"Jangan mengira seseorang yang selalu tersenyum dan biasa saja, tidak punya luka. Kita tidak tahu sedalam apa luka itu."
-Vanilla Aletta
Hembusan angin pagi menerpa wajah Sagara yang sedang duduk di balkon rumah. Sagara sudah memakai seragam sekolah lengkap, ia hanya menunggu agak siang untuk berangkat sekolah.
Pikiran Sagara teringat pada perempuan yang ia temui di pinggir jalan kemarin. Rasanya perempuan itu selalu ada di pikirannya. Sagara menghisap sebatang rokok yang sekarang ia genggam.
Saat Sagara masih menikmati angin pagi di balkon tiba-tiba ponselnya berdering. Sagara mengambil ponsel yang ada di saku celananya, ia melihat nama yang tercantum di ponselnya itu.
"Halo Gar," ucap Vanilla di telpon.
"Iya kenapa Lett?" tanya sagara.
"Lo mau berangkat bareng ga?" ujar Vanilla.
"Kalian duluan aja, gue berangkatnya agak siangan," jawab Sagara.
"Lo ngerokok lagi Gar?" tanya Vanilla.
"Hem iya," jawab Sagara.
"Gue kan udah bilang Gar, jangan keseringan ngerokok," jelas Vanilla.
"TAU TUH, SI SAGARA EMANG BANDEL," sahut Andra tiba-tiba dengan nada yang tinggi.
"Bawel lo," jawab Sagara.
"Yaudah Gar, kita duluan ya. Lo hati-hati di jalannya," ujar Vanilla sambil memutuskan sambungan telponnya.
Sagara menghela napas pelan. Sagara beranjak dari duduknya, Sagara akan bergegas berangkat ke sekolah.
Sagara menaiki motor sport miliknya, ia menarik gas motor itu. Laki-laki dengan tinggi badan yang cukup tinggi dengan seragam sekolahnya di tambah helm full face miliknya.
Suara deruman motor sport milik Sagara terdengar sangat jelas. Motor Sagara kian pergi dari bagasi rumah itu.Hari ini jalanan sangat ramai, di temani angin pagi yang terasa sejuk. Sagara membelah jalanan yang ramai menggunakan motor sport miliknya itu. Saat Sagara fokus melihat jalanan, sorot matanya tiba-tiba teralih ke perempuan yang sedang berjualan kue di pinggir jalan sana.
"Semangat," batin Sagara tak sadar.
Apa ini? Ada apa dengan Sagara, kenapa akhir-akhir ini perasaannya aneh.
Di tengah perjalanan berangkat ke sekolah. Sagara melihat segerombolan orang yang sedang memukuli seseorang, Sagara yang melihat keributan itu langsung menghampirinya. Sagara turun dari motornya, ia berjalan menuju segerombolan itu.
"WOI BERHENTI." Teriak Sagara sambil menghampiri mereka.
Mereka yang mendengar suara lantang milik Sagara itu langsung berbalik badan. Mereka menghampiri Sagara dengan tatapan penuh amarah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Luka Kita Kala Itu
JugendliteraturAsa yang di jadikan nirwala kini menjadi lara yang amerta. Ketika pemilik nayanika meminta bahagia tapi takdir berkata tidak. Ketika yang di harapkan adalah sebuah kebahagian tapi yang datang malah sebuah luka yang membekas dalam jiwa. _____________...