"Apa perempuan sepertimu pantas untuk laki-laki penuh luka sepertiku?"
-Sagara Dirga Dewantara.Andra memberhentikan motornya di depan rumah Vanilla. Vanilla turun dari motor lalu memberikan helm yang ia pakai tadi. Vanilla menghela napas pelan, ia sedikit merapihkan rambutnya yang tergerai.
"Makasih ya," katanya seraya tersenyum.
"Iya sama-sama," balas Andra yang masih setia di motornya.
"Kalo ada apa-apa hubungin gue atau Sagara. Mereka udah mulai berani berbuat sejauh ini," lanjutnya.
"Iya siap. Lo hati-hati di jalannya," ujar Vanilla.
Andra mengangguk pelan, ia menyalakan motornya lalu menarik gas motornya. Vanilla melihat belakang punggung Andra yang kini kian menghilang dari hadapannya.
Tak lama kemudian, motor Andra berhenti di depan rumah yang cukup mewah. Matanya menyusuri rumah itu.
Andra turun dari motornya, ia menekan bel yang ada di rumah ini. Seorang laki-laki dengan kaos pendek dan celana pendek miliknya muncul di hadapan Andra--Ya dia Sagara. Setelah mengantarkan Vanilla pulang Andra sudah berniat untuk ke rumah Sagara.Andra membulatkan matanya saat melihat kondisi Sagara yang di penuhi lebam. Sagara menatap kehadiran sahabatnya itu.
Sagara menghela napas kasar, "Mau apa lo ke sini?" tanya Sagara.
Andra terus menyusuri wajah Sagara yang di penuhi lebam, "Gak perlu tau. Lo kenapa?" ujar Andra yang berbalik tanya pada Sagara.
"Ck. Gak perlu tau," cetus Sagara sambil memalingkan wajahnya sambil berdecak.
"Kalo ada tamu itu di suruh masuk," sindir Andra.
Sagara memutar bola matanya malas, "Cih. Yaudah cepet," balas Sagara sambil mempersilahkan Andra untuk masuk.
Andra mengikuti Sagara dari belakang. Ia terus melihat sekeliling rumah Sagara yang begitu mewah namun sepi. Mereka masuk ke dalam rumah Sagara, Andra duduk di sofa ruang tamu. Matanya terus menyusuri isi rumah ini, sorot mata Andra tertuju pada frame foto besar yang tertempel di dinding sana. Isi frame foto itu adalah Sagara, Mamanya, Wiliam dan seorang anak laki-laki kecil yang bersama Sagara.
"Sagara punya saudara?"
Sagara datang dengan membawa dua gelas jus di tangannya. Ia duduk di samping Andra sambil menaruh dua gelas jus yang ia pegang. Sagara menghela napas kasar.
"Gak usah terpesona juga kali sama rumah gue," ujar Sagara yang menyadari Andra sedari tadi melihat sekeliling rumahnya.
"Apa sih gue juga punya rumah kali. Lo punya saudra Gar?" tanya Andra sambil melirik Sagara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Luka Kita Kala Itu
Roman pour AdolescentsAsa yang di jadikan nirwala kini menjadi lara yang amerta. Ketika pemilik nayanika meminta bahagia tapi takdir berkata tidak. Ketika yang di harapkan adalah sebuah kebahagian tapi yang datang malah sebuah luka yang membekas dalam jiwa. _____________...