Asa yang di jadikan nirwala kini menjadi lara yang amerta. Ketika pemilik nayanika meminta bahagia tapi takdir berkata tidak. Ketika yang di harapkan adalah sebuah kebahagian tapi yang datang malah sebuah luka yang membekas dalam jiwa.
_____________...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
“Walaupun sudah lama, tapi rasaku masih tetap sama.” -Azalea Calista.
Udara segar menerpa wajah Andra dan Vanilla yang akan berangkat ke sekolah. Rasanya hari ini kurang lengkap karena tidak ada Sagara di antara mereka. Andra yang fokus menatap jalanan, sedangkan Vanilla ia hanya meneliti pemandangan di kota ini.
“Sepi banget Dra gak ada Sagara,” ujarnya tiba-tiba.
“Baru sehari Aletta,” balas Andra sambil fokus menyetir.
“Lo ngerasa aneh gak sih sama alasan Sagara,” tutur Vanilla.
“Aneh kenapa?” tanya Andra.
“Aneh aja. Lo bayangin aja Sagara kan jarang ada urusan keluarga, tapi kok sekarang tiba-tiba ada,” jelas Vanilla.
“Lo kayak gak tau Sagara aja, dia kan gamau di kasihani orangnya,” ujar Andra.
Vanilla menghela napas pelan, “Sagara baik-baik aja gak ya?” tanya Vanilla dengan tatapan bertanya.
“Tenang. Masa Sagara kalah,” tutur Andra.
Vanilla mengangguk paham. Seorang laki-laki dengan seragam sekolah menatap Andra dan Vanila dari dalam mobilnya. Tatapannya tajam, laki-laki itu terus menatap mereka berdua. Sorot mata yang tajamnya tak dapat membohongi bahwa dia membenci seseorang, salah satu dari mereka.
“Sekarang permainan di mulai.”
Seorang laki-laki itu menyeringai dengan tatapan yang datar. Laki-laki itu merogoh saku celananya lalu mengambil ponselnya.
“Kamu urus mereka berdua, sekalian buat mereka terluka.”
Laki-laki itu memutuskan sambungan telponnya setelah memerintahkan seseorang yang ia hubungi. Raut wajahnya sangat puas, senyum licik terukir di bibirnya.
Andra yang masih tetap fokus menyetir dan menatap ke depan. Sorot mata Vanilla tiba-tiba tertuju pada sekelompok orang di sana. Vanilla sedikit mengerutkan keningnya, menetapkan pandangannya pada sekelempok orang di sana.
“Dra liat kayaknya ada yang di ganggu preman,” tutur Vanilla sambil menepuk bahu Andra.
“Mana?” tanya Andra.
“Itu lihat, ayo samperin kasihan,” balas Vanilla sambil menunjuk ke sekelompok orang itu.
Andra melihat ke arah yang di tunjukan Vanilla. Andra sedikit mempercepat laju motornya untuk mendekat. Ia turun dari motornya dan berjalan menuju sekelompok preman yang sedang menganggu seseorang.