---
Away.
---
Perasaan Hayoon terlampau kacau melihat pemandangan tak terduga malam itu. Hayoon langsung menyesal sudah pergi ke restoran udon, alih-alih ke minimarket seperti niat awalnya. Sehingga dia harus melihat hal yang paling tidak pernah dia bayangkan. Malam itu, tak ada sepatah kata lagi yang keluar dari Hayoon. Dia pergi meninggalkan Jiwoong yang tampak berusaha menghentikannya. Tapi Hayoon tak peduli, langkahnya tak berhenti bahkan tak menoleh sedikit pun.
Semuanya terlalu tiba-tiba bagi Hayoon. Hati yang terlanjur kecewa membuatnya mengabaikan Jiwoong.
Jiwoong tidak berhenti sampai di sana. Pria itu masih berusaha menemui Hayoon. Mengirimi wanita itu banyak pesan, juga beberapa makanan walau berujung dibiarkan begitu saja di depan pintu. Hayoon selalu berangkat lebih pagi sehingga dia tak perlu berpapasan dengan Jiwoong di koridor atau lift. Juga tak pernah langsung pulang dari kampus, demi menghindari Jiwoong. Semua pesan dan panggilan Jiwoong diabaikan. Hayoon benar-benar menjauh, tak mau mendengar sedikit pun penjelasan dari Jiwoong.
Hayoon pikir, dia tidak akan melihat Hyewon lagi selama sisa hidupnya. Hayoon pikir, Jiwoong benar-benar menyingkirkan wanita ular itu dari kehidupannya. Kehidupan mereka. Tapi, yang Hayoon lihat malam itu mematahkan semua harapan yang pernah ada dalam dirinya. Walau Hayoon tahu, sangat tahu, bahwa dia sama sekali tidak berhak atas kehidupan Jiwoong. Tapi entah bagaimana, rasanya begitu menyengat dan menyakitkan.
Segala kekecewaan itu membuat Hayoon tersadar, bahwa tak seharusnya dia berharap pada manusia. Merutuki dirinya sendiri yang begitu bodoh sudah tertipu dengan segala perhatian dari Jiwoong. Tatapannya, sikapnya, sentuhannya, hingga ucapannya di bianglala. Hayoon merasa bodoh sudah menantikan kejutan-kejutan lain dari Jiwoong. Dia tak pernah menyangka kejutan itu akan semenyakitkan ini.
"Mau makan malam setelah ini?" Hao, rekan yang setia menemaninya di laboratorium itu menyadarkan Hayoon.
"Memang kamu gak capek?" Hayoon melepas jasnya untuk disimpan ke dalam lemari. Matanya tampak lelah, tak ada cahaya apa pun seperti sebelumnya. Bahkan tak ada sorot tajam yang Hayoon pasang tiap kali bekerja di laboratorium. Sudah tiga hari ini Hayoon tampak lesu dan hampa.
Tentu saja Hao menyadari perubahan Hayoon. Setiap detail dari wanita itu tak pernah luput dari perhatiannya. Hao sadar ada sesuatu yang mengganggu pikiran Hayoon. Tapi Hao juga tak ingin mendesak Hayoon untuk berkeluh kesah. Makanya Hao selalu menemani Hayoon selama tiga hari ini. Tak peduli pukul berapa dia harus pulang, tengah malam pun tak masalah. Hao akan menemani Hayoon sampai wanita itu merasa siap untuk menceritakan segalanya.
"Justru karena itu, aku jadi lapar." sedikit tawa kecil terdengar dari Hayoon. Keduanya kini sudah ke luar dari laboratorium, berjalan beriringan menyusuri koridor. "And we can get soju afterwards," lanjut Hao.
"That's not my thing, Hao."
"Come on, Hayoon! It's been a while! Mari tutup hari yang berat ini dengan sedikit soju."
Hayoon termenung, sibuk dengan pikirannya begitu Hao menyudahi kalimatnya. Dahinya mengernyit tipis merasakan nyeri yang perlaha menjalar dari lubuk sebelah kiri. Sial! Hayoon benci bagaimana bayangan seorang pria tiba-tiba muncul hanya karena mendengar ucapan Hao. Mirip seperti kalimat yang pernah dia dengar.
"... biarkan hari yang berat ini berlalu dengan sedikit soju."
Hayoon ingat, malam dimana dia dan pria itu makan malam bersama karena ketidaksengajaan. Minum soju bersama yang menyebabkan Hayoon mabuk hanya dengan delapan gelas sloki. Hayoon tak pernah lagi menyentuh alkohol sejak saat itu. Jiwoong adalah pria terakhir yang minum bersamanya. Mungkin dari sanalah semuanya bermula. Mungkin seharusnya Hayoon tidak menerima ajakan Jiwoong untuk makan bersama. Jadi dia tak perlu jatuh dan menanggung perihnya seperti sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Red Thread Of Fate » (Kim Jiwoong)
FanficSong Hayoon bersumpah, tak akan pernah mau berurusan dengan pria populer mana pun karena trauma masa lalunya. Maka dari itu, Hayoon selalu menghindari Kim Jiwoong. Kim Jiwoong, pria populer yang selalu mampu membuat gadis mana pun menjerit hanya den...