Ann menepati janjinya. Ia tidak menangis malam itu. Meski jelas ia sakit hati dengan sabda ia lebih memilih untuk diam. Bagaimanapun Abah pernah bilang kalao orang yang lagi marah biasanya lagi sakit hati. Entah lagi sakit hati sama orang lain atau sama dirinya sendiri. Mungkin itu yang lagu kejadian sama sabda.
Jadi sesakit sakitnya Ann, ia lebih milih buat diam karena dia tau mungkin sabda lagi sakit hati juga. Dua buah sakit hati kalo nggak ada yang mengalah nanti bisa saling menyakiti satu sama lain. Ann nggak mau itu, lebih baik dia diam.
''Veve hari ini temenin gue beli cireng di gerbang depan yukkk''
Ann nampak bersemangat. Padahal masih lima menit lagi bel berbunyi.
''Boleh... lima puluh muhehehe'' Vera menanggapi, ia juga nampak tidak keberatan dengan Ann super duber energik kalo menjelang jam pulang.
''Tapi nanti kita sekalian melipir ke MIPA 8 dulu ya mau ambil properti buat teater, sekalian juga naruh tas di audit, ngetap tempat biar kita ngga ke gusur sama yang laen...''
Ucapan Vera membuat Ann menyernyit sejenak. Sebab ia teringat bahwa penghuni kelas MIPA 8 salah satunya adalah Sabda. Ann sih nggak keberatan, cuma ia lagi-lagi nggak mau kalo sabda sampe nggak nyaman sama kehadirannya. Apalagi pertemuan sebelumnya Sabda terlihat marah pada Ann.
''Gue langsung ke audit?'' Ann ragu.
''Kenapa?'' Vera heran, ''Biasanya lo paling seneng kalo lewat sono. Sekalian liat ayang Sebastian hehehe''
Mendengar nama Sebastian Ann langsung melotot. Sumpah deh demi nama nama tumbuhan sama buah buahan, dia nggak suka kalo ada orang nyebut nama sebastian pake ayang. Yang boleh begitu cuma dirinya. Jadi ia langsung spontan menyenggol batu Vera.
''Ayang ayang... nggak sopan tau'' Ann manyun, ''Yang boleh panggil sebastian ayang cuma gue sama pacarnya...''
''Wait...?'' Vera menyernyit, agak senyum heran. ''Lo sama pacarnya? Emang lo udah tau pacar sebastian?''
Penyelidikan Vera membuat Ann menghela napas nggak senang. Bagimanapun ia harus menelan fakta kalo sebastian memang sudah punya pacar baru. Tapi ya persetan sih Ann masih sayang Sebastian. Nggak tau ini namanya cinta atau obsesi yang jelas kata Ann cintanya udah habis sama Sebastian.
Perkara Akasia, Ann lagi pikirkan. Bagaimana caranya ia tidak melukai perasaan gadis itu sebab Ann nggak mau jadi pelakor di hubungan mereka berdua. Perasaan Ann sama sebastian cukup biar Ann yang pelihara.
''Ada sebastian loh...''
Vera mengulang membuat Ann meringis nggak enak buat menolak. Ya gimana siapa yang nggak mau ketemu babang tampan sebastian.
''oke deh hehe''
''Nah gitu, yokk...''
Bel udah mengudara membubarkan siswa seantero sekolah. Ann dan Vera tampaknya jadi nomor satu yang meninggalkan kelas. Kebetulan hari ini ada ekskul teater jadi mereka nggak langsung pulang. Biasanya kumpul di audit dan latian sampai sore.
Hampir lewat kelas MIPA 8, Ann deg degan setengah mampus. Harusnya sih seneng seneng aja soalnya di depan sana udah keliatan ada Sebastian di depan pintu.
Anjir, tumben banget gue deg degan.
Ann menghela napas, ia membiarkan vera melaju di depannya. Ia mengatur langkah sambil sesekali merapihkan anak rambutnya yang lepas dari kuncirannya yang letoy. Perlahan ia tatap keberadaan sebastian di depan sana.
Satu.
Dua.
Tiga.
Satu hal yang Ann sadari ketika matanya bertemu dengan mata sebastian, detak jantungnya malah hilang. Aneh, bukannya ini semua karena Sebastian? Bukannya sensasi ini semua karena sebastian? Tapi kenapa mendadak semuanya hilang?
KAMU SEDANG MEMBACA
BEGIN AGAIN [soobin x lia]
General FictionCerita Liliana Reviera yang dikhianati Sabda Bumi Lazuardi. ''Sab, lo tau kan seberapa percaya gue sama lo?'' ''...'' ''Tapi kenapa lo begini ke gue? Kenapa lo?'' Sabda terdiam. Ia pandangi Ann dengan tatapan penuh sesal. Sejauh ini, ia pikir ini y...