Dua Puluh Empat

38 8 0
                                    

"Cia, papa ini sudah semakin tua. Dan papa harus mulai mencari kandidat untuk papa didik jika kelak papa sudah tak mampu lagi memegang kendali perusahaan. Lagipula papa juga membutuhkan orang-orang yang dapat papa percaya untuk membantu papa mulai sekarang karena papa sungguh kewalahan. Menunggu Megan besar, rasanya akan sangat lama sekali, Cia!"

"Ya, tapi kenapa harus dia? Bukankah papa memiliki orang-orangnya penting di perusahaan?"

"Dan papa tak akan bisa mempercayakan perusahaan pada mereka. Karena apa kau tahu? Papa dapat menilai jika mereka itu mendewakan uang. Papa tidak ingin perusahaan hancur di tangan orang yang tidak tepat."

"Peter. Dia orang kepercayaan papa. Kenapa tidak dia saja yang papa berikan kesempatan menjadi CEO?" Cia tidak hilang akal dan terus mencari cara agar Jeff tak ada kesempatan menjadi CEO perusahaan. Sungguh, Cia tak paham dari mana Papa bisa memilih seorang seperti Jeff untuk diangkat menjadi pemimpin tertinggi di perusahaan.

"Memang. Peter memang orang kepercayaan papa dan dia banyak tahu segalanya mengenai bisnis perusahaan. Tapi ... jika dia yang papa angkat menjadi CEO, beban kerja dia terlalu berat Cia. Sudahlah Cia. Terima keputusan papa. Papa yakin jika Jeff bisa kita andalkan."

Cia memberenggut kesal. Tak mau sedikit pun menatap pada Jeff.

Hadinata mengalihkan tatapan dari Cia pada Jeff setelah berhasil memberikan pengertian pada putrinya. "Jeff, tolong bantu Om. Jangan lagi menolak tawaran ini karena Om sangat membutuhkanmu."

"Tapi saya ini bukan siapa-siapa. Saya juga bukan orang berpendidikan. Saya justru takut jika apa yang saya lakukan nanti tidak sesuai dengan yang bapak harapkan."

"Jeff, semua bisa kamu pelajari. Peter akan bersamamu untuk memberikan pengarahan serta semua yang perlu kamu pelajari nantinya. Yang penting sekarang aku butuh kesedihanmu untuk menerima tawaranku."

"Bisakah saya menolaknya?"

Kepala Hadinata menggeleng.

Jeff mengehela napas berat. "Jika memang bapak tidak memberikan saya pilihan ... tak ada gunanya juga bapak bertanya tentang kesediaan saya karena saya juga tidak bisa menolaknya."

Senyum Hadinata merekah. "Terima kasih, Jeff. Aku percaya padamu. Mulai besok, kamu tak perlu memakai seragam office boy lagi karena kamu akan didampingi oleh Peter mempelajari semua tentang seluk beluk perusahaan."

"Baik, Pak."

"Terima kasih, Jeff. Ayo habiskan makananmu."

Hadinata lega setidaknya dia sudah memiliki kandidat yang sangat pas dan sesuai dengan kriterianya. Entah kenapa Hadinata memiliki sebuah keyakinan bahwa Jeff lah orang yang kelak dapat menggantikan dia memegang tahta tertinggi di perusahaan. Jeff lah orang yang tepat untuk menjaga Cia dan Megantara. Hadinata hanya perlu menunggu saat waktu itu tiba.

Sementara itu, Cuma mendengus dalam hati. Seorang office boy merangkap sopir pribadi naik tahta menjadi CEO. Benar-benar tidak mampu dia nalar sama sekali. Apa jadinya perusahaan jika barada di tangan Jeff? Cia ingin memberontak sang papa tapi dia tak mampu karena kondisinya seperti ini.

Ya, Cia hanya perlu bersabar sebentar karena dia akan berjuang keras agar segera sembuh dari kelumpuhan ini dan Cia akan kembali merebut apa yang seharusnya dia miliki. Perusahaan itu harusnya dia yang menghandel bukan Jeff karena pria itu bukanlah siapa-siapa.

Lihat saja, Jeff. Aku tak akan tinggal diam. Gerutu Cia di dalam hatinya.

•••

"Banyak sekali makanan yang Bang Jeff bawa," celetuk Rembo ketika Jeff datang ke markas, menenteng beberapa kantong besar berisikan makanan.

"Kalian makan saja. Habiskan!"

"Bang Jeff dari mana? Kenapa membawa banyak sekali makanan untuk kami." Rembo yang kemudian membuka kantong demi kantong dengan disertai decakan kagum. Pasalnya makanan yang Jeff bawa bukanlah makanan pinggir jalan semalam martabat telor. Tapi semua makanan ini hampir tidak pernah Rembo makan.

"Bang! Ini makanan mewah. Abang dapat dari mana makanan sebanyak ini?"

Jeff melepas jaket lalu menjatuhkan dirinya duduk di sofa butut yang ada dalam markas besar mereka. "Bosku yang kasih. Mereka makan sekeluarga di resto mewah. Karena makanan yang dipesan sangat banyak, jadi tidak mereka sentuh semuanya. Ya, sudah daripada mubazir tidak dimakan padahal sudah dibayar, lebih baik aku bawa pulang. Lumayan buat makan malam kalian."

"Dasar orang kaya. Sukanya menghamburkan duit hanya untuk makanan mewah."

"Sudah jangan banyak bicara. Makan saja!" Titah Jeff lalu beranjak dari duduk dan masuk ke dalam ruang pribadinya. Dia sangat capek dan ingin istirahat meski sekejab saja.

Sementara itu, tak hanya Rembo, tapi beberapa anak buah Jeff yang berjumlah lebih dari sepuluh orang sudah mengerumuni makanan yang sangat sedap baunya. Harum makanan yang membuat perut mereka keroncongan.

"Bang Jeff sekarang banyak berubah, ya?" Celetuk salah satu di antara mereka.

"Iya. Sekarang malah makin tampan tak terlihat sangar. Itu rambutnya kenapa dipotong segala. Benar-benar banyak berubah. Salut aku."

"Apa jangan-jangan ada sesuatu yang membuat Bang Jeff berubah seperti itu."

"Sesuatu apa?"

"Wanita misalnya," celetuk salah satunya dengan suara lirih.

Rembo hanya mendengar omongan-omongan mereka sembari berpikir keras apakah benar karena wanita sang bos mereka jadi berubah alim begitu. Tak lagi ada Bang Jeff yang suka marah-marah ketika menghadapi para anak buah yang membangkang. Tak ada lagi Bang Jeff yang sangar dan menakutkan ketika tak ada uang. Tak ada lagi Bang Jeff yang memerintah mereka untuk ikut balap liar.

Kini yang ada hanya Bang Jeff yang berangkat pagi pulang malam, lalu masuk ke dalam kamar menyendiri di sana. Tak pernah juga bergabung hanya untuk sekedar minum-minum bersama mereka.

Apa benar semua karena wanita?

Rembo sangat ingat ketika tanpa sengaja dia melihat Jeff di sebuah parkiran tempat makan. Waktu itu Rembo tak sengaja lewat. Memperhatikan dan harus membulatkan mata ketika melihat sosok Jeff tengah menggendong seorang wanita cacat. Rembo tahu hal itu karena Jeff mendudukkan wanita itu di atas kursi roda. Jika memang benar Jeff berubah karena wanita, kenapa Rembo merasa tidak rela.

Padahal seharusnya Rembo ikut senang jika Jeff berubah menjadi seseorang yang lebih baik. Namun, entah kenapa dia merasa kehilangan. Semenjak Jeff tak lagi pernah berada di markas, rasanya hampa. Para anak buah kehilangan arah. Sementara dia sendiri juga tidak ada semangat meski pun Jeff mengalihkan semua tugas-tugas padanya. Selama ini pula Jeff selalu menjadi bos yang baik juga mensejahterakan para anak buahnya.

Ah, Rembo tak tahu apa yang akan Jeff lakukan setelah ini. Namun, Rembo penasaran. Siapa sebenarnya sosok gadis yang sudah membuat Jeff berubah seperti ini. Bertanya pada Jeff sendiri pasti juga Rembo tak akan mendapat jawaban. Apa dia harus mencari sendiri informasi terkait Jeff dan wanita itu.

JEFF DAN ALICIA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang