"Perempuan sederhana tapi aku menyukainya."
-Sagara Dirga Dewantara.Sagara berdiri di depan cermin sambil sedikit membenarkan pakaiannya. Hari ini Sagara berniat untuk membantu Arunika berjualan. Sagara berjalan menuju pintu kamarnya untuk keluar.
Sagara melangkah menuruni anak tangga, sorot matanya tertuju pada kedua orang tuanya yang sedang sarapan. Sagara menghampiri mereka hanya untuk meminta izin.
Shintya menatap Sagara yang sudah berpakaian rapih, "Mau kemana kamu Sagara?" tanya Shintya.
"Mau keluar Mah," balas Sagara.
"Jangan keluar rumah terus," suruh Shintya.
"Yaudah Mah, Sagara pamit," pamit Sagara seraya mencium tangan Shintya.
Sagara pergi meninggalkan Shintya dan Wiliam yang masih duduk di meja makan.
"Sagara kamu ga mau dengerin perkataan Mama ya," seru Shintya melihat Sagara melangkah ke luar rumah.
Sagara hanya melangkah keluar rumah tanpa memperdulikan perkataan Mamanya. Sagara menaiki motor sport miliknya, dan mulai menarik gas motor itu.
Udara di kota ini begitu segar, rerumputan yang begitu hijau dan pohon yang menjulang tinggi. Sagara sedikit melirik pemandangan di kota ini, angin segar selalu menyapa wajahnya.
Sorot mata Sagara tertuju pada perempuan di tepi jalan sana--dia Arunika perempuan yang selalu di cari Sagara. Arah motor Sagara menuju bengkel motor di pinggir jalan sana. Sagara berniat menitipkan motornya.
"Permisi Pak, saya titip motor saya ya," ucap Sagara seraya menyimpan motornya.
"Motornya emang kenapa?" tanya pemilik bengkel.
"Gapapa Pak," balas Sagara.
"Gabisa atuh den, ini kan bengkel. Bukan panti motor," ujar pemilik bengkel itu seraya tertawa kecil.
"Gimana ya Pak," kata Sagara serayapa berpikir.
"Bapak cek aja deh motor saya nanti saya bayar," lanjut Sagara.
"Tapi..."
"Yaudah saya pergi Pak, makasih," seru Sagara seraya meninggalkan bengkel.
Sagara berjalan di tepi jalan, ia meneliti jalanan. Sorot matanya melirik-lirik beberapa orang di sana untuk mencari seseorang yang sedang ia cari. Matanya tertuju pada Arunika yang sedang melayani pembeli dengan sangat ramah.
Sagara berjalan mendekati Arunika. Sudut bibirnya sedari tadi terangkat. Sepasang netra coklat itu bertemu, sorot mata mereka terus bertatapan satu sama lain. Seulas senyum muncul dari bibir kecil Arunika karena melihat kehadiran Sagara.
"A-apa kabar Arun?" tanya gugup Sagara seraya menahan senyumnya agar tidak terlihat.
"Baik Gara, kamu?" tanya balik Arunika seraya menatap Sagara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Luka Kita Kala Itu
Novela JuvenilAsa yang di jadikan nirwala kini menjadi lara yang amerta. Ketika pemilik nayanika meminta bahagia tapi takdir berkata tidak. Ketika yang di harapkan adalah sebuah kebahagian tapi yang datang malah sebuah luka yang membekas dalam jiwa. _____________...