page. 2

103 13 0
                                    

Sabda menghentikan langkah kakinya ketika gadis itu berbalik dengan ekspresi masamnya. Ia pasti akan ngomel.

''Udah nih udah, udah nyampe. Nggak ada niatan mau balik?!'' bentak Ann sebal. Pasalnya bocah itu benar-benar mengikutinya sampai ke warung tenda milik keluarganya.

''Emang udah nyampe?''tanya Sabda polos sambil mengitari pemandangan disekelilingnya. ''Masih belum keliatan perumahannya''

Ann mendengus sebal, ia mengarahkan telunjuknya kearah tenda biru di depannya. 

''Pecel lele keluarga gue. Puas?'' Volumenya makin naik. Melebihi suara kendaraan yang lalu lalang di sana. 

Di sisi lain Sabda masih tenang, ia malah suka dengan reaksi Ann. Ada simpul senyum yang ia sembunyikan. 

''Udah nyampe nih, sekarang lo bisa pulang kan?''

''...''

''Sana pulang!'' bentak Ann makin keras. Ia mengusir manusia jangkung itu karena takut kena doubel omel dari bunda dan abang-abangnya. Takut juga dikira nggak nggak karena ada cowok yang ngenterin dia pulang. 

Ya kalo Sebastian sih bunda udah biasa liat, cuma kalo Sabda nanti makin rumit ceritanya. Dua abangnya galak, sampai saat ini bang tangkas dan bang aksa belum tau kalau sebastian adalah pacar-mantan pacar Ann. Selama ini mereka cuma tau kalau Sebastian itu temen ekskul Ann yang naksir berat dan ngefans sama adik mereka yang cantik itu. Kalau bukan karena kerjasama dengan bunda mungkin sudah habis si sebastian oleh duo abang yang galak itu.

''Gue bilang pulang sabda!'' 

Sabda cuma menyernyit. Langkahnya terayun kembali mendekati Ann. Bola mata gadis itu membulat, sempurna ingin keluar karena sabda yang keras kepala itu.

Dasar batu batinnya berteriak memaki.

''Pecel lele keluarga lo?'' tanya sabda malah mengalihkan topik pembicaraan. ''Kebetulan gue laper, mampir dulu kali ya'' lanjutnya tengil. ''Eumm... ada rekomendasi best seller ?''

Pertanyaan Sabda membuat Ann memiringkan kepalanya. Tak percaya dengan ide gila Sabda. 

Mau cari mati lo? batin an makin frustasi. Kalau saja beneran tuh anak makan di warung tenda miliknya, bisa jadi makin kemana mana pikiran kedua abang galaknya. Aduh apalagi bang Aksa yang super duber lebay kalo sama temen cowo Ann.

''NGGAKK!!''

Teriak Ann membentangkan kedua tanggannya menghalangi Sabda. ''Lo gila kali ya, nggak usah bikin alesan. Kan tadi lo bilang mau nganterin doang, ngapain sih lo mampir-mampir. Aneh!''

''Gue aneh?''

''Iya lo aneh!''

Sabda berdecik, senyumnya terkembang. Ia menepis kedua tangan Ann. ''Eh bocil, gue laper. Lo kira jalan dari unjung gang ke sini nggak laper? Udah malem gue butuh asupan gizi. Minggir...''

''NggaK!!'' Ann makin mencak-mencak nggak setuju. ''Mau lo laper kek mau engga, kan bisa makan di tempat lain. Jangan di pecel lele keluarga gue!!!! gue nggak setuju pokoknya. Titik!!!''

Sabda nyengir, ia suka gadis itu ngomel ngomel nggak jelas. Soalnya ekspresinya secute itu kalo lagi marah. Ia jadi tau kenapa sepupunya Sebastian bisa jatuh suka sama Ann. Nggak cuma cantik Ann juga indah. Ya seindah namanya.

''Kasih gue alesan yang logis. Gue beneran laper Ann'' Sabda makin digalakin malah makin lembut suaranya. 

Ann menelan ludah, ia mencoba melihat kondisi sekitar, menengok arah warung tendanya. Siapa tau ia ke gap berduaan sama sabda oleh abang abangnya. Setelah beberapa saat berpikir akhirnya ia memberanikan buat jujur. Sebenarnya bukan mau terbuka sama Sabda cuma nggak mau makin ribet dan debat sama Sabda. Soalnya dia batu banget. Ann males banget ngomong sama batu.

''Gue bisikin'' Ia menatap tajam sabda. Tatapan intimidasi. Tangannya sambil memberi kode agar Sabda merendahkan tubuhnya biar bisa mendengar suara bisikan Ann.

BEGIN AGAIN [soobin x lia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang