"Peter! Apa kamu sudah mengambil berkas mengenai riwayat pemeriksaan kesehatanku?" Siang ini saat Hadinata berada di kantor, beliau meminta asisten pribadinya untuk menghadap.
"Sudah, Pak. Sebentar saya ambilkan."
Beberapa waktu lalu setelah Hadinata terkena serangan jantung dan berakhir ditolong oleh Jeff, pria paruh baya itu harus kembali memeriksakan diri demi mengetahui sejauh mana masalah berarti kesehatannya saat ini. Hadinata harus merencanakan semuanya termasuk di dalamnya mau di ke manakan harta bendanya yang tidak sedikit jumlahnya.
Peter kembali dengan membawa berkas di tangan. Lalu ia serahkan pada Hadinata. Dengan seksama lelaki itu meneliti rincian riwayat medisnya. Mendesah lelah sembari menutup file di tangannya. "Semoga saja Tuhan masih memberikan aku kesempatan untuk dapat hidup lebih lama lagi di dunia."
"Bapak tidak ingin melakukan pengobatan ke luar negeri?"
"Jika aku ke luar negeri, lantas bagaimana dengan Cia dan Megan? Mereka membutuhkan kehadiranku, Peter."
Iya juga benar apa yang Hadinata katakan. Hadinata adalah tumpuan hidup mereka berdua.
"Ya, sudah. Kamu boleh pergi sekarang."
"Baik, Pak."
Peter melangkah meninggalkan ruangan sang atasan. Hadinata beranjak berdiri dan mendekat pada jendela. Kedua tangan ia masukkan ke dalam saku celana. Mencoba berpikir ke mana dia akan mencari ahli waris untuk mengurus semuanya jika suatu saat nanti Tuhan benar-benar mengambilnya. Menunggu Megan besar juga akan sangat lama. Tak ada jalan lain kecuali satu. Menikahkan Cia dengan seorang pria. Hadinata tahu jika Cia pernah memiliki kekasih. Namun, semenjak Cia lumpuh, mereka memilih berpisah dan Cia hanya mau mengurung diri di dalam rumah.
Karena terlalu pusing dengan kerumitan hidup, Hadinata melangkah keluar dari dalam ruangannya. Ia butuh teman bicara dan sepertinya mencari Jeff adalah solusi. Pemuda itu selalu berhasil membuatnya adem ketika berkeluh kesah. Pengalaman hidup Jeff yang berat menarik perhatian Hadinata. Menjadi karyawannya hampir lima bulan, telah banyak yang Jeff bagi kepadanya termasuk kehidupan di jalanan yang selama ini Jeff lakukan.
Hadinata tersenyum. Melihat penampilan baru Jeff. Lebih rapi dan terlihat makin tampan. Dulu, sebelum bekerja di tempat ini Jeff ini terlihat sedikit kumal dengan baju sobek yang selalu dikenakan. Kini, begitu pemuda itu mengantongi gaji yang lumayan fantastis jumlahnya, perlahan Jeff membenahi penampilannya. Dan yang paling kentara adalah hilangnya rambut gondrong pemuda itu.
"Jeff!"
Pria itu sedang membersihkan dinding kaca, terkejut lantas menoleh ke belakang di mana ada Hadinata yang sedang memperhatikannya.
"Pak Hadi!"
Hadi mengulas senyuman. "Potong rambut?" tanyanya kemudian.
Jeff meletakkan alat kebersihan lalu menghadap pada sang atasan. "Iya, Pak."
Sebenarnya Jeff terpaksa memotong rambut gondrongnya karena Cia. Selama tiga bulan bekerja pada putri atasannya ini, beberapa kali Cia protes dengan rambut Jeff yang makin panjang dan katanya lagi mengganggu pandangan. Bisa saja wanita itu. Padahal menjadi sopir pribadi juga tidak setiap hari Jeff lakukan. Dalam seminggu hanya dua atau paling sering tiga kali saja Jeff mengantar Cia entah pergi belanja atau terapi.
"Sudah sangat panjang, Pak. Jadi saya potong saja."
"Tidak apa, Jeff. Kamu lebih tampan seperti ini."
"Terima kasih, Pak, atas pujiannya." Jeff yang tersipu malu hanya bisa mengulum senyuman.
Karena rambut barunya ini, entah sudah berapa banyak pujian yang dia terima dari beberapa rekan kerjanya. Jika tahu begitu, Jeff nggak akan menggunting rambutnya. Biar saja gondrong agar terlihat sangar wajahnya.
"Oh, ya Jeff. Hari ini kamu ke rumah ya! Aku ingin membawa Cia dan Megan makan malam. Bisa kan kamu mengantar kami?"
Kepala Jeff mengangguk patuh. "Bisa, Pak. Usai kerja nanti saya langsung ke rumah."
