Jeff masih mondar mandir di depan ruang IGD. Menunggu pasien mendapatkan pertolongan pertama dari petugas medis. Pintu ruang yang terbuka, membuat Jeff terperanjat dan refleks berdiri menghampiri perempuan berbaju hijau yang merupakan seragam perawat di rumah sakit ini.
"Keluarga pasien!" Panggil perawat di mana Jeff mendekat.
"Ya, sus."
"Silahkan melakukan pendaftaran karena pasien memerlukan perawatan lanjutan."
"Tapi maaf, suster. Saya hanya menolong tadi dan saya tidak mengenal beliau. Eum, begini saja. Saya minta tolong suster bisa mencari identitas pasien. Siapa tahu saja ada dompet atau apa saja di saku baju pasien," jelas Jeff yang disetujui oleh suster.
Beruntung mereka menemukan identitas pasien yang Jeff tolong atas nama Hadinata. Lega sudah rasanya. Namun, untuk meninggalkan pasien seorang diri rasanya tidak tega Jeff tinggalkan. mengenai keluarga pasien pun Jeff serahkan semua pada pihak rumah sakit agar menghubungi.
Hadinata terkena serangan jantung tadi. Beruntung Jeff sigap menolong. Andai saja telat sebentar saja, mungkin Hadinata tak akan bisa tertolong lagi.
Lelaki dengan kedua tangan penuh tato itu menatap pada jam dinding yang ada di lobi rumah sakit. Hampir subuh. Tanpa pamit lagi Jeff yang teringat akan kegiatannya hari ini, segera meninggalkan rumah sakit. Yang penting Hadinata sudah ada dalam penanganan dokter. Jadi Jeff merasa lega jika meninggalkan lelaki paruh baya itu di rumah sakit ini.
Menelepon salah satu anak buahnya agar menjemput ke rumah sakit karena dia harus mengambil motor yang dia tinggal di jalan semalam.
Tak butuh waktu lama bagi Rembo sampai di rumah sakit dengan penuh tanda tanya kenapa bosnya ada di tempat ini. "Bos sakit? Kenapa di sini?"
"Aku hanya menolong korban kecelakaan," jawan Jeff cepat dan naik ke atas boncengan motor Rembo. Tanpa kata motor itu pun melaju sesuai dengan alamat yang Jeff informasi-informasi. Beruntung motor miliknya masih ada di sana dan tidak hilang.
Namun, Jeff merutuki kebodohannya karena dia kelupaan. Kunci mobil milik Hadinata terbawa olehnya di dalam saku celana.
"Bodoh sekali. Kenapa aku lupa menitipkan kunci ini ke suster tadi. Dan helm-ku ... juga ada di dalam mobil, kan," gerutuan Jeff.
"Bagaimana bos?" Rembo yang melihat Jeff kebingungan pun bertanya.
"Tidak. Hanya saja aku lupa. Kunci mobil orang yang aku tolong tadi terbawa olehku. Dan helm-ku juga tertinggal di mobil pria itu."
"Apa kita kembali ke rumah sakit saja."
"Tidak. Aku harus segera pulang karena jam tujuh aku ada keperluan."
Rembo mengangguk. Kini keduanya saling beriringin menuju pulang ke markas.
Hari pun sudah beranjak pagi dan Jeff tidak ingin terlambat pergi ke acara panti sekaligus rumah singgah bagi anak-anak jalanan yang tidak memiliki tempat tinggal. Tanpa tidur dan langsung mandi pria itu pun langsung meninggalkan markas yang hanya mendapat tatapan bertanya dari beberapa anak buahnya yang kebetulan ada di sana.
•••
"Bang Jeff datang!" Sambut beberapa anak-anak baik lelaki dan perempuan ketika suara raungan motor menggema terdengar memasuki gerbang panti.
Ya, Jeff memang salah satu donatur panti meskipun sumbangan yang dia berikan tidak sebanyak para pengusaha yang lainnya. Namun, Jeff lah yang juga selalu direpotkan jika ada acara atau kegiatan apapun juga. Jeff pula yang sering berbaur bersama para anak-anak panti. Dan Adinda merupakan salah satu anak panti di rumah singgah ini.
Satu per satu dari mereka menyalami Jeff secara bergantian. "Bang Jeff sudah ditunggu Bunda di dalam."
Bunda yang dimaksud adalah pengurus panti. Jeff meninggalkan anak-anak untuk dapat menemui Bunda.
"Masuk, Jeff."
"Bunda apa kabar?" Jeff duduk di hadapan wanita berjilbab yang memberikan senyuman padanya.
"Bunda baik. Kamu sendiri apa kabar? Kenapa wajahmu tampak kusut begitu seperti kurang tidur." Bunda menghela napas. Beliau sangat tahu bagai kehidupan seorang Jeff. Dikenal sebagai seorang preman. Namun, tanpa banyak yang tahu jika sosok preman ini adalah pahlawanku bagi babu orang.
"Jeff, jaga kesehatan. Ada banyak anak-anak yang menggantungkan hidupnya sama kamu. Bunda tidak melarangnya kamu bergaul atau melakukan apapun. Namun, Bunda hanya ingin mengingatkan kamu ... jaga kesehatan. Itu saja."
"Terima kasih, Bunda."
"Oh, ya. Bunda memanggilmu ke sini karena ingin menanyakan seputar Adinda. Bunda minta maaf karena tidak bisa menjaga Adinda di rumah sakit."
"Tidak apa. Anak-anak di sini lebih membutuhkan Bunda."
Dan terjadilah obrolan di antara Jeff dengan pengurus panti terkait kesehatan Adinda yang rencananya akan segera dioperasi.
•••
Siang menjelang sore Jeff meninggalkan panti tidak langsung menuju markas. Namun, pria itu harus kembali ke rumah sakit mengembalikan kunci mobil dan mengambil helm miliknya. Langsung menuju meja resepsi untuk bertanya mengenai pasien bernama Hadinata. Karena Jeff yakin sekali jika Hadinata sudah dipindahkan ke ruang perawatan pasien.
Berbekal informasi yang dia dapatkanm, Jeff menyusuri koridor rumah sakit sampai dia menemukan letak kamar VIP. Pantas saja, Hadinata yang Jeff tebak adalah orang kaya. Oleh sebab itulah, tidak mengherankan jika pria itu pasti mendapat pelayanan yang baik di rumah sakit ini.
Jeff berdiri mematung di luar ruangan. Ragu untuk masuk ke dalam. Dia takut keluarga Hadinata tidak suka atau bahkan ketakutan ketika melihatnya. Di tengah kebimbangan apakah dia sebaiknya menemui orang yang dia tolong semalam, ataukah dia titipkan kunci mobil pada suster. Mengenai helm biar lah dia bisa membelinya lagi nanti.
Di tengah kebimbangannya, Jeff dibuat terkejut dengan tepukan pada punggung. Sampai-sampai dia terjengit saking kagetnya.
"Astaga! Suster kenapa mengangetkan begitu," gerutu Jeff yang dijawab kekehan oleh suster.
"Mas kenapa berdiri si sini? Masuk saja. Mas ini kan yang semalam membawa Pak Hadinata ke sini?" tebak suster yang masih sangat mengingat dengan baik wajah sangar yang tampak menakutkan. Tapi tampan.
"Iya. Kok suster tahu?"
"Saya yang semalam membantu masnya mencari identitas Pak Hadinata."
"Oh!"
"Sebaiknya Mas masuk saja. Temui Pak Hadinata."
"Tidak usah. Saya ke sini hanya ingin mengembalikan kunci mobil yang tidak sengaja terbawa. Saya titipkan ke suster saja, ya?"
"Kenapa begitu. Sudah, sebaliknya masnya masuk saja. Karena tadi Pak Hadinata bertanya-tanya siapa yang sudah menolongnya. Siapa tahu saja beliau ingin mengucapakan terima kasih."
"Tapi saya tidak mengharapkan rasa terima kasih."
"Sudah, Masnya jangan gengsi. Ayo saya temani." Suster sudah mendorong tubuh besar Jeff ke depan, mengetuk pintunya. Kemudian suster membukanya.
Memaksa Jeff agar mengikuti dia masuk ke dalam yang kebetulan sekali memang tidak siapapun di sana kecuali pasien yang terbaring di atas brankar.
KAMU SEDANG MEMBACA
JEFF DAN ALICIA
RomanceHidup lontang lantung di jalanan, selama ini dijalani oleh Jefri Nathanael. Lelaki berusia dua puluh lima tahun itu sudah kebal dengan kerasnya hidup sebagai seorang preman. Memalak para pedagang pasar, pedagang kaki lima, juga anak jalanan. Bertahu...