page. 10

96 10 3
                                    

Malam itu menjadi malam yang panjang buat Sabda. Bertemu dengan Ann bukanlah salah satu dari sekian skenario yang ada di kepalanya. Tapi kayaknya memang semesta lagi mendukung dirinya. 

Memberikan sedikit hadiah setelah banyaknya tamparan dari papa beberapa hari ini. Sabda muak sih, tapi ia tau ia punya Ann yang penuh kejutan. Seperti namanya, ann adalah kebaikan, keindahan dan keberkahan bagi orang sekelilingnya. Kini Sabda cukup bisa mengamini bahwa gadis itu cukup cocok untuk sebuah nama yang begitu manis ketika diucap dan didengar.  

Ann, kiranya nama itu lagi-lagi membuat Sabda tersipu malu.

''Mulut lo buka dikit''

perintah An membuat Sabda spontan menghapus senyum tipisnya. Lagi-lagi jarak mereka berdua begitu dekat. Sabda sampai bisa melihat wajah Ann dengan jelas. Meski mata Ann begitu cantik, Sabda tetap memilih bibir gadis itu sebagai favoritnya. Bukan karena mesum, ia cuma sesuka itu ketika Ann ngomel nggak jelas, ia suka ketika bibir itu tanpa sadar mengulas senyum manis. 

Persetan, jantung sabda mendadak deg degan ketika tangan mungil Ann perlahan menyentuh bibir miliknya. Meski sesekali meringis kesakitan Sabda rela, ia bahkan nggak berkutik sama sekali.

''Ya ampun, sabda lo abis berantem sama siapa sampe begini...'' celetuk Ann heran.

Sabda masih diam, dia nggak bisa merespon karena tangan ann masih bertengger disana.

''Pipi lo juga lebam banget, cuma gue nggak tau obatnya gimana. Gue bukan anak PMR''

Ann hampir mengusap pipi Sabda, cuma cowok itu menghentikannya dengan genggaman tangan lembut.

''Jangan di olesin obat merah'' ucap Sabda membuat Ann spontan meringis. 

''Ooo nggak boleh yah?'' 

''ya kali lebam doang diolesin, nanti pipi gue merah semua kayak ondel ondel.''

''Hehhe...'' Ann meringis, ia masih nggak sadar tangannya di genggam sabda. ''Abisnya ngeri banget, lo ngapain sih? baru aja seminggu enggak masuk sekolah udah babak belur begini''

Sabda berdecik, ''Ck! bocil mana paham.''

''Idih... gue mah paham.'' 

Ann nggak terima. Ia melotot dengan niat menakuti Sabda, cuma nihil sih. Usaha Ann buat jadi garang marah membuat Sabda mati matian menahan senyum lebar.

Dalam hati sabda cuma bisa berteriak kok ada sih manusia se menggemaskan ini?

''Lo abis tawuran kan sama Syauqi?!!'' lanjut Ann membara menuduh Sabda.

Bukannya marah, sabda malah tertawa kecil. Ia melepas tangannya lantas menoyor lembut gadis di depannya. Tawanya masih ada di wajah tampannya. 

''Jangan ketawa sabdaa! gue serius!''

''ya gue juga serius Ann'' balas Sabda lembut.

''kalo serius nggak boleh ketawa.''

''Iya iya...'' 

Sabda mati matian menahan tawanya. Ia sampai menggigit bibirnya rapat. Membuang muka dan merayakan kehangatan ini dengan suara riuh las besi di area bangunan. Ini malam hari yang dingin tapi hatinya selalu hangat bila ada Ann.

Ajaib.

''Abis tawuran kan lo?'' Tanya Ann masih menyudutkan Sabda. 

''Nggak tawuran Ann.''

''Masa?'' 

Ann masih nggak percaya, ia melipat kedua tangan di depan dada. Sesekali manyun karena ia yakin Sabda sedang menyembunyikan sesuatu. Sejujurnya Ann nggak suka liat sisi lemah sabda. Ann takut gara gara kejadian kemarin Sabda berulah dan makin menjadi-jadi dan ikut tawuran. 

BEGIN AGAIN [soobin x lia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang