---
Something in Between
---
Hari ini, produk makanan kemasan terbaru dari tim Jiwoong resmi dirilis. Seperti hal-hal menyenangkan lainnya, sebuah keberhasilan tentu saja pantas dirayakan. Maka dari itu, seluruh anggota tim food development yang dipimpin oleh Jiwoong berkumpul selepas jam kerja. Demi memanfaatkan kartu kredit perusahaan dengan baik, tentu mereka harus makan daging. Sehingga mereka sepakat pergi ke restoran barbekyu kelas atas.
Kabar baik ini tentu saja harus sampai pada Hayoon. Jiwoong tak pernah melewatkan sedetik pun waktu senggang untuk mengabari Hayoon. Soal peluncuran produk baru ini, Jiwoong sudah menceritakan semuanya seolah tak ada yang perlu ditutupi. Sedangkan untuk makan malam tim hari ini, Jiwoong baru saja mengirim pesan pada Hayoon. Membiarkan pesan itu terkirim tanpa menunggu Hayoon membacanya.
Jiwoong tahu, hari ini Hayoon sibuk dengan penelitian untuk jurnal terbarunya. Jiwoong juga tahu bahwa Hayoon harus menghabiskan waktu lebih lama di laboratorium. Mereka bahkan tidak berangkat bersama pagi tadi. Jadi Jiwoong tidak keberatan sama sekali jika pesannya tak terbaca atau bahkan tas terbalas. Saling bertukar kabar dan saling mendukung saja sudah cukup bagi Jiwoong.
Seolah keduanya paham dengan kesibukan masing-masing. Seolah keduanya paham betul dengan batasan yang tak boleh begitu saja dilewati. Seolah keduanya sudah saling percaya satu sama lain. Percaya tidak akan ada faktor lain yang mungkin bisa mengganggu hubungan keduanya. Hanya wujud dari rasa saling mengerti, atau terlalu nyaman dengan status di pertengahan.
Empat puluh menit berlalu sejak terakhir kali Jiwoong mengabari soal makan malam timnya, dan Hayoon baru bisa membaca pesan dari pria itu. Senyum kecil dibibir Hayoon lumayan memberi sedikit kesegaran pada raut yang lelah. Hayoon benar-benar baru ke luar dari laboratorium saat membaca pesan dari Jiwoong. Maka, kini giliran dirinya yang memberi kabar pada Jiwoong. Sama, Hayoon juga membiarkan pesan itu terkirim tanpa menunggu Jiwoong membaca. Hayoon paham, pria itu pasti sibuk bercengkrama dengan timnya.
"Tired?" suara seorang pria tiba-tiba menginterupsi tepat setelah Hayoon menekan tombol kirim pada layar ponsel.
Seketika itu, Hayoon menyimpan benda pipih pada saku coat panjang yang dia kenakan. Helaan napas panjang lolos sebagai respon dari pertanyaan Hao. Hayoon tersenyum kecil pada Hao seraya berkata, "I'm just glad you're here. Sudah kuduga ada yang salah dari perhitungannya. Thanks for pointing it out."
Hao membalas senyum Hayoon lebih lebar. "Kalau kamu berterimakasih, aku boleh minta sesuatu, ya."
Hayoon berdecih di sela-sela tawa, lantas berjalan mendahului Hao. "Dasar pamrih!" keluh Hayoon yang justru membuat Hao tertawa.
"Well, aku sudah merelakan waktuku yang berharga, terperangkap di laboratorium berjam-jam untuk membantumu." Hao menyusul Hayoon dan mensejajarkan langkah mereka. "Setidaknya aku bisa dapat hadiah, 'kan?" lanjutnya.
"Fine. Kamu mau apa?" tanya Hayoon, murni karena dia benar-benar berterimakasih. Tentu saja dia bercanda soal mengatai Hao pamrih. Hayoon memang berniat membalas kebaikan Hao.
Seketika itu, senyum Hao melembut, walau Hayoon sama sekali tak melirik. Ditariknya napas dalam-dalam lalu berujar cepat bersamaan dengan hembusan napas, "Waktumu."
Kali ini Hayoon menoleh, dengan tanda tanya yang tercetak pada raut wajahnya. "Apa?"
"Waktumu. Let's have dinner together. It's been a while."
Hayoon sempat bingung. Sorot matanya menelisik pada Hao yang tampak begitu yakin. Hayoon mengira Hao akan memintanya membelikan sesuatu. Tapi permintaan Hao ternyata jauh dari dugaannya. Meski begitu, Hayoon tetap ingin memberi lebih pada Hao. Benar-benar murni sebagai tanda terima kasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Red Thread Of Fate » (Kim Jiwoong)
FanfictionSong Hayoon bersumpah, tak akan pernah mau berurusan dengan pria populer mana pun karena trauma masa lalunya. Maka dari itu, Hayoon selalu menghindari Kim Jiwoong. Kim Jiwoong, pria populer yang selalu mampu membuat gadis mana pun menjerit hanya den...