BAB 2 SINYAL IBLIS PUTIH

7 6 0
                                    


Pagi harinya Loka bangun dari tidurnya, duduk sejenak dari ujung kasurnya. Mengingat kembali kejadian tadi malam seperti mimpi dan terlihat tidak nyata. Kemudian ia bangkit dari duduknya dan berniat ingin mengobrol ulang dengan Roseva untuk membicarakan solusi terbaik bagi hubungan mereka. Loka pun bergegas ke kamar Roseva, tapi betapa terkejutnya ia bahwa menemukan kamar telah kosong tanpa Roseva di dalamnya. Ia memastikan ulang dengan membuka lemari dan kamar mandi. Tapi Loka tidak menemukan apa-apa. Loka berfikir lama dan tanpa sengaja ia melihat secarik kertas yang tertinggal di atas nakas. Itu merupakan surat yang ditinggalkan oleh Roseva yang berisikan permintaan maaf dan kepamitannya untuk pergi tanpa memberi tahu secara langsung.

Loka pun langsung tertunduk lemas dan berfikir bahwa tidak ada lagi harapan untuk mereka berdua. Ada segudang tanya yang lalu lalang di otaknya menagih jawaban. Ia hanya bisa menerima dan harus tetap melanjutkan hidupnya.

...

Roseva memutuskan mengikuti saran dokter untuk melakukan pengobatan dan perawatan di salah satu rumah sakit di kota Palwaysam. Sanbok merupakan rumah sakit terbaik di Negara Kurinai. Setelah kembalinya dari Westersha ia langsung menuju ke rumah sakit, karena sebelumnya telah mengurus administrasi untuk rawat inap disitu. Rumah sakit tersebut juga mempunyai fasilitas khusus yaitu sebuah kamar rawat inap seperti sebuah ruang apartemen pribadi yang terkhusus untuk pasien kelas atas. Roseva memilihnya agar privasi dan rahasianya tidak diketahui oleh teman-temannya kelak. Dihari pertamanya saja ia harus melakukan berbagai pemeriksaan yang membuat tidