AMERTA & KAHARSA || greshan

°24 Fix You

Kicau burung menyuara pada kekosongan, semburat hangat surya pagi dengan langit cerah menyambut. Semilir angin musim semi menembus sela-sela jendela. Hangat dekap menyatu antar keduanya pada sepanjang malam, hingga pagi menyambut. Tubuh mungil itu didekap tak terlepas barang satu senti pun, kulit dengan kulit, wajah dengan ceruk leher. Gesekan dagu pada puncak kepala gadis itu tak kunjung membuat sang empu terbangun, karena yang mendekap sudah mulai merasa lelah lengan panjangnya dijadikan bantalan sepanjang malam. Belum lagi perut harus keroncongan karena jam makan pagi sudah terlewat.

Namun, ini menjadi tidur terpanjang dan paling menenangkan.

Dikala tidur menjadi perihal yang begitu sulit. Malam tak ada penenang, selain beronda sampai pagi demi keselamatan pasien. Jangan tanya soal diri, disaat tubuh benar-benar merasa letih baru saat ini meronta ingin diistirahatkan. Benar, sebab hadir Gracia menjadi tempat peristirahatan ternyaman yang Shani miliki. Sampai pada detik ini. Jika ini hanya sebuah mimpi, maka Shani benar-benar tidak tau dimana harus mengistirahatkan diri.

Kemarin tidak ada percakapan lebih, Shani hanya diizinkan makan lalu berlanjut istirahat. Tidak ada penjelasan lebih, percakapan yang menyinggung mengenai pertemuan terakhir keduanya, tidak ada pembahasan mengenai keberlangsungan hubungan keduanya. Benar-benar dari sore hingga petang, menuju pagi ini posisi mereka tak berubah. Sama-sama memeluk, dekap hangat, berisitirahat sebaik dan senyaman mungkin setelah melewati hari-hari hampa dan kosong.

Pikiran Shani saat ini hanyalah satu, bagaimana cara meyakinkan Gracia agar bisa menarik kata-katanya kembali. Bagaimana cara agar dia bisa memperbaiki diri dan Gracia bisa bersamanya lagi. Tak ada tujuan lain selain itu, hari ini dirinya tidak akan bertekad untuk mengejar jam kerja atau menyibukkan diri. Tidak. Shani sudah dibuat gila perihal dirinya sendiri, saat ini kesempatan terbuka lebar.

Gracia terbang jauh-jauh seorang diri, menemui dirinya. Merawatnya, bahkan. Jika orang lain, mungkin tidak akan seperti ini. Shani bisa yakin tidak ada yang seperti Gracia, dia hanya satu. Hanya dia. Benar-benar hanya dia.

Mungkin ini bentuk nyata kesetiaan, ketabahan hati Shania Gracia. Pernah Shani berangan-angan bagaimana jika Gracia mendatanginya jauh dari Indonesia, namun angan-angan itu seperti kemustahilan dipikiran Shani. Ragu itu menggoyahkan bagaimana ketulusan hati Gracia, sampai saat ini benar-benar datang dari jauhnya. Hanya untuk Shani. Menjadi tamparan telak untuk Shani, bahwa Gracia benar-benar tulus. Pikirannya tak perlu melayang-layang lagi. Tidak perlu ia berfikir bahwa hubungannya sudah kandas dalam satu waktu, dalam problema kecil namun begitu pelik.

Shani sudah mengetahui perjalanan akhirnya.

"Kak.."

Shani sadar, perihal ketidakterbukaan mengenai dunianya sudah membawa malapetaka begitu buruk dan pedih. Ia tidak sadar bahwa Gracia sangat menginginkan untuk dibawa masuk pada dunianya yang pelik. Penuh benang kusut yang harus diluruskan satu persatu. Ragu akan rasa lelah dan ketidakinginan Gracia pada kepelikan Shani, ternyata justru salah. Gadis itu benar-benar keras kepala, menerobos masuk dengan paksa dan meminta Shani untuk memperlihatkan segala isinya. Menangkap semua perasaan Shani, tak hanya senang dan bahagia. Jika Shani saja masih begitu takut untuk memperlihatkan segala isi kelam, lalu bagaimana Gracia yang sangat begitu ingin untuk turut menyelam pada lautan ganas dan kekelaman.

Bagaimana jika Gracia adalah sebuah bentuk labuhan terakhir dirinya yang terombang-ambing ditengah ganas akan hidupnya yang tak tentu.

Shani tidak perlu banyak penerkaan dalam pikiran, tidak perlu tanya bersemayam dalam hati, jika hadir Gracia selama ini benar-benar nyata dan akan menemani sampai titik terakhir dirinya berada di dunia. Maka dengan begitu Gracia akan menjadi pilihan telak, dari sekian banyak keraguan Shani gadis itu benar-benar menyingkirkan segalanya dalam satu kali hempasan.