page. 12

84 9 3
                                    

Sepuluh menit lagi, sepuluh menit lagi Sabda harus menahan diri untuk tetap waras di samping adik tirinya itu. Entah kutukan apalagi yang tuhan rencanakan sampai ia harus mengawali hari kembali ke sekolah dengan semobil bersama Akasia.

Sabda jelas keberatan, terlebih akhir akhir ini Akasia sering sekali menjelek jelekan nama Ann. Mungkin lebih dari tiga kali sehari, atau setiap mereka bertemu Akasia nggak segan segan memperingati Sabda buat menjauh dari gadis itu. Sama halnya dengan pagi ini.

''Kakak pokoknya harus dengerin gue, harus dengerin. Kakak boleh berteman sama siapa aja, boleh suka sama cewe siapa aja tapi jangan sama Ann!''

''...''

''She so bad, i cant, i cant watching you having friend as her. Kelakuan dia bikin gue pusing. Dia tuh cewek murahan, cewe gila, ngejar ngejar pacar orang''

''...''

''Pokoknya please jangan sama Ann. Siapa aja boleh suka sama kak Sabda tapi kalo Ann, ngga bisa. Ngga boleh. Asal kakak tau, dia tuh ya ampun nggak punya muka banget, ya ampun masa dia deketin kakak cuma biar bisa balikan sama pacar aku sih. Kek apa ya tuhan, sumpah najis banget sama cewe begituan... ewhhh''

Sabda masih bergeming. Pandangannya tertuju pada jalanan menuju sekolahnya. Persetan dengan ocehan Akasia, ia sibuk menjelajah meter demi meter jalanan menuju sekolah yang hampir seminggu ini ia tidak lewati. Itu semua karena bekas tamparan papa yang tak kunjung memudar karena kayaknya semenjak laporan pencurian alat laborat, papa yang tiap kali liat sabda otomatis memberikan cacian yang di akhiri dengan tamparan.

Persetan, ia nggak tau lagi harus berbuat apa selain menerima itu semua. Bagaimanapun papa yang sekarang adalah papa yang pemarah dan benci dirinya. Padahal Sabda bukan anak nakal seperti yang papa bilang. Semua ia lakukan untuk menutupi kesalahan anak tirinya. Ya, menutupi Akasia yang punya gangguan cleptomania.

''Kak, lo dengerin gue kan?''

Lamunan Sabda terhenti, ia membalikan wajahnya pada Akasia. Tampak datar dan dingin.

''Dengerkan?'' Ulang Akasia memastikan.

''Iya gue denger'' balas Sabda malas.

Jujur ia nggak suka kalo Akasia memandang rendah Ann. Tapi yang dikatakan Akasia masuk akal juga. Alasan dia mendekati sabda mungkin karena Ann ingin memanfaatkan dirinya untuk bisa balikan dengan Sebastian. Secara Ann memang kayaknya cinta mati sama sepupunya. 

Tapi fakta itu membuat Sabda sedikit sakit. Lebih sakit daripada menyadari bahwa dirinya marah karena Ann menyebutnya melakukan KDRT. 

''Bagus deh kalo kakak denger. Jadi kakak pasti ngerti apa yang harus kakak lakuin'' 

Akasia nampak senang, ia tersenyum puas. Kedua tangannya menekuk di depan dada. Ia membusung penuh kemenangan, karena ia merasa di dukung sabda untuk mengutuk Ann. 

''Gue nggak akan biarin tuh anak nyentuh orang orang yang gue sayang. Nggak akan gue biarin!'' lanjut Akasia bersemangat.

Di sisi lain Sabda tampak muak. Ia menepuk bahu sopirnya untuk berhenti dan turun dari mobil. Akasia sempat berontak, tapi kepergian Sabda tak bisa di tahan. Sabda benar benar muak dengan adik tirinya, ia sudah tidak tahan dengan keegoisan Akasia. 

Untuk kesekian kalinya, Sabda memejam mata, ia membiarkan udara pagi ini mengisi dan menghapus seluruh emosinya. Kali ini ia harus tetap waras, meskipun Akasia bertingkah gila. Setidaknya ia ingin tetap waras karena hari ini ia ingin masuk sekolah.

''Hufftt''

Tepat ketika napas beratnya terhempas, matanya menemukan sosok mungil di depa gerbang sana. Ya, itu adalah Ann dan bang Aksa.

BEGIN AGAIN [soobin x lia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang