Langit tampak cerah dengan warna biru awan putih mengudara berkumpul menjadi satu dalam keindahan yang begitu tampak jelas, langkah kaki seorang gadis itu terasa begitu ringan ketika sudah memasuki area rumah sakit yang begitu ramai. Senyumnya mengembang beda seperti biasanya, lengannya sibuk menghimpit kanvas yang masih terbungkus. Ketika diperempatan lorong ia memutuskan untuk berjalan menuju unit anak-anak, pagi itu waktu dimana dirinya akan mengisi jam kosongnya bersama anak-anak disana.
Ada harapan yang mengisi perasaannya sejak semalam. Ada penantian yang ia tunggu sejak kemarin. Ia berharap ada suara yang ia kenal sedang berada disana.
Matanya mengedarkan pandangannya ke beberapa titik, hanya ada riuh anak yang berlari kesana kemari. Sosok gadis yang juga tampak turut ikut duduk ditengah-tengah sekumpulan anak.
Gracia berjalan mendekat dengan mencoba tersenyum sebaik mungkin. "Selamat pagi kak Feni," Sapa nya kala Feni menyadari kehadirannya.
"Gracia, kita bertemu lagi." Feni berdiri dan reflek memeluk gadis itu. Dengan kaku Gracia membalas pelukan sekilas Feni.
"Wah mau ada yang digambar nih." Feni melihat kanvas berukuran sedang tampak terbungkus masih belum dibuka sama sekali.
Gracia mengangguk semangat sambil menunjukkan kanvas yang baru saja ia beli semalam bersama keluarganya. Ada keinginan yang Gracia ingin lakukan hari ini.
"Aku mau melukis kak Shani."
Seolah keramaian yang menyerang Feni sejak tadi itu terasa padam ketika Gracia menyebut nama Shani. Ia menatap wajah bahagia dan semangat Gracia. Senyumnya seketika luntur tak bisa dipalsukan lagi. Gracia menatap perubahan wajah Feni saat ini, ia menolehkan kepala kesana kemari mencoba mencari keberadaan.
"Kak Shani ngelembur lagi ya?"
Tak ada jawaban.
"Kamu sudah sarapan pagi belum, Gracia?"
Gracia tersenyum. "Udah kok, roti. Rencananya mau ngajak kak Shani sarapan bareng di stand nya kak Jai dibawah." Merasa aneh dengan pertanyaannya yang tak terjawab, Gracia mencoba memperhatikan mimik wajah Feni.
Ada banyak sekali, rencana yang Gracia ingin lakukan bersama Shani. Terlihat dari bagaimana Gracia menjelaskan satu persatu tujuannya dari awal. Feni merasakan dadanya yang tertekan, ada perasaan yang sejak tadi ia tahan sekuat tenaga. Tangannya terulur untuk menggenggam tangan Gracia. Matanya menatap pada gadis yang penuh dengan binar bening dari mata hitam nya yang pekat.
"Shani."
"Kenapa kak Feni."
"Dia lagi tidur, Gracia."
"Ohya? Secapek itu ya kemarin?"
Feni menggeleng. "Kamu mau ketemu dia ngga?"
Entah perasaan apa yang menyerang Gracia tiba-tiba, ketika melihat perubahan wajah Feni dengan suara nada yang begitu bergetar. Gracia merasa ada sesuatu yang janggal, bahkan perasaan gundah nya sejak kemarin kembali lagi saat ini. Seolah memang perasaan nya mengatakan ada sesuatu yang ia tidak ketahui.
"Aku tunggu dia bangun aja ya kak."
"Dia bakal bangun lama."
KAMU SEDANG MEMBACA
AMERTA & KAHARSA || greshan
Fanfiction"Yang abadi di dunia itu ngga ada." "Kebahagiaan bisa abadi tau, kayak kisah Jack Dawson sama Rose DeWitt, sampai umur mereka sama-sama usai." "Tapi, Jack ninggalin Rose. Jangankan mereka, Habibie aja ditinggal sama Ainun." "Kamu aja yang ngga tau p...