Malam masih setia mengguyur hujan cukup deras. Udara dingin juga perlahan menusuk tulang, suara petir masih terus menyambar satu sama lain. Suasana kamar malam itu masih begitu tenang ketika keduanya masih sibuk dengan urusan masing-masing. Setelah melakukan acara makan malam bersama dibawah, Shani sibuk mondar mandir sambil menelepon seseorang. Sedangkan Gracia sibuk mengisi beberapa berkas untuk kuliahnya besok. Gracia tidak bisa menahan tawanya melihat kehadiran Shani yang sejak tadi mondar mandir mengelilingi kamarnya. Bukannya gimana, gadis itu sekarang tengah diomelin habis-habisan oleh seseorang di panggilan telepon, Gracia tau siapa dia.
"Sis, masa lo tega sih ngebiarin gua nyetir ditengah hujan badai gini."
"Eh, Shani Indira lo udah janji mau bawain makanan buat kita jaga bareng malem ini ya."
Suara Sisca mengisi satu kamar, karena Shani sengaja untuk loud speakers panggilan mereka.
"Iya tau kok, Sisca cantik. Tapi, ini masalahnya gua ditahan nih."
"Sama?"
"Aku, kak Sisca."
Gracia yang sibuk menulis, membuka suara sampai terdengar ke via telepon Shani dan Sisca.
"Aku ga bolehin kak Shani nyetir malem-malem hujan badai gini sendirian, rumah aku jauh banget kak."
"Dengerin Sisca Saras." Shani menahan tawanya.
"Gracia ga tau aja kamu, Shani dulu tuh kalo nyetir kayak orang pembalap di F1, hujan badai diterjang aja tuh buat stay on di unit gawat darurat."
Shani segera merampas ponselnya dan mematikan mode loud speaker, ditempelkan nya pada daun telinga miliknya sambil sedikit menjauh dari jarak Gracia. Ia memejamkan matanya, menahan rasa geram setelah mendengar Sisca membeberkan cerita masa lalu. Melirik sekilas kearah Gracia yang tampak manggut-manggut sambil menahan tawa, ah sudahlah. Itu kan ceritanya emang Shani belum mengenal Gracia, lagi gila-gilaan soal pekerjaan.
"Istighfar coba Sis."
Gracia kembali tertawa dan Sisca diseberang sana juga sedang menertawai nada panik Shani.
"Beda server dong beb."
"Emang bener ya kak?" Gracia kini bertanya sambil menoleh kebelakang, ia sedang duduk di meja belajarnya dan sudah hampir selesai mengisi beberapa lembar berkas kampus. Shani ikut berbalik. Keduanya saling menatap, Shani menunjukkan wajah datarnya yang langsung ditertawai Gracia.
"Jangan percaya Sisca, dia sesat."
"Eh apaan lo gua denger ya." Gracia kembali pada posisi semula sambil menertawai ekspresi wajah kesal Shani, sedangkan Shani udah ingin mematikan panggilan secara sepihak. Meski besok dia pasti akan diomeli habis-habisan oleh Sisca.
"Besok jam sebelas, sejam sebelumnya udah analisis data pasien."
"Yaudah have fun ya, gua paham kok."
Sisca yang diseberang sana tengah duduk berhadapan dengan Feni, yang turut mendengarkan panggilan mereka sejak tadi, saling menatap satu sama lain. Ada perasaan menenangkan ketika mendengar Shani yang akan menginap di rumah Gracia, terlebih gadis itu baru kali ini akan melewati jam lembur setelah hampir dua tahun bekerja secara terus menerus. Tanpa ada kata pulang, atau istirahat. Sisca dan Feni akan memberikan waktu yang berharga ini untuk Shani. Meski hanya semalam, semoga Shani menikmati hal itu.
Mendengar hal itu Shani tersenyum lebar, matanya menatap kearah salah satu lukisan layang-layang warna warni milik Gracia yang terpajang diatas meja belajar. Entah kenapa ada perasaan bahagia yang tiba-tiba kini muncul, Shani tidak pernah merasakan hal ini sebelumya, perlahan tatapan mata Shani menuju pada punggung gadis yang kembali sibuk di meja belajarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AMERTA & KAHARSA || greshan
Fanfiction"Yang abadi di dunia itu ngga ada." "Kebahagiaan bisa abadi tau, kayak kisah Jack Dawson sama Rose DeWitt, sampai umur mereka sama-sama usai." "Tapi, Jack ninggalin Rose. Jangankan mereka, Habibie aja ditinggal sama Ainun." "Kamu aja yang ngga tau p...