page. 9

84 9 0
                                    

''Ayo mang...''

Akasia menyerahkan ransel dan seperangkat barang di tangannya pada seorang lelaki paruh baya yang biasa melayaninya untuk antar jemput kemanapun ia pergi. 

''Siap non''

Pria itu langsung menuju bagasi meletakan barang Akasia. Gadis itu menyernyit ketika pria itu tak beranjak masuk ke kemudi depan untuk segera mengantarnya pulang. 

''ayo mang...'' ulang Akasia kedua kalinya.

''Anu...'' pria itu membukakan pintu, ''Den Sabda yang nyupir. Saya nanti balik naik gojek aja, sekalian pulang non.''

Mata Akasia spontan terarah pada kursi kemudi. Di sana ada Sabda dengan kemeja hitam lengkap dengan denim kesayangannya. Akasia mengurai senyum. 

''Oke makasih mang, hati-hati di jalan mang..''

''Siap Non''

Aksia mengambil duduk tepat di sebelah Sabda. Senyumnya makin terkembang sempurna ketika melihat wajah sabda yang tenang. Sekilas bayangan tentang kejadian beberapa menit lalu terputar sempurna. Wajah ann pemicu senyum Akasia.

''Tumben kak, jemput'' ucap Akasia memecah keheningan.

''Ngga boleh?''

''Boleh, gue malah seneng banget akhirnya lo keluar rumah.''  

senyum Akasia terkembang sempurna. Tapi Sabda masih sabda yang dingin.

''Gue seneng lo keluar rumah. Lo pasti cape banget dirumah selama beberapa hari ini. Cape dengerin omongan kasar papa. Cape juga harus mendem semuanya sendiri padahal ini semua bukan salah lo. Maaf ya kak.. gara gara gue lo jadi nerima hal hal jahat dari papa, gara gara gue lo jadi begini...''  

''Udah gausah di bahas''

Sabda cepat memotong pembicaraan Akasia. Tentunya dengan tatapannya yang tajam diiringi dengan lembutnya suaranya. Seketika membuat hati Akasia makin nyeri. Namun senyum di bibir gadis itu masih terkembang sempurna, ia tidak mau membuat Sabda tau isi hatinya. Ia cukup tau seberat apa hari-hari sabda selama ia tidak berangkat sekolah.

''Makasih...'' kata itu keluar penuh dengan getar. ''Makasih udah nutupin semua salah gue...''

Sabda terdiam.

''Makasih udah mau jadi kakak yang baik buat adik tiri yang nggak tau diri kayak gue.''

''...''

''makasih sab...''

Sabda menelan ludah, napasnya berderu dengan berat. Dengan segala pergulatan yang sedang ia alami, akhirnya ia memutuskan untuk tersenyum pada Akasia. Untuk pertama kalinya, ia ingin menenangkan gadis itu. Meski ia tau tak mungkin ia benar benar bisa menenangkan gadis itu dengan segala luka yang ia punya.

''sama-sama sya''

Tangannya terulur membelai puncak kepala gadis itu. Sebentar karena kemudian mereka berdua hening. Akasia masih memandangi Sabda sesekali mengalihkan pandangan ketika mata mereka berdua bertemu. 

Akasia tidak akan pernah lupa hari ini. Ya, hari terbaik yang ia kumpulkan di lembar hidupnya. Sabda Bumi Lazuardi akan selalu hidup menjadi kakak terbaik di hidup Akasia. Apapun yang terjadi, kedepannya Akasia tidak akan pernah takut, karena sabda akan selelu ada di sisinya.

Senyum gadis itu masih tergambar sempurna secara diam diam. Sementara itu Sabda mengalihkan pandangannya menuju jalanan yang supermacet itu. Hatinya lega, meski tetap ada bagian rumpang yang kian terasa sakit bila ia mengingat perilaku papa.

Tapi itu semua sirna ketika matanya yang teduh itu tanpa sengaja menemukan sosok mungil di depan sana. Siapa lagi kalau bukan Ann. Tubuh mungilnya cukup mencolok dimata Sabda.

BEGIN AGAIN [soobin x lia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang