Dua Puluh Tiga

31 8 0
                                    

Megan bergelayut manja di lengan sang opa ketika memasuki resto mewah untuk kalangan menengah atas. Sementara Jeff mendorong kursi roda Cia mengikuti pelayan menuju pada meja yang sudah Hadinata pesan. Megan tampak duduk dengan nyaman pada sebuah kursi. Yang kemudian disusul oleh Cia dengan dibantu Jeff tentunya yang mengangkat tubuh ramping gadis itu, lalu mendudukkan di kursi samping Megan. Setelahnya Jeff simpan kursi roda Cia sedikit minggir agar tak menghalangi jalan.

Hadinata yang melihat betapa gesitnya Jeff melakukan pekerjaannya dengan bauk, dibuat trenyuh dan banyak bersyukur. Beruntung sekali karena dia dipertemukan dengan sosok sebaik Jeff. Meski oun background nya seorang preman, tapi Jeff memiliki jiwa sosial yang tinggi. Tak gentar membantu sesama dan lihat saja bagaimana Jeff memperlakukan Cia dengan sangat hati-hati. Penuh ketelitian dan juga kasih sayang. Tak peduli meski Cia selalu berkata kasar dan kadang menyakitkan hati. Berkali-kali Hadinata mengingatkan sang putri agar tak lagi ketus dan bersikap sinis pada Jeff. Namun, buktinya hingga detik ini Cia masih saja bersikap sama meski pun sudah ada kemajuan ketika melalui pandangan matanya dapat Hadinata lihat jika Cia mulai menemukan kenyamanan dengan hadirnya sosok Jeff Nathan.

"Jeff! Mau ke mana?" Hadinata bertanya ketika melihat Jeff hendak meninggalkan meja makan setelah memastikan Cia duduk dengan nyaman di tempatnya.

"Saya akan menunggu di luar saja."

Kening Hadinata mengerut dalam. Jadi, Jeff pikir dia membawanya ke sini hanya sebagai sopir saja? Hadinata menggeleng-gelengkan kepalanya disertai dengan seulas senyuman. "Siapa yang memintamu menunggu di luar, Jeff?"

"Itu ... bukankah Pak Hadi ingin menikmati makan malam bersama keluarga? Jadi ... ya, itu Pak. Saya tidak ingin mengganggu waktu dan kebersamaan Bapak dengan Megan juga Non Cia."

"Jeff ... Jeff. Inilah yang aku sukai dari dirimu. Kamu itu selalu memiliki inisiatif dan bisa membaca situasi. Memang benar saya ingin menikmati malam ini bersama Cia dan juga Megan. Tapi ... saya pun ingin menghadirkan kamu di sini sebab saya sudah menganggapmu layaknya keluarga sendiri."

Ucapan Hadinata membuat Cia membelalakkan mata tak percaya.  Benarkah lelaki dengan rambut beruban itu papanya? Lantas, kenapa bisa berkata demikian. Sejak kapan Jeff jadi anggota keluarganya? Ini bukan mimpi, kan? Astaga, ada apa sebenarnya dengan papanya ini?

"Tapi, Pak. Saya ... saya tidak enak jika harus ikut bergabung di sini. Biarkan saya menunggu di luar saja." Tentu Jeff masih sangat tahu diri untuk tidak merusak momen kebersamaan keluarga ini.

Bagus jika kamu tahu diri, Jeff! Batin Cia berkomentar.

Sayangnya, apa yang ada dalam pikiran Cia, tidak sejalan dengan apa yang Megan inginkan. Karena bocah enam tahun itu justru dengan girang berucap, "Ayo, Uncle. Kita makan bersama."

"Tapi ...."

"Duduk, Jeff!"

Titah Hadinata tak pernah bisa Jeff tolak. Selanjutnya, pemuda itu menarik satu-satunya kursi kosong yang di antara Hadinata dengan Megantara. Saling berhadapan dengan Cia. Lihat saja bagaimana wajah Cia yang langsung tertekuk masam dan Jeff sangat paham jika Cia tidak menyukai keberadaannya. Namun, mau bagaimana lagi. Ini bukan kemauan Jeff sendiri tapi Hadinata dan Megantara yang menginginkan ini. Duduk tidak jenak karena tatapan Cia begitu tajam menusuk manik matanya. Jeff menunduk memainkan kedua kaki yang dibalut sepatu kets. Menunggu Hadinata memesan makanan.

Begitu semua menu makanan yang Hadinata pesan sudah terhidang di atas meja, sebagai kepala keluarga Hadinata memimpin doa sebelum makan.

"Ayo, makan Jeff! Megan, mau makan apa? Opa ambilkan? Cia ... Makan yang banyak biar badanmu sedikit berisi. Papa lihat badanmu kurusan sekarang." Malam ini Hadinata sangat banyak bicara. Tampak semangat dan yah, lelaki paruh baya itu tak mampu menyembunyikan kebahagiaannya.

Melihat Cia, Jeff dan juga Megan, tampak serasi layaknya keluar kecil yang bahagia. Andai saja Cia menikah nanti lalu memberikan dia cucu lagi, betapa bahagia masa tuanya nanti. Dan yah, kenapa dia tidak menjodohkan saja Cia dengan Jeff. Meski masa lalu Jeff tidak jelas, siapa keluarganya pun Hadinata tidak ken, setidaknya Jeff adalah pria yang baik. Hadinata tak mungkin salah dalam menilai orang lain.

"Opa! Aku bisa makan sendiri," ucap Megantara tak kalah bersemangat.

Sesekali Jeff menawarkan makanan pada Megan dan membantu kesulitan Megan dalam hal makan. Pun halnya dengan Cia. Jika sekiranya Cia ada kesulitan, sigap Jeff membantunya. Seperti ketika Cia ingin meneguk air putih, maka Jeff dengan cekatan menyodorkan gelas pada wanita itu. Sibuk membantu, sampai makanan Jeff terabaikan.

"Jeff, saya minta maaf karena sudah merepotkanmu."

"Oh, tidak, Pak. Saya tidak repot sama sekali."

"Tapi sejak tadi kamu yang tak henti membantu Cia juga Megan."

Dan bisa-bisanya Cia memberikan celetukan. "Bukankah keberadaannya di sini memang untuk membantu kita?"

"Cia! Jaga ucapanmu. Tak ada rencana papa seperti itu. Karena sebenarnya papa ada tujuan khusus membawa Jeff ikut makan malam bersama kita di sini."

Jeff sempat penasaran dengan ucapan Hadinata. "Maksudnya, Pak?"

Cia tak kalah penasaran juga. Hanya Megan yang sibuk dengan makanannya sendiri. Tak peduli dengan urusan orang dewasa.

Hadinata mengunyah makannya, lalu setelah menelannya, lelaki itu meneguk air putih dalam gelas. Meletakkan sendok di atas piring. Memperhatikan secara bergantian antara Cia dengan Jeff. Rencana perjodohan itu ia simpan rapat-rapat dulu di dalam hatinya karena ada yang lebih penting dari itu semua.

"Begini, Jeff. Sebenarnya saya ingin merepotkanmu lagi dengan urusan perusahaan."

"Dalam hal apa itu, Pak?"

"Tentu kamu masih ingat dengan penawaran saya yang kamu tolak mentah-mentah waktu itu. Dan sekarang saya ingin kembali menawarkan hal itu padamu. Tapi ...."

"Apa yang bapak maksud adalah tawaran menjadi seorang CEO?"

"Ya. Kamu benar. Jika dulu kamu menolaknya, tidak dengan sekarang. Kamu tidak saya ijinkan menolak karena tawaran ini sifatnya memaksa."

Sungguh Jeff tak mampu berkata-kata. Sebenarnya apa tujuan di balik penawaran paksa yang Hadinata berikan?

Lain Jeff, lain pula dengan yang Cia pikirkan. Tentu saja gadis itu terkejut luar biasa. "Pa! Apa maksud papa memberikan tawaran CEO padanya?" Protes Cia tidak terima karena bagi Cia, Jeff ini bukanlah siapa-siapa. Tidak pantas menjabat sebagai CEO. Apa kata rekan bisnis papanya nanti jika tahu CEO nya modelan Jeff begini.

"Apakah ada yang salah jika papa memberikan tawaran itu pada Jeff?"

"Tentu saja salah, Pa."

"Lalu menurutmu ... kira-kira siapa orang yang pantas papa tawari jabatan CEO di perusahaan kita. Tolong beritahu papa, Cia? Karena jujur papa tidak ada kandidat lain lagi kecuali Jeff."

JEFF DAN ALICIA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang