°20 Burst out

1.2K 141 43
                                    

Hampir tangan itu bersentuhan untuk memutus kesterilan antara Shani dan Gracia. Sisca lebih dulu menahan pundak Shani untuk berhenti melakukan keinginannya saat ini. Satu ruang operasi menunduk, meluluhkan sebuah rasa dalam hati.

"Ada detak jantung."

"Ada denyut nadi."

Ucap para ahli Anastesi.

Luruh semuanya, menunduk bahkan hampir meluapkan isi perasaan. Rasa lega menjalar seisi jiwa. Satu ruangan seolah mencair setelah terbekukan oleh keadaan yang mencekam. Bunyi riuh mesin EKG mulai terdengar mengisi keheningan yang hampir mematikan jiwa.

Ditatapnya tangan bergetar itu, Sisca merasa seolah dirinya baru melakukan aksi operasi pertama kali pada hidupnya. Sisca menoleh pada Shani yang kini tersenyum padanya. Pundaknya ditepuk berkali-kali, menyadarkan diri bahwa semuanya benar-benar berjalan dengan sesuai harap semua orang.

"Kita selesaikan ini."

Hampir air mata itu keluar dari dua manik mata Sisca, dia harus lebih menahan diri sampai operasi telah usai.

"Kalian hebat." Begitu ucap Dokter Adis seolah memberi apresiasi kepada seorang dokter muda yang baru melakukan operasi.

Shani tak kuasa menahan air mata sampai harus mendongak, kakinya lemas berjalan mundur sampai bertemu dengan tembok ruangan. Luruh tubuhnya sampai kebawah sana. Ditatapnya wajah Gracia dari bawah sini, tangisnya pecah beriringan dengan perasaan lega yang lolos dari dalam diri.

"Terimakasih, Gracia. Terimakasih sudah kembali."

Matanya terpejam karena kini semua rasa sakit dan lelah sudah mulai menyerang diri. Nafasnya tak beraturan karena sempat beradu dengan rasa gelisah.

Operasi panjang itu telah usai.

-

Ada nafas lega yang keluar dengan tangis kebahagiaan. Peluk hangat satu sama lainnya saling bertemu. Shani melihat pemandangan begitu mengharukan dalam hidupnya. Dari sekian banyak operasi yang berjalan dengan lancar, ketika sudah banyak aksi momen membahagiakan. Pada saat inilah dirinya ikut terseret dalam keharuan bahagia keluarga.

Sisca memeluk Shani tiba-tiba. Membuat Shani sedikit tersentak terkejut, begitu juga Feni memandang keduanya dengan mata berkaca-kaca. Seolah bangga pada keduanya.

"Jangan ledek gua sekarang.."

"Makasih ya."

"Lo diem. Minimal bales pelukan gua."

Entah kapan terakhir mereka melakukan hal seperti ini, peluk hangat keduanya sama-sama mendekap erat. Disusul Feni yang menyelimuti keduanya dalam peluk.

"We did it?" suara Sisca sudah bergetar, ditumpahkan segalanya dalam dekapan teman-temannya.

Feni mengangguk, "yes, we did it."

Dari keputusasaan Gracia saat itu. Dari enggan rasa bangkit yang Gracia buang jauh-jauh dari hidupnya. Bagaimana gelap dan kelamnya yang mengisi malam-malam tiap saatnya. Rasa hampir mati dan sakit yang tak berujung, keputusasaan itu akhirnya memakan sebuah keberhasilan dari kebangkitan yang Gracia usahakan.

Yang hampir banyak berulang kali kehilangan nyawa, kesempatan terus datang untuk menunjukkan bahwa dirinya harus kembali bangkit. Berkat Tuhan, Gracia masih diizinkan untuk diberikan kesempatan. Gracia benar-benar berhasil.

AMERTA & KAHARSA || greshanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang