Suara sirine mobil polisi perlahan makin terdengar menjauh. Seharunya Jeff merasa lega karena dia bisa selamat untuk malam ini. Namun kenyatannya, kelegaan itu tak ia dapat karena justru rasa panik yang dua rasakan kini.
"Siapa itu!" teriak suara seorang perempuan mengagetkan Jeff. Pria itu gegas mencari asal sumber suara tersebut. Menoleh ke kiri dan kanan tapi tak menemukan adanya orang lain di sana.
"Kamu maling, ya!" Lagi-lagi suara itu terdengar bahkan lebih menyerupai sebuah tuduhan.
Jeff tak terima dan ketika kepalanya mendongak, dia terkejut melihat adanya seorang wanita yang duduk di atas kursi roda. Andai wanita itu tak menatapnya dengan ketakutan, sudah barang tentu Jeff akan mengira jika wanita itu bukanlah manusia. Hantu misalnya.
"Hei, pasti kamu maling!"
"Sst!" Jeff meletakkan jari telunjuk di atas bibirnya meminta pada perempuan yang ada di lantai dua rumah ini agar diam. "Aku bukan maling."
"Di mana-mana namanya maling mana ada yang mau ngaku!"
Karena tidak ingin menunjukkan kehebohan, lebih baik Jeff segera pergi saja dari tempat ini. Jeff tahu jika wanita itu tak akan percaya meski pun dia mengatakan bukanlah maling. Sebelum perempuan itu meneriakinya maling dan sampai membangunkan seisi penghuni rumah, tanpa kata Jeff kembali melompat naik melalui dahan pohon dan bertengger di atas tembok pembatas. Menelisik sekitar apakah sudah aman dari kejaran polisi.
Aman. Hanya kesunyian yang Jeff perhatikan. Sebelum meloncat turun, Jeff sempatkan menoleh pada keberadaan gadis itu yang masih awas menatapnya.
"Hei, maling! Kau mau ke mana!"
Bahkan Jeff masih bisa mendengar teriakan gadis itu. Sial! Jeff merutuki keapesannya malam ini. Duit tak jadi dapat, dikejar-kejar polisi dan yang paling mengenaskan ketika dituduh sebagai maling.
Pria bertato itu memutuskan untuk menelpon Rembo agar menyusulnya ke sini karena tidak mungkin dia bisa kembali ke markas dengan kondisi motor yang tak bisa ditunggangi.
•••
Tok
Tok
Tok
"Non Cia! Tolong buka pintunya!" teriak suster dari luar kamar Alicia.
Cia yang sejak tadi berada di balkon, lalu mendapati seseorang memanjat tembok, yang pasti itu tadi bukanlah orang baik. Pikiran Cia langsung tertuju pada maling. Teriakan berkali-kali yang dia lontarkan terdengar oleh perawat yang mengurusnya. Gegas membawa kursi rodanya menuju pintu. Memutar anak kuncinya sampai pintu itu dapat terbuka. Tak Cia pungkiri jika dia sedikit ketakutan karena insiden barusan.
"Nona Cia ada apa? Apakah Anda baik-baik saja?" tanya panik perawat sembari menelisik tubuh Cia, kira-kira ada yang terluka atau tidak.
"Suster! Di luar ada maling!"
"Maling?"
Kepala Cia mengangguk-angguk. "Iya, suster. Ada maling di luar."
"Luar mana Nona?"
"Ya di luar. Ayo, buruan kasih tahu papa juga satpam untuk mengecek semua. Aku takut Suster."
"Iya ... iya. Non Cia tenang dulu. Sabar saya akan menemui Satpam."
Hadinata yang mendengar suara ribut-ribut dari putrinya, keluar kamar dan gegas menghampiri mereka.
"Ada apa ini?"
"Papa. Di luar ada maling!"
"Maling?" Hadinata bertanya sedikit tidak percaya. Bertahun-tahun tunggal di rumah ini belum pernah ada kasus rumahnya kemalingan. Karena kawasan ini termasuk golongan daerah yang aman.
"Iya, Papa. Di luar sana. Papa buruan cek di luar."
"Iya. Papa akan mengeceknya. Kamu di sini ditemani Suster. Jangan ke mana-mana sebelum papa kembali."
Cia menganggukkan kepalanya. Sungguh, dia panik. Sejak tadi dia kesusahan tidur. Lalu memutuskan keluar dan menghirup udara segar di balkon kamarnya. Siapa sangka jika pria tadi memanjat tembok rumahnya. Yah, meski pun tadi Cia juga melihat jika seseorang yang dianggapnya maling sudah kembali meloncat keluar, siapa tahu saja akan kembali masuk kan?
Sementara itu Hadinata yang menuruni anak tangga dengan tergesa-gesa ikutan panik karena penuturan putrinya. Apa iya di rumah mewahnya ini ada maling? Atau rampok mungkin?
Menuju pos depan di mana dua orang security tengah jaga malam.
"Prio! Anton!" Teriak Hadinata lantang mengejutkan dua orang satpam yang sedang bermain catur.
Keduanya langsung berdiri memberikan hormat pada majikannya. "Iya, Pak!"
"Tolong kalian cek seluruh penjuru rumah ini. Jangan sampai ada yang terlewat."
"Siap, Pak. Tapi sebentar, Pak. Memangnya ada apa?"
"Cia melihat maling yang masuk melalui tembok belakang."
"Yang benar, Pak?"
"Makanya buruan kalian cari malingnya!"
"Siap, Pak!"
Gegas kedua satpam itu berlari dengan membawa senter. Padahal suasana di rumah mewah Hadinata ini terang benderang. Di setiap penjuru halaman pasti ada lampu yang menyala terang. Keduanya mengikuti perintah sang majikan dengan berkeliling dari samping, belakang sampai kembali lagi ke depan. Yang awalnya mereka mencari dan mengecek bersama-sama, kini ganti mereka memisahkan diri dan mulai membagi tugas masing-masing. Setengah jam lamanya mencoba mengecek semua, akan tetapi tak ada yang mereka berdua dapatkan.
"Bagaimana?" Prio bertanya pada rekannya.
"Aman. Aku tak menemukan sesuatu yang mencurigakan," jawab Anto.
"Aku pun tak menemukan sesuatu yang mencurigakan. Apa iya beneran Nona Cia melihat maling masuk ke rumah ini?" Prio mulai meragukan pengakuan dari anak majikannya.
"Aku pun juga nggak tahu. Ya, sudah kita lapor ke Pak Hadi saja."
Kedua satpam tersebut memasuki rumah. Hadinata sudah duduk dengan gelisah di sofa ruang tamunya. Melihat kedua orang petugas keamanan yang dia pekerjakan di rumahnya tergopoh-gopoh mengahmpirinya, Hadinata gegas berdiri lalu bertanya. "Bagaimana?"
"Maaf, Pak Hadi. Kami berdua sudah mencari berkali-kali tapi tidak menemukan adanya seseorang yang masuk ke dalam rumah ini," jelas Anto memberikan laporan.
"Kalian yakin sudah mengecek semua?"
"Yakin, Pak."
"Sekarang coba kalian cek ke dalam rumah ini. Takutnya mereka sudah berhasil masuk ke dalam."
"Baik, Pak!"
Kembali kedua lelaki itu berpencar mengecek ruangan demi ruangan. Bahkan kolong meja juga lemari tak luput dari perhatian mereka.
Hadinata kembali menaiki anak tangga menuju kamar putrinya. Cemas andaikan terjadi sesuatu pada Cia.
"Cia!"
"Papa bagaimana? Orang itu tidak masuk lagi ke dalam rumah, kan?"
"Prio dan Anto sedang menggeledah seluruh isi rumah."
"Pa aku takut sekali. Maling itu tadi sempat masuk lalu karena aku berteriak dia panik dan kembali meloncat keluar. Aku takut jika dia ada komplotan yang sudah masuk duluan ke dalam rumah ini."
"Kamu tenang Cia. Papa akan cek cctv."
Cia mengangguk. Hadinata memasuki kamarnya lalu membuka cctv yang terpasang di setiap sudut rumahnya. Menelisik dengan seksama. Sayangnya dia tidak menjumpai adanya sosok lelaki yang Cia maksdukan. Bahkan setelah mengecek semua kondisi rumahnya, masih aman-aman saja tak ada orang asing yang masuk ke dalam hunian mewahnya ini. Apa iya Cia hanya berhalusinasi saja?
Hadinata mulai meragukan putrinya. Terlebih ketika Prio dan Anto juga mengatakan bahwa di dalam rumah ini masih aman-aman saja. Hadinata semakin yakin jika memang tak ada apa-apa di rumah ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
JEFF DAN ALICIA
RomanceHidup lontang lantung di jalanan, selama ini dijalani oleh Jefri Nathanael. Lelaki berusia dua puluh lima tahun itu sudah kebal dengan kerasnya hidup sebagai seorang preman. Memalak para pedagang pasar, pedagang kaki lima, juga anak jalanan. Bertahu...