Hadinata meninggalkan Jeff yang kemudian melanjutkan pekerjaannya.
•••
Sore hari seperti janjinya pada Hadinata, Jeff datang ke rumah atasannya itu. Celana jeans yang seperti biasa, sobek di bagian lutut membungkus kaki tegabnya. Lalu kaos putih yang membuat kulit Jeff terlihat lebih cerah dan tak lupa jalet jeans biru muda yang melapisinya. Saat ini Jeff sedang berada di garasi memanasi mobil yang akan digunakan oleh para majikannya untuk pergi ke luar. Jeff tak tahu Hadinata akan makan malam di mana. Dia sebagai sopir hanya ngikut saja.
"Bang Jeff!" Teriak salah satu pelayan mengagetkannya.
"Ya!"
"Pak Hadinata memanggil Bang Jeff. Diminta masuk ke dalam."
"Oh, baik. Terima kasih."
Jeff gegas mengekor di belakang pelayanan masuk ke dalam rumah mewah itu. Terlihat Hadinata yang sudah rapi, lalu ada Cia yang kursi rodanya didorong oleh suster mendekat di ruang tamu.
"Jeff, malam ini aku akan bawa Cia dan Megan tanpa suster mereka. Jadi, tolong kamu bantu saya, ya?"
Kening Jeff mengernyit. Tumben saja Hadinata tidak turut serta membawa para perawat yang satu kali dua puluh empat jam selalu menjaga Cia juga Megantara. Namun, tak ada bantahan yang berani Jeff lontarkan. "Baik, Pak."
Lain halnya dengan Cia yang langsung protes mengetahui papanya tidak membawa serta perawatnya. "Pa ... kenapa papa tidak membawa suster? Nanti papa kerepotan."
Hadinata mengulas senyuman. Tenang saja Cia. Jeff sudah bersedia membantu papa."
"Tapi, Pa!"
"Kamu tenang saja. Papa sedang ingin menghabiskan waktu bersama kalian. Ingin ngobrol banyak juga."
Cia merasa ada yang aneh dengan papanya. Tapi dia tak mampu mengucap sepatah kata pun juga.
"Jeff tolong bantu Cia masuk ke dalam mobil. Aku akan menunggu Megan."
"Baik, Pak. Mari Nona."
Cia tidak lagi keberatan ketika Jeff membantunya. Tak hanya mendorong kursi roda milikinya saja tapi juga menggendong ketika harus memasukkan dan juga mengeluarkan Cia dari dalam mobil. Awalnya Cia merasa keberatan juga risih ada lelaki yang berani menggendongnya. Berinteraksi dekat dengan-nya. Namun, tak ada pilihan lagi karena suster pun kesusahan jika harus membantunya memapah atau sejenisnya.
Sampai di garasi, Jeff berniat mengangkat tubuh Cia. Namun, pandangan mata keduanya beradu. Untuk sesaat karena setelahnya Cia justru bertanya. "Potong rambut juga kamu?"
Jeff memberikan sedikit senyuman. "Demi Non Cia."
"Apa?" Gadis itu melotot yang dihadiahi tawa renyah Jeff.
"Bukankah Nona Cia yang meminta saya untuk memangkas rambut gondrong saya. Saya pun menurut."
"Baguslah. Memang seharusnya begitu."
"Jadi?"
"Jadi apanya?"
"Apakah saya sudah terlihat lebih tampan dengan rambut pendek seperti ini?"
Mata Cia melotot. Dan Jeff tak lagi ingin menggoda putri majikannya yang selalu ketus dan sinis terhadapnya. Gegas memasukkan Cia ke dalam mobil. Ketika Jeff menyimpan kursi roda Cia ke dalam bagasi, Hadinata muncul bersama Megan.
"Uncle Jeff! Malam ini Uncle Jeff tampan sekali karena rambutnya jadi pendek begitu."
"Benarkah?"
"Ya."
"Terima kasih, Megan."
Jeff membukakan pintu mobil di sebelah Cia. "Silahkan, Pak."
"Terima kasih, Jeff."
"Aku ingin duduk di sebelah Uncle, boleh?"
"Tentu saja boleh. Ayo!"
Dengan riang gembira Megan masuk ke kursi depan tepat samping kemudi. Dan malam ini seorang Megantara yang selalu tidak pernah habis bahan cerita, menghidupkan malam dalam perjalanan menuju resto yang sudah Hadinata pesan.
KAMU SEDANG MEMBACA
JEFF DAN ALICIA
RomanceHidup lontang lantung di jalanan, selama ini dijalani oleh Jefri Nathanael. Lelaki berusia dua puluh lima tahun itu sudah kebal dengan kerasnya hidup sebagai seorang preman. Memalak para pedagang pasar, pedagang kaki lima, juga anak jalanan. Bertahu...