Sembilan Belas

33 8 0
                                    

"Maaf Nona. Tapi saya bukan maling. Saya adalah sopir pribadi yang diminta Pak Hadi untuk mengantar Nona ke mana pun Anda pergi." Dengan tenang Jeff menjelaskan. Tak mau terlihat jika memang benar dia lah orang yang Cia lihat malam itu. Lagipula dia memang benar bukan maling. Waktu itu juga tidak sengaja Jeff memanjat pagar tembok rumcah orang demi menyelamatkan dirinya.

"Tidak mungkin aku salah orang," ucap Cia masih membenarkan dugaannya. Sayangnya, Suster yang tahu akan jadi seperti apa, memilih menengahi perdebatan juga tuduhan tidak benar yang Cia lontarkan.

"Nona! Jangan seperti itu."

"Tapi, sus!"

"Kita sudah kesorean Nona Cia. Ayo berangkat sekarang. Eum ... Pak Jeff ...."

Mendengar suster memanggil dengan sebutan Pak, Jeff segera menyela. Rasanya geli sekali jika dia dipanggil dengan sebutan Pak. Maka pria itu lekas menyela, "Panggil saya Bang Jeff. Jangan memanggil Pak. Rasanya saya terkesan tua sekali."

Suster mengulas senyuman. "Oh, maaf. Iya, Bang Jeff. Kesannya lebih akrab."

Jika Suster mencoba bersiap ramah, lain halnya dengan Cia yang dalam hati mengumpati pria dia hadapannya ini. Ia masih sangat meyakini jika pria dihadapannya ini bukanlah orang baik-baik. Sangat kentara dilihat dari penampilannya. Namun, kenapa seolah orang-orang di sekitarnya ini buta. Terlebih papanya. Untuk apa mempekerjakan orang seperti dia. Seperti tak ada orang lain saja untuk menjadi sopir pribadinya. Ya, tak Cia pungkiri jika beberapa sopir pribadi yang dipekerjakan untuknya banyak sekali yang tidak cocok di hati. Sehingga dalam kurun waktu satu tahun ini, sudah lima atau bahkan enam kali dia ganti. Pertama, Cia tidak suka sopir dengan usia tua karena menyopirinya seperti siput dan membuat dia bosan dalam perjalanan. Kedua, sopir yang masih muda tapi matanya jelalatan yang dengan terang-terangan mengaguminya. Ketiga, sopir yang bau badan dan Cia tidak suka karena pasti dia akan mual. Keempat, sopir yang suka curi perhatian dengan suster. Cia sangat tidak menyukai adanya skandal di antara para perkejanya. Dan pernah sekali mempekerjakan sopir wanita. Justru malah makin merepotkan. Selain tidak bisa mengganti ban yang kempes, bisa-bisanya justru mencari perhatian dari papanya. Sungguh ingin sekali Cia mengendarai sendiri mobilnya seperti dulu lagi. Namun, sayangnya dia tak lagi mampu.

Menatap sinis pada Jeff, pria bertubuh tinggi besar, tegap, lengan berotot dengan tato hampir memenuhi seluruh kulit lengannya. Dan penampilan kumal. Ah, meski kumal kenapa pria itu terlihat tampan dengan rambut gondrongnya. Padahal seumur-umur Cia mana pernah menyukai pria modelan seperti Jeff ini. Menghela napasnya berat ketika suster mulai mendorong kursi rodanya menuju pintu keluar. Sementara Jeff hanya mengekor di belakang.

"Mobilnya ada di sana Bang Jeff. Untuk kuncinya juga ada di dalam loker dekat pintu." Penjelasan Suster dijawab anggukan kepala oleh Jeff.

Pria itu masuk ke dalam garasi yang pintunya terbuka. Berjajar beberapa mobil yang salah satunya dia kenali yaitu milik Hadinata yang dipakai ketika lelaki itu dulu kecelakaan. Lantas, pandangan mata Jeff menatap pada loker yang di atasnya sudah nangkring helm sport miliknya.

Ah, itu kan milikku yang kapan hari tertinggal di dalam mobil Pak Hadi. Kira-kira apakah bisa jika aku mengambilnya kembali? Nanti saja aku bertanya pada Suster. Dalam hati Jeff bermonolog sendiri.

Lantas pria itu menuju salah satu mobil yang tadi ditunjuk oleh suster. Tak lupa menyambar kunci yang juga tersimpan di sana. Tidak ingin tahu lebih jauh lagi mobil mewah apa saja yang Hadinata punya. Daripada dia dituduh maling nantinya.

Jeff masuk ke dalam mobil. Menghidupkannya lalu menjalankan menghampiri suster bersama Cia yang menunggu di teras rumah. Setelahnya Jeff kembali ke luar dan bermaksud menolong Cia untuk memasukkan ke dalam mobil.

"Mari Nona saya bantu!" tawar pria itu yang langsung ditolak oleh Cia.

"Tidak perlu. Suster bantu aku," rengek Cia. Suster dengan sigap membantu Cia berdiri. Namun, terhuyung dan refleks Jeff membantu dengan menahan bagian tubuh belakang Cia.

"Hati-hati Nona."

Karena takut terjatuh, gadis itu terpaksa menurut. Dibantu suster dengan Jeff masuk ke dalam mobil dan duduk dengan nyaman.

"Terima kasih Bang Jeff!" Suster mengulas senyuman.

"Sama-sama."

Melihat suster yang senyum-senyum begitu, Cia sungguh kesal sekali. "Jangan sok baik dengan orang yang baru kita kenal," celetuk Cia dengan pandangan masih fokus ke depan.

"Iya, Nona. Tapi Bang Jeff ini saya rasa memang orang baik."

"Jangan cepat menilai orang juga. Suster harusnya paham jika melihat dari penampilannya."

Jeff yang melipat kursi roda dan memasukkan ke dalam bagasi tentu saja mendengar perbincangan kedua wanita itu. Namun, Jeff mana pernah peduli dengan omongan atau pun penilaian orang tentangnya. Bagi Jeff, hidupnya tidak meminta belas kasih orang lain. Jadi suka-suka mereka mau mengatakan dia seperti apapun juga. Tidak dipungkiri dengan penampilannya yang seperti ini banyak sekali orang yang memberi penilaian buruk terhadapnya. Biarkan saja.

Jeff menutup pintu bagasi dan masuk ke dalam golongan mobil mewah milik Alicia.

"Apakah Nona sudah siap berangkat?" tanya Jeff sopan sebelum menghidupkan mobil tersebut.

Namun, jawaban yang Cia berikan sungguh mengesalkan. "Kamu yakin bisa mengendarai mobil ini? Awas saja jika sampai kamu membuat lecet mobilku."

Jeff tersenyum. Dia tidak ambil hati segala macam omongan sengak yang keluar dari mulut putri majikannya ini. "Nona tenang saja. Jika sampai mobil Nona lecet, Nona tak perlu menggaji saya. Dengan sukarela saya akan mengabdi menjadi sopir pribadi Nona."

"Cih, ogah! Siapa juga yang mau memiliki sopir pribadi sepertimu. Jika bukan Papa yang menyuruhmu, aku juga tak akan mau mempekerjakanmu."

"Nona," ucap suster mengingatkan sembari menyentuh lengan Alicia membuat gadis itu bungkam seketika.

Lalu Suster menatapnke depan pada Jeff. " Silahkan jalan Bang Jeff. Kita akan menuju ke tempat terapi di daerah ...." Suster menyebutkan sebuah alamat yang diangguki kepala oleh Jeff.

"Bang Jeff sudah tahu lokasinya?"

Lagi-lagi Jeff menganggukkan kepala. "Sudah."

Jangan panggil dia Jeff jika tidak tahu jalanan.

"Jadi berangkat sekarang?" Sekali lagi Jeff memastikan.

Dan Cia langsung menyahut. "Tahun depan!"

Suster mengulas senyuman. Ingin sekali tertawa tapi dia takut dengan Cia.

Untung saja Jeff tidak menanggapi omongan ketus Cia dan begitu saja melajukan mobil meninggalkan pekarangan rumah mewah Hadinata.

Entahlah suster tak paham kenapa Alicia sangat tidak menyukai Jeff. Bahkan bukan Jeff saja melainkan hampir semua sopir yang dipekerjakan untuk gadis itu. Mau heran, tapi ini Nona Cia.

Suster berharap agar Jeff adalah sopir terakhir yang bisa menaklukkan hati Cia. Lumayan juga Suster bisa cuci mata jika Jeff betah bekerja dengan Cia

JEFF DAN ALICIA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang