page. 3

85 14 1
                                    

Kejadian malam itu berlalu begitu saja. Tak ada yang mengubah keadaan Sabda dan Ann. Mereka masih jauh satu sama lain. Malah sekarang Sabda terlihat lebih menghindar ketika menemukan sosok Ann. Ia suka tiba-tiba ngilang ditengah keramaian, suka tiba-tiba sembunyi di tubuh temannya walopun nihil juga usahanya karena tubuhnya yang jangkung itu susah buat ditutupin. 

Ann yakin sabda nggak sepemalu itu. Tapi tetap aja malam itu mungkin menolehkan trauma bagi sabda. Ya, Ann wajar saja, soalnya efek tatapan maut abangnya emang bukan main bukan bukan. Ngerinya emang sampe bikin mental anak orang ngga waras. Bang aksa emang seserem itu kalo lagi mode jaga adik bungsunya. Jadi masuk akal kenapa bunda nggak ngebolehin Ann buat ngenalin sebastian sebagai pacarnya. Bisa-bisa diamuk abis abisan jadi lalapan sambel pecel lele tempatnya.

Ngeri.

''Sebastian!!'' 

teriak Ann memanggil Sebastian yang baru saja kembali dari lapangan basket. Kebetulan sekali setelah menunggu beberapa menit di depan kelas mantan pacarnya akhirnya Ann bisa bertemu dengan sang pujaan hati.

''Sebastian!!!'' 

Ann tersenyum lebar, wajahnya secerah matahari pagi. Meski sebaliknya sang pujaan hati kelihatan ogah-ogahan menanggapi Ann.

''Baru kelar basket?'' tanya Ann pelan. Ia hati-hati sekali takut Sebastian menghindarinya lagi seperti tempo hari. 

''...'' 

''Aku boleh ngomong sebentar nggak?''

''5 menit'' jawab dingin sebastian.

''makasih basss'' 

Ann berbinar. Ia senang sekali bisa bertemu dengan pujaan hatinya yang tampan itu. Selain tampan sebastian juga semua paket lengkap menjadi pria idaman. Ya gimana, dia tuh populer, tajir dan kapten basket idaman kaum hawa sekolah. Nggak heran kalo banyak yang naksir sama sebastian, termasuk Ann.

''Anu...'' Ann tampak gugup, ia membasahi bibirnya. Berulang kali mengatur napas berharap bahwa ia cukup waras untuk berhadapan dengan sebastian. 

Disisi lain Sebastian dengan peluh di dahinya menyernyit, ia tau Ann gugup. Ia paham tujuan Ann datang ke kelasnya. Ini bukan kali pertama buatnya, harusnya sebastian terbiasa namun bukannya terbiasa ia malah muak dengan permintaan Ann yang sudah melebihi batas kesabarannya.

Sekarang ia cuma bisa diam, ia biarkan Ann berbicara semaunya sebab ia tak mau semuanya makin panjang.

Ann menelan ludah, ia menelan semua kepahitan di tenggoroknya sebelum ia melontarkan semua yang ada dipikirannya. 

''Anu... aku minta maaf belum bisa jadi pacar yang baik buat sebastian. Aku banyak salahnya sama sebastian, aku minta maaf...'' ucapnya lembut.

Sebastian masih diam.

''Kalo boleh....'' beberapa saat Ann menjeda, ''kalo kamu udah maafin aku, boleh nggak kita balikan lagi?'' pinta Ann halus.

''what?'' Sebastian menyernyit tak paham.

''Balikan...'' Ann menelan ludan. ''Maksud aku bisa nggak kita sama sama lagi? Aku udah introspeksi diri, aku janji bakal jadi Ann yang lebih baik lagi buat sebastian. Sumpah!''

Ia mengulurkan tangannya ke atas, membuat tanda peace sambil tersenyum kecil. Harusnya itu manis, tapi dimata sebastian itu hanya senyum yang memuakkan. 

Sebastian berdecik, ia tersenyu picik, ''Lo nggak lagi halu kan?''

''Hah?''

Sebastian memberikan tatapan tajam pada Ann, ia sungguh muak dengan situasi ini. Sudah jalan dua bulan semenjak mereka putus namun Ann tetaplah Ann yang memuakan. Ann seperti tak paham bahwa hubungan mereka memang harus berakhir. Sifat kekanak kanakan Ann sungguh memuakkan bagi sebastian.

BEGIN AGAIN [soobin x lia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang