- 7 -

85 19 12
                                    

---

Their Conversation.

---

Belakangan ini Jiwoong terlalu sibuk dengan pekerjaan. Dia bahkan tak bisa menyapa tetangga baru di apartemennya dan hanya menerima bingkisan yang digantung pada gagang pintu. Beruntung ada sedikit makanan dari tetangga barunya, jadi Jiwoong tak perlu repot menyiapkan sarapan. Jiwoong harus berterimakasih setelah semua kesibukannya tuntas.

Seperti hari-hari sibuk kemarin, Jiwoong berangkat lebih awal. Suasana apartemen masih sepi saat Jiwoong bergegas menuju lift. Namun saat pintu lift hampir tertutup, seorang wanita berseru dari kejauhan. Sehingga Jiwoong segera membuka kembali pintu lift untuk wanita itu.

"Terima kasih!"

Wanita itu membungkuk sopan begitu pintu lift kembali terbuka, kemudian masuk tanpa memerhatikan Jiwoong yang sudah memicing.

Tunggu, Jiwoong tahu wanita itu.

Rambut ikal sebahunya langsung mengingatkan Jiwoong pada seseorang. Kini pandangannya tak lepas dari wanita yang berdiri di sisi kanannya.

"Hayoon?"

Merasa terpanggil, Hayoon sontak menoleh. Sepasang maniknya langsung bertatapan dengan Jiwoong. Tak kalah terkejutnya, bibir Hayoon sampai terbuka menunjukkan gigi kelinci yang lucu. Perpaduan raut wajah dan sorot mata yang datar dengan gigi kelinci itu, selalu tampak lucu bagi Jiwoong. Sampai tanpa sadar, Jiwoong akan tertawa kecil.

Sekarang juga begitu. Jiwoong tertawa kecil seraya berkata, "Kita ketemu lagi! Sekali lagi di lift."

"Iya juga... Sepertinya kita tetangga."

"Kamu tinggal di sini?"

Hayoon mengangguk. "Baru pindah kemarin."

"Unit 109? Kalau gitu, kita sebelahan. Aku tinggal di unit 108."

Kali ini Hayoon ikut tertawa seraya mengangguk. Kebetulan ini agaknya membuat Hayoon terkejut. Setelah hampir dua bulan berlalu sejak pertemuan mereka di pesta pernikahan Arin. Keduanya kembali bertemu dengan situasi yang mirip, bahkan menjadi tetangga bersebelahan. Entah apa yang sedang takdir rencanakan.

"Luar biasa..." Hayoon tampak takjub. Bagaimana takdir bisa mempertemukan mereka dalam kesempatan yang tak pernah terpikirkan oleh setiap sel otak jenius Hayoon. Cara kerja takdir yang begitu samar, ternyata sangat mengejutkan.

"Ya! Luar biasa!" Jiwoong tertawa. "Omong-omong, terima kasih bingkisannya. Maaf aku belum menyapa kemarin. Belakangan ini aku sibuk sekali."

Hayoon mengangguk paham. "Yah, kamu memang kelihatan sibuk."

"Hm?" sepasang alis tebal milik Jiwoong naik dengan kepala yang sedikit miring. Tanda tanya terbaca jelas dari gurat wajahnya, sehingga Hayoon tersenyum miring.

"Omong-omong, kemejamu belum rapi, Kak."

"Hah?" Jiwoong sontak memutar tubuhnya ke belakang, memandangi dirinya pada pantulan dinding lift. Helaan napas berat lolos dari Jiwoong, saat menyadari kancing kemejanya tidak terpasang dengan benar, juga kerah yang naik sebelah. Jadi penampilannya berantakan begini sejak tadi?

Red Thread Of Fate » (Kim Jiwoong)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang