---
Her side
---
Bruk!
"Ah!" Jiwoong mengusap lengannya yang bertabrakan dengan marmer dingin saat tubuhnya jatuh dari sofa. Terduduk bersandar di kaki sofa, kemudian merasakan sekujur tubuhnya yang kaku. Sofanya memang kurang besar untuk tubuh Jiwoong yang tinggi dan lumayan kekar. Ketidaknyamanan itu membuatnya terbangun lebih pagi di akhir pekan yang indah ini.
Rambutnya naik menyerupai singa dan matanya menyipit terasa berat. Tapi Jiwoong tetap bangun seraya menggaruk lengan di balik kaus putihnya. Kamar mandi adalah tujuan pertamanya untuk mencuci muka dan menata rambut sedikit. Kemudian langkahnya bergerak menuju kamar tidur, menyambar sweater abu-abu dari balik pintu.
Di dalam kamarnya, Jiwoong melihat Hyewon masih tertidur lelap, meringkuk di balik selimut. Setelah menutup kembali pintu kamar dengan hati-hati, Jiwoong beranjak menuju pintu utama. Mengingat tak ada apa pun di apartemennya yang bisa meredakan pengar. Sehingga Jiwoong harus membeli beberapa minuman pereda pengar dari minimarket.
Ya, tentu saja untuk Hyewon.
Tak jauh dari gedung apartemennya, ada minimarket yang lumayan luas. Halamannya bisa menampung mobil, juga ada meja bundar dan kursi di teras. Pagi ini, satu mobil sedan yang berkilau biru gelap, menarik perhatian Jiwoong. Pasalnya, mobil itu tampak sangat bersih dan mewah, Jiwoong sampai terpesona. Dia baru sadar dari lamunan saat suara seorang pria menyentuh lembut pendengarannya.
Jiwoong beralih ke sumber suara, dan mendapati seorang pria berwajah mungil tengah berbicara lewat telepon. Berdiri di dekat kap depan mobil sedan seraya memandang lurus ke dalam minimarket. Entah apa yang pria itu katakan, Jiwoong tak mengerti bahasanya. Dari penampilan rapi dan elegan, Jiwoong berasumsi pria itu pemilik mobil yang terparkir apik di halaman minimarket.
Dia pasti orang kaya, batin Jiwoong.
Baru saja Jiwoong selesai membatin, pria itu tiba-tiba berputar menghadap Jiwoong yang hendak menuju minimarket. Mendapati hal itu, Jiwoong sempat terperanjat kecil, terkejut dan sedikit merasa tertangkap basah. Namun di luar dugaan, pria itu justru tersenyum ramah pada Jiwoong. Semakin tekejut dengan sikap ramah pemilik mobil, Jiwoong akhirnya hanya bisa membalas dengan senyum canggung, sebelum masuk ke dalam minimarket.
Jiwoong melirik sekali ke luar minimarket hanya untuk melihat pria itu kembali sibuk dengan ponsel di telinga. Setelahnya, Jiwoong segera menuju rak minuman. Mengambil dua botol minuman pereda pengar dan kopi kemasan. Kakinya melangkah ringan menuju kasir, namun segera terhenti saat seseorang lebih dulu meletakkan belanjaannya ke meja kasir.
"Song Hayoon?"
Wanita berbalut pakaian formal dan rapi itu sontak menoleh ke sumber suara. Kemudian tersenyum tipis saat melihat Jiwoong yang menyapa ramah bak matahari pagi. "Oh? Pagi, Kak."
"Pagi..." Jiwoong masih tersenyum seraya memandangi penampilan Hayoon yang sudah begitu rapi. Berbanding terbalik dengan penampilannya yang acak-acakan, ditambah muka bantal. Sebelah tangan Jiwoong bergerak otomatis menyisir rambut ke belakang, berharap penampilannya tidak terlalu buruk.
"Kamu kerja juga hari Sabtu?"
Hayoon menggeleng. "Enggak. Hari ini aku ada seminar."
KAMU SEDANG MEMBACA
Red Thread Of Fate » (Kim Jiwoong)
FanfictionSong Hayoon bersumpah, tak akan pernah mau berurusan dengan pria populer mana pun karena trauma masa lalunya. Maka dari itu, Hayoon selalu menghindari Kim Jiwoong. Kim Jiwoong, pria populer yang selalu mampu membuat gadis mana pun menjerit hanya den...