page. 16

103 8 2
                                    

''kakak?''

''Kakak kenapa baru pulang?''

''Kak?''

''Kak Sabda?''

Suara itu berhasil membuat Sabda kehilangan senyum di wajahnya. Siapalagi kalau bukan Akasia. 

Sabda spontan mengigit bibirnya, ia berusaha tak pecah ketika melihat wajah adik tirinya itu. Kebetulan papa malam ini papa pulang. Ia bisa tau karena mobil kesayangan papa terparkir di depan rumah. Jadi mau tidak mau ia harus menahan diri untuk tidak meluap di depan gadis itu daripada ia kena tampar dan omel papa.

''Kakak kenapa baru pulang?'' Akasia mengulang pertanyaanya. Wajahnya nampak syok ketika ia menyadari bahwa mata Sabda sedikit bengkak.

''Gue tadi nungguin  loh, malah kakak nggak dateng....''

Ck

Sabda berdecik sinis, demi apapun ia nggak sanggup berpura pura manis di depan Akasia setelah apa yang ia lakukan kepada Ann hari ini. Demi apapun pokoknya sekarang ia cuma pengen meludah di depan gadis itu.

''Gue telpon lo berulang kali... kenapa nggak diangkat kak? Kan kita udah janji mau nyobain resto baru...'' 

Akasia tampak merajuk. Ia sama sekali nggak inget apa yang udah dilakukan pada Ann. Dia berlaku kayak semuanya baik baik aja padahal dia baru aja ngebuat seseorang yang Sabda suka hampir mati. Setan memang.

''Kakak....'' 

Akasia mendekat, mengisi seluruh pandangan Sabda dengan wajah puppies nya. Tapi mohon maaf bukannya Sabda gemas, ia malah muak. Spontan ia mendorong dengan kasar tubuh adik tirinya itu. Sumpah, ia muak. Muak sekali dengan semua drama yang Akasia sutradarai.

''Minggir lo!''

Sinis sabda. 

''KAKAK!''  Akasia bentak nggak terima. ''Apaan sih, kok kasar!''

Praktis membuat Sabda memutar bola matanya jengah. Ia mengambil ponsel dari saku celananya. Lantas membuka room chat dan memperlihatkan bahwa kontak bernama Akasia telah ia blokir.

''See...'' ucap Sabda sarkas, ''You cannot control me again. Gue keluar dari permaian lo, Cya...''

''What? Maksud lo apa?'' Akasia nyolot.

''Nggak usah pura pura bego lo. Gue udah muak sama drama lo. Gue muak jadi boneka lo. Jadi please stop do stupid things just because you have anything. Lo bukan pusat dunia cya, nggak semua orang bakal tunduk sama lo. So please... stop that...!''

Tangan Akasia terkepal sempurna. Ucapan Sabda benar benar membuatnya naik pitam. Ini diluar dugaannya. Biasanya sabda tak seberani ini menentangnya di rumah apalagi ada papa. Sabda yang ada di hadapannya saat ini seperti bukan sabda yang Akasia kenal. 

''Apaan sih kak, lo kurang ajar banget. Lo yang ingkar janji kenapa lo yang marah sama gue?''

 Ia memputar balikkan fakta. Menyusun strategi biar Sabda bisa tunduk pada dirinya lagi.

''Gue kan cuma minta ditemenin ke resto baru, kenapa lo marah marah. Ini kalo papa tau lo ngebentak gue bisa ancur lo kak...''

Sabda mengigit bibirnya, membasahi sambil mengatur kewarasan. Dalam dirinya sungguh ia ingin melayangkan tinju kalau saja foto bunda tidak terpajang di dinding yang menhadap dirinya.

''Pukul aja gue sampe mati...'' balas Sabda memecah keheningan beberapa saat itu.

''Apaan sih, lebay banget lo sab''

''Apaan sih, lebay banget lo sab''

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
BEGIN AGAIN [soobin x lia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang