Hilang? (End)

96 8 0
                                    

"Jangan mengambil salah satu rumah saya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Jangan mengambil salah satu rumah saya. Biarkan dia sekali saja untuk bahagia."
-Vanilla Aletta.


Sagara melangkah memasuki rumahnya. Setelah melepas rindu dengan Arunika, Sagara pulang untuk menemui kedua orang tuanya. Walaupun Sagara tahu, mau ia pulang atau tidak pun mereka tidak akan mencarinya. Baru saja Sagara masuk, seorang laki-laki paruh baya sudah menantinya dengan tatapan yang sangat tajam. Sagara melangkah mendekati laki-laki paruh baya itu. Sagara menghela napas panjang, Sagara pasrah dengan apa yang akan terjadi sekarang.

"Kenapa Yah?" tanya Sagara sambil menatap Althar.

Belum sempat Althar menjawab pertanyaannya. Althar melayangkan satu pukulan pada perut kekar milik Sagara. Sagara sedikit meringis saat menerima pukulan secara tiba-tiba. Sagara berusaha berdiri tegap, lalu menatap Ayah tirinya dengan tatapan bertanya. Baru saja ia pulang ke rumah, Sagara sudah di sambut dengan tatapan tajam dan sebuah kekerasan.

"Kenapa Ayah pukul Sagara?" tanya Sagara sambil menahan sakit. Tidak tahu kenapa sejak ia menderita kanker kekuatan tubuhnya semakin menurun.

Rahang Althar mengeras, tangannya terus mengepal seraya menatap tajam pada Sagara. Althar berjalan mendekati Sagara, "kenapa kamu pulang?" Tangan Althar mencengkram kerah baju Sagara.

"Sagara mau ketemu Mama," balas Sagara berusaha mengatur napasnya yang terasa tercekik.

Althar melepaskan cengkramannya. Tanpa basa-basi Althar memukul Sagara berkali-kali. Sagara yang menerima sebuah pukulan mendadak itu hanya bisa terdiam pasrah. Badannya lemas, bahkan untuk melawan pun tidak bisa. Sagara berlutut di lantai, saat sekujur badannya benar-benar kemas. Tubuh Sagara di penuhi lebam, begitupun dengan wajahnya.

Sagara mendongakkan kepalanya, "Kenapa Ayah benci banget sama Gara?" tanya Sagara.

Althar menatap Sagara yang berlutut di hadapannya dengan datar, "Saya tidak mau kamu ada di sini!!"

"Lebih baik kamu mati! Daripada terus menganggu kebahagiaan saya!!"

Perkataan Ayah tirinya bagaikan belati tajam yang menerobos masuk ke dalam hatinya. Sagara hanya membeku saat Ayah tirinya mengucapkan kalimat yang menyakitkan itu. Sagara tak menyangka Ayah tirinya sebenci dan menginginkan ia mati.

"Kalo Sagara mati. Apa Ayah akan bahagia?" tanya Sagara. Ia berusaha menahan tangisnya yang sudah menggenang.

Althar tertawa puas, "Jelas. Saya akan sangat bahagia jika kamu mati!!'

Deg!!

Hati Sagara terasa sakit saat mendengar perkataan itu. Perkataan yang selalu membawa kata Mati di dalamnya. Sagara tahu Ayahnya tidak suka dengan kehadirannya, namun bolehkan Sagara merasakan kasih sayang Ayah sekali saja? Walaupun hanya pura-pura, Sagara akan sangat bahagia. Althar melenggang pergi dengan amarah yang memenuhi hatinya. Sagara masih berlutut sambil menatap kepergian Ayah tirinya, yang meninggalkannya begitu saja.

Luka Kita Kala Itu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang