"Baru kali ini aku mengenal laki-laki sebaik kamu setelah kedua sahabatku."
-Vanilla Aletta.Vanilla berjalan menuruni anak tangga untuk menghampiri Alaska. Sorot matanya tertuju pada Ayahnya yang sedang duduk bersama Viona dan Aurora. Mulutnya seakan ingin berbicara namun rasanya sulit.
Vanilla berjalan melewati Ayahnya. sorot mata Ayahnya melirik Vanilla yang pergi begitu saja tanpa meminta izin kepadanya.
“Tuhkan liat Mas anakmu itu selalu nge-bantah,” cetus Viona sambil melihat belakang punggung Vanilla kian menghilang keluar rumah.
Vanilla membuka gerbang rumahnya, matanya tertuju pada seseorang yang sedang duduk menunggu di motor sport miliknya.
Vanilla melirik Alaska, “Maaf nunggu lama,” kata Vanilla.
“Gapapa Van, santai aja,” balas Alaska seraya tersenyum.
Alaska menatap wajah Vanilla, rasanya sekarang raut wajah Vanilla sedikit berbeda. Alaska sedikit mendongakkan kepalanya untuk melihat wajah Vanilla.
Vanilla mengangkat sebelah alisnya heran, ada apa dengan Alaska kenapa dia menatapnya seperti itu.
“Lo gapapa kan Van?” tanya Alaska.
“Ah, gapapa. Gue baik-baik aja kok,” jawab Vanilla.
“Yaudah berangkat yuk,” ajak Alaska sambil memberikan helm kepada Vanilla.
Vanilla dan Alaska bergegas untuk ke tempat yang mereka tuju. Alaska mulai menyalakan mesin motornya , dan menarik gas motor miliknya.
Sedari tadi seseorang dengan sweater hitam dengan masker hitam di wajahnya, yang bersembunyi di balik pohon. Dia terus menatap interaksi Alaska dan Vanilla dengan tatapan yang sulit untuk di jelaskan.
Sorot matanya menatap rumah dengan desain mewah dengan sangat tajam. Matanya terus meneliti sekeliling rumah itu. Tatapannya tak dapat di jelaskan dengan kata-kata.
“Rupanya memang benar,” kata sosok dengan sweater hitam itu.
Alaska dan Vanilla sampai di sebuah taman yang begitu indah. Vanilla menghirup udara segar di taman ini. Mereka berjalan sambil melihat-lihat pemandangan di taman ini.
“Duduk di sana yuk Van,” ajak Alaska saat melihat tempat duduk di sana.
Vanilla mengangguk pelan, Alaska berjalan di ikuti Vanilla di belakangnya.
“Kenapa lo bawa gue kesini?” tanya Vanilla.
“Gapapa,” balas Alaska.
Alaska melirik wajah Vanilla, “Lo kenapa Van, lo ada masalah?” tanya Alaska.
Vanilla menoleh menatap Alaska, “Eng-enggak kok,” jawab Vanilla.
“Jujur Van, gue tau pasti lo lagi ada masalah kan,” jelas Alaska seraya menatap Vanilla.
KAMU SEDANG MEMBACA
Luka Kita Kala Itu
Teen FictionAsa yang di jadikan nirwala kini menjadi lara yang amerta. Ketika pemilik nayanika meminta bahagia tapi takdir berkata tidak. Ketika yang di harapkan adalah sebuah kebahagian tapi yang datang malah sebuah luka yang membekas dalam jiwa. _____________...