page. 21

55 7 0
                                    

Pementasan teater tinggal menghitung hari. Semua anak teater sibuk latihan, nggak terkecuali dengan Ann yang makin rajin minta surat dispen ke ruang BK. Kayaknya hampir semua guru tau kalo akhir akhir ini anak teater makin ilang-ilangan di jam pelajaran. Beberapa guru sih no problem cuma beberapa yang lain ngotot minta dibuatkan surat dispen dari BK. Agak aneh sih cuma ya udah Ann ngikut aja daripada guru Kimianya ngamuk dan ceramah.

''cuy...'' bisik Veve sambil menyenggol sikut Ann.

''cuy...'' ulangnya dua kali mengode sahabatnya itu. ''Ipar lo....'' lanjutnya sarkas.

Ann yang sibuk mengisi form dispen spontan mengarahkan pandangan matanya pada sosok yang baru saja memasuki ruang Bk. Tentu tatapannya tak sendiri, beberapa anak teater lain juga mengarahkan mata pada Akasia.

Bocah itu tertunduk, pak Broto si guru BK itu tampak menghela napas panjang setelah menyeret gadis bernama Akasia.

Ann tentu menelan ludah.

''pro.ble.ma.tik'' bisik Veve penuh penekanan.

Ann belum sempat menjawab karena tiba tiba saja semua anak teater disuruh keluar dari ruang tersebut. 

''Anak teater keluar dulu, surat dispen ditulis di kelas masing-masing'' 

Nggak butuh waktu lama semua anak teater termasuk Ann dan veve digiring keluar dan menyisakan suara gebrakan pintu tertutup. Demi zeuz kalo sudah begini pasti kasus yang ditangani BK bukan sekedar bolos pelajaran, percaya deh pasti ini kasus yang lebih gede. 

Ann menelan ludah, ia masih tertahan beberapa langkah di belakang Veve yang sudah aktif mencari info tentang Akasia. Bukan hal yang sulit sih soalnya di depan lorong kelas banyak gerombolan anak-anak yang lagi bergosip tentang Akasia. Kayaknya emang kejadiannya baru aja terjadi. fresh.

''kenapa ve?'' tanya Ann ke Veve.

''gacor!!'' jawab Veve singkat, padat, bikin bingung.

''???''

''Akasia ke gep maling spion motor di parkiran, and you know???''

''....''

''dia nggak cuma maling satu spion aja, dia maling banyak spion!!!''

Ann menelan ludah, demi apapun dia speachless. Kayaknya nggak ada kata-kata yang bisa terucap buat menanggapi tingkah Akasia. 

''Ka gue bilang ape, dasar cewek problematik. Anjir lah tajir doang tapi tapi demen maling. Nggak kebayang sih, gue kira sekelas Akasia hobinya golf, tenis, shopping kek,  ini malah maling spion motor. Anjirlah gue kira...''

Veve belum sempat ngedumel yang panjang, Ann juga belum sempet menanggapi tapi tiba-tiba saja Pak Broto disusul dengan 2 guru BK serta satpam berjalan memecah gerumulan siswa di lorong. Langkah mereka ketara tergesa-gesa. Mendadak suasana menjadi mencekam.

Nggak butuh waktu lama karena setelahnya mereka kembali lagi setelah berhasil mendapatkan sebuah tas hitam lengkap dengan pemiliknya.

''What the hell!!'' celetuk Veve nggak percaya.

 ''Sabda ngikut juga tuh..!'' teriak Veve sembari melirik Ann.

Ann hanya bisa terdiam. Di depannya Sabda berlalu begitu saja. Bahkan ia mungkin sama sekali tidak memperhatikan kehadiran dirinya. Bocah itu menunduk, sekilas ada ia tau bahwa muram tengah menyelimuti Sabda.

Sementara itu Veve dengan entengnya menyeletuk, ''Yaelah kakak adek problematik, kompak bener maling spion''

Demi zeuz Ann nggak mood buat marah sama Veve. Veve memang sahabatnya, ia berharap kali ini Veve bisa memihak dirinya dan percaya kalo Sabda tidak salah. Tapi setanlah bukanya ada disisiya Veve sama saja dengan puluhan siswa lain yang berlomba-lomba menghujat Sabda.

BEGIN AGAIN [soobin x lia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang