melalui sahabatnya, Arin memaksa Hayoon memberi ucapan selamat pada Jiwoong.

Toh, Hayoon dan Jiwoong sudah saling kenal. Tak masalah jika harus memberi satu buket bunga sederhana sebagai ucapan selamat. Begitulah kira-kira pembelaan Arin.

Waktu istirahat di hari libur Hayoon terganggu, tapi entah kenapa dia tidak kesal. Hayoon malah merasa lumayan gugup begitu sampai pada kerumunan orang di halaman kampus. Sepertinya prosesi wisuda baru saja selesai, dan para wisudawan kini sibuk berfoto menikmati euforia.

"Song! Itu dia!" Arin menunjuk ke arah jam 10 dengan dagunya.

Dari kejauhan, Hayoon dapat melihat beberapa orang dengan jubah wisuda berkumpul di bawah pohon rindang. Dan di sanalah Jiwoong berada. Entah bagaimana Arin dapat menemukan Jiwoong. Hayoon tebak karena beberapa mahasiwi bergantian menghampiri untuk memberi hadiah.

Benar kan dugaan Hayoon. Lihat hadiah dan buket itu yang disusun banyak sekali.

Hayoon tak sempat menolak saat Arin tiba-tiba menariknya menghampiri kumpulan orang populer itu. Ingin sekali Hayoon protes, tapi langkah cepat Arin sudah membawanya mendekat. Begitu sampai, sepasang manik karamel milik Hayoon langsung bertemu dengan Jiwoong. Gadis itu diam, sepertinya tak akan berkedip kalau Jiwoong tak menyadarkannya.

"Hayoon?"

Yang dipanggil lantas mengerjap cepat lalu pandangannya bergerak gusar memerhatikan sekitar. Entah kenapa perasaannya semakin tak nyaman dengan tatapan orang-orang. Apa lagi teman-teman Jiwoong yang kini memberi atensi penuh. Hayoon tidak suka.

Hayoon sudah diam seribu bahasa, tapi Arin malah cengengesan dan bicara semaunya. "Halo, Kak! Selamat ya sudah lulus. Aku di sini buat antar Hayoon..."

Arin menyiku lengan Hayoon dan langsung mendapat kernyitan dalam olehnya. Arin menunjukkan cengiran lebar pada Hayoon, mengode untuk segera menyelamati Jiwoong. Lantas Hayoon memutar bola mata malas, lalu kembali beralih pada Jiwoong.

"Selamat ya, Kak." sederhana, lalu Hayoon menyerahkan buket bunga pada Jiwoong yang diterima dengan senyum lebar. Seketika itu, suara tawa menggoda dari teman-teman Jiwoong terdengar. Sontak Hayoon menurunkan tangannya, disembunyikan ke belakang dan maniknya bergerak gusar. Tak ada senyum terukir di bibirnya, Hayoon memang tidak tersenyum sejak tadi.

Red Thread Of Fate » (Kim Jiwoong)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang