Seragam berwarna biru laut khas seorang office boy, melekat di tubuh atletis Jeff. Ya, pria itu memang memiliki bentuk tubuh yang padat berisi hasil dari seringnya berolahraga juga mengikuti beladiri. Celana belel yang tidak dia ganti tampak kontras sekali karena di bagian lutut terdapat sobekan. Rambut gondrong diikat rapi, cambang yang menghiasi pipi sampai dagu pun sudah Jeff babat habis sebelum dia pergi kerja tadi pagi.
Kini, pria itu tengah mengerjakan apa yang tadi rekannya ajarkan. Lumayan lah karena di tempat ini tak ada yang banyak bertanya padanya. Juga tak ada yang berani mengorek informasi macam-macam seputar dirinya sehingga Jeff rasa ia dapat bekerja dengan tenang nantinya.
Toilet. Tempat yang tak biasa ia bersihkan kini dengan terpaksa harus ia masuki. Menyemprotkan pembersih lantai sebelum ia menyikatnya dengan bersih. Tak mengapa saat ini ia bekerja keras yang penting ketika gajian nanti Jeff ada pegangan uang yang bisa digunakan sebagai pengobatan Adinda tentunya.
"Bang Jeff, istirahat dulu," ucap seorang pria muda dengan seragam yang sama dengannya. Pria yang dia sebut dengan nama Aldi.
Pemuda yang tadi mengajarinya cara bersih-bersih di area kantor ini.
"Iya, sebentar lagi," jawab Jeff sembari menyeka keringat dengan punggung tangannya.
"Sini aku bantu."
"Tidak perlu. Kamu sendiri juga sudah capek dengan tugasmu."
Aldi menghela napas. Saat pertama bertemu tadi, rasa takut pada karyawan baru itu pun ada dalam dirinya. Seragam office boy yang berlengan pendek tentu tak mampu menyembunyikan tatto di kedua lengan pria itu. Bahkan Aldi sangat berhati-hati ketika berbicara dan memberikan pengarahan pada Jeff karena takut jika sampai salah bicara maka Jeff akan memukulnya. Tak dapat disembunyikan jika penampakan sangar Jeff menunjukkan bahwa pria itu adalah mantan preman yang sudah tobat mungkin. Karena dari berita yang dia dengar, Pak Hadinata sendiri yang merekomendasikan Jeff untuk dapat bekerja di kantor ini.
"Ya, sudah. Jika nanti Bang Jeff selesai, Bang Jeff bisa istirahat. Jika ingin pergi keluar makan siang atau sekedar ngopi juga boleh. Di sekitar gedung perkantoran ini ada banyak warung yang bisa Bang Jeff singgahi. Waktu istirahat kita satu jam. Setelahnya Bang Jeff bisa lanjut pekerjaannya."
"Ya, aku paham."
"Baiklah. Jika begitu saya tinggal duluan ya, Bang."
Jeff hanya mengangguk membiarkan Aldi meninggalkannya. Ini baru hari pertama dia bekerja. Belum mengenal banyak orang dan karyawan di kantor ini. Hanya Aldi dan Mbak Neni saja yang hari ini berinteraksi dengannya. Mbak Neni adalah office girl di bagian pantry yang bertugas membuat kopi dan segala permasalahan perdapuran tentunya.
Jeff kembali menunduk. Menyiram lantai toilet juga kloset. Menjelang jam istirahat dia harus segera menyelesaikan pekerjaan karena nanti di saat para karyawan istirahat maka toilet yang akan menjadi jujugan mereka.
Setelah semua selesai Jeff kerjakan, lima menit menjelang jam istirahat, Jeff simpan kembali semua alat-alat kebersihan yang baru saja dia pakai. Tadi Aldi juga sudah menunjukkan di mana tempat alat-alat tersebut biasa disimpan. Setelahnya barulah Jeff meninggalkan tempat dan keluar sesuai petunjuk yang Aldi berikan.
•••
"Bang Jeff! Sini!" teriakan itu berasal dari sebuah warung pinggiran yang berjajar di samping gedung perkantoran. Gang sempit menuju sebuah perkampungan padat penduduk tentunya.
Netra Jeff menangkap sosok Aldi yang melambaikan tangan padanya. Dengan langkah lebar, pria itu pun menuju pada teman barunya.
"Duduk, Bang!" Aldi menepuk-nepuk bangku kosong di sebelahnya. Jeff menurut. Duduk bersampingan dengan pemuda yang usianya dapat Jeff prediksi lebih muda satu atau dua tahun darinya.
"Bang Jeff mau kopi?" tawarnya lagi. Entahlah kenapa akhir-akhir ini Jeff selalu dipertemukan dengan orang-orang baik.
"Boleh," jawab Jeff pendek sembari melihat sekelilingnya.
"Mbak, kopi hitam satu gulanya satu sedok saja!" teriak Aldi pada penjaga warung.
"Bang Jeff kalau mau makan, ini ada nasi bungkus. Atau jika ingin menu yang lainnya, bisa pesan pada mbaknya. Tapi di sini biasanya para OB seperti kita hanya cukup makan nasi bungkus saja sudah kenyang sampai sore pulang nanti. Harganya juga terjangkau." Lagi-lagi tanpa Jeff minta, Aldi sudah menjelaskan.
Di warung ini dapat Jeff lihat tak hanya Aldi saja yang memakai seragam sama dengannya. Tapi ada tiga ... ah, empat orang dan semuanya lelaki. Jeff memaksakan senyuman meski dia belum kenal. Dan siapa sangka mereka pun membalas senyumannya.
"Karyawan baru?" tanya salah satu dari mereka dan Jeff mengangguk.
"Iya."
"Saya yakin kamu pasti betah berkerja di sini. Meski pun kita ini hanya sebagai petugas kebersihan, tapi gaji yang kita dapatkan jauh di atas rata-rata upah minimum karyawan."
"Oh, ya?" Jeff memang tak bertanya berapa gaji yang akan dia terima, ketika tadi bertemu dengan staff bagian personalia. Dan sekarang dia dibuat penasaran benarkah gaji di perusahaan ini terbilang besar.
Obrolan sempat terjeda sebab pelayan warung menyodorkan secangkir kopi hitam untuk Jeff. Lalu, pria gondrong itu mulai menyesap kopinya. Lumayan sebagai pengganjal mata agar selama bekerja tidak mengantuk. Biasanya di siang hari seperti ini, Jeff akan disibukkan dengan bengkelnya. Atau dia akan berkeliling mengawasi kinerja anak buahnya yang bertugas di lapangan. Lalu, meneliti beberapa anak jalanan yang ada di beberaps titik lampu merah. Jangan sampai mereka menemukan masalah. Mereka semua memang ada di bawah naungan Jeff.
"Bang, makan!" Aldi menyodorkan nasi bungkus dan diterima begitu saja oleh pria itu.
Sebenarnya, Jeff masih memiliki cukup uang jika hanya untuk membeli makanan yang lebih kayak. Namun, pria itu masih menghargai teman-temannya yang harus berpuas hati menikmati makan siang dengan menu makan nasi bungkusan. Tak apa. Yang penting perut kenyang.
Tak banyak yang Jeff bicarakan. Terlebih mereka yang ada bersamanya juga memilih menjaga diri untuk tidak membuat masalah atau memicu keributan dengannya. Hal yang patut Jeff acungi jempol karena dengan begini dia pasti bisa bekerja dengan tenang dan nyaman nanti.
"Berapa, Mbak?" Jeff bertanya pada penjaga warung setelah dia menyelesaikan sesi makan dan menghabiskan kopinya.
"Sepuluh ribu, Bang!"
Jeff beranjak berdiri. Merogoh saku celanan belelnya dan mengambil uang kertas berwarna biru yang terselip di sana.
"Ini. Sekalian dengan punya mereka," ucap Jeff dengan melirik teman-temannya.
Aldi tak menyangka jika dia mendapat traktiran dari karyawan baru dan pemuda itu berucap, " Bang Jeff. Makasih, ya?"
Pun halnya dengan ketiga teman yang lainnya.
"Aku balik dulu ke kantor," pamit Jeff lalu melangkah pergi meninggalkan warung tersebut. Waktu istirahat masih ada setengah jam lagi dan Jeff memutuskan untuk berada di taman belakang gedung. Menyulut rokok yang tersimpan di saku celana belakang. Duduk di pinggiran taman dengan mengangkat sebelah kaki. Ia benar-benar menikmati hari ini. Asap mulai mengepul di udara sembari melamun Jeff pun memikirkan akan masa depannya. Bagaimana pun juga Hadinata sudah berbaik hati padanya. Jadi sebisa mungkin Jeff akan serius dalam bekerja. Dia yakin jika suatu hari nanti masa depan cerah menantinya.
Teringat lagi akan penawaran Hadinata. Untuk apa juga lelaki itu memberikan tawaran jabatan CEO padanya?
Jeff belum juga menemukan jawabannya. Masih menjadi teka-teki juga misteri.
KAMU SEDANG MEMBACA
JEFF DAN ALICIA
RomanceHidup lontang lantung di jalanan, selama ini dijalani oleh Jefri Nathanael. Lelaki berusia dua puluh lima tahun itu sudah kebal dengan kerasnya hidup sebagai seorang preman. Memalak para pedagang pasar, pedagang kaki lima, juga anak jalanan. Bertahu...