"Entah takdir atau hanya sekedar hadir."
-Sagara Dirga Dewantara."Maafin saya ya," ucap perempuan itu sambil menunduk malu.
Sagara menatap perempuan itu, baru kali ini ia di sangka penjahat oleh seseorang. Walaupun ia sadar akan sikapnya, tapi seumur-umur ia tak pernah di sangka penjahat oleh siapapun. Itu merekanya saja yang takut akan sikap jutek Sagara.
"Iya gapapa," jawab Sagara.
"Kamu mau pulang ya? Biar aku bantu ya," ujar Sagara.
"Gapapa aku bisa sendiri kok," jelas perempuan itu.
"Sudah mau hujan, ga baik juga cewe sendirian di jalan," ucap Sagara.
"Tapi..."
Perempuan itu tidak tau harus menjawabnya seperti apa. Karena ia baru bertemu, dan sedikit heran dengan perlakuan laki-laki di depannya.
"Ayok nanti keburu hujan," jelas Sagara.
"Gapapa?" tanya perempuan itu sambil menatap Sagara.
"Gapapa ayok naik," ajak Sagara sambil menaiki motornya.
Perempuan itu menatap Sagara tak percaya. Ia heran karena jarang ada laki-laki yang mau menolong bahkan sekedar berbicara atau bertanya pun tidak. Mereka selalu meyebutnya lusuh dan miskin, padahal memang ini kenyataannya dan dia hanya bisa menerimanya dengan ikhlas.
Sagara melepas jaket hitam miliknya. "Pakai ini, udara di sini dingin. Pakaian kamu sedikit tipis," ujar Sagara sambil memberikan jaket miliknya.
Perempuan itu menatap Sagara. "Ga-papa? Makasih," jawabnya pelan.
"Sebentar," ucap Sagara sambil memberikan helm miliknya.
Perempuan itu melihat wajah Sagara dengan heran. "Apa ini? Ini punya kamu, nanti kamu gimana?" tanya pelan perempuan itu.
"Ah tidak apa-apa, aku cowo jadi gak masalah kok," jelas Sagara.
Setelah perbincangan mereka, Perempuan itu naik ke motor milik Sagara. Sebenarnya ia sedikit tak percaya semua ini. Sagara menyalakan mesin motornya.
"Pegangan," ujarnya sambil menarik gas motor miliknya.
"Hah? Pegangan? Beneran?" tanya perempuan itu heran.
"Gapapa kalo kamu ga mau, aku ga maksa," ucap Sagara yang menyadari akan sikapnya yang terlalu lancang kepada perempuan yang tidak di kenal ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Luka Kita Kala Itu
Ficção AdolescenteAsa yang di jadikan nirwala kini menjadi lara yang amerta. Ketika pemilik nayanika meminta bahagia tapi takdir berkata tidak. Ketika yang di harapkan adalah sebuah kebahagian tapi yang datang malah sebuah luka yang membekas dalam jiwa. _____________...