💐Prologue

587 126 69
                                    

Assalamu'alaikummm
Hallo semuanya!!
Apa kabar?
🌷🌷🌷
🍀
🍀
🍀
🍀

Assalamu'alaikummmHallo semuanya!!Apa kabar?🌷🌷🌷🍀🍀🍀🍀

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kata orang rumah itu ga harus berbentuk bangunan. Tapi kalo rumah itu udah hancur, lantas harus pulang kemana?"
-Sagara Dirga Dewantara.

Seorang anak kecil yang sedang memeluk lututnya sambil menangis. Ia terus menunduk sambil mendengar pertengkaran kedua orang tuanya, seluruh badannya gemetar ketakutan. Ayahnya yang terus menerus memukuli ibunya, ia ingin menghentikan itu semua tapi dirinya hanya seorang anak kecil yang tidak bisa apa-apa.

"DASAR ISTRI TIDAK BERGUNA!" sentak Ayahnya sambil memukul tubuh Ibunya.

"Ayah sudah," teriak anak kecil itu, tangan kecilnya menggenggam tangan Ayahnya agar berhenti menyakiti ibunya. Ayahnya menatapnya sinis.

"Jangan ikut campur kamu," tegas Ayahnya.

"Sudah Ayah jangan sakiti Ibu lagi," ujar Anak itu sambil menarik-narik tangan Ayahnya agar berhenti. Ibunya terus menatapnya, tubuh Ibunya di penuhi lebam.

"Diam kamu!" Sentak Ayahnya sambil mendorong tubuh kecil miliknya.

Matanya memerah ingin menangis, rasanya baru kali ini Ayahnya menyakitinya. Ia kaget dengan perlakuan Ayahnya, selama ini Ayahnya tidak pernah bersikap seperti ini. Tubuhnya tidak sakit, tapi hatinya benar-benar sakit. Mau sampai kapan orang tuanya seperti ini?

"BERHENTI," teriak Ibunya sambil memeluk tubuh kecil miliknya sambil menangis.

"Kamu gapapa sayang?" tanya Ibunya sambil memeluk tubuh kecilnya.  Ia masuk dalam dekapan hangat Ibunya.

"Ibu Gara takut," ucap pelan Aksa sambil memeluk Ibunya ketakutan.

Sagara Dirga Dewantara, anak dari  Bayu Dewantara dan Shintya Maheswari. Kerap di panggil Gara oleh kedua orang tuanya, anak kecil yang mungkin rumah nya tak seindah orang lain. Terkadang  Gara merasa mainan dan semua fasilitas dari orang tuanya bukan segalanya, ia hanya butuh kebahagiaan di dalam rumahnya.

"Sudah lah lebih baik kita berpisah," ucap Ayahnya Sagara sambil melangkah pergi meninggalkan mereka tanpa memperdulikan keadaannya.

Sagara hanya melihat kepergian Ayahnya tanpa memperdulikannya, ia terus memeluk Ibunya. Mungkin kali ini keluarganya benar-benar hancur, walaupun dirinya sering mendengar orang tuanya bertengkar tapi tidak pernah sehebat ini. Sebenarnya hatinya sangat hancur melihat pertengkaran kedua orang tuanya, apa mereka tidak memikirkannya? Bagaimana rasanya mendengar mereka selalu bertengkar, setiap orang tuanya bertengkar Sagara  selalu menutup kedua telinganya agar tidak terdengar.

Luka Kita Kala Itu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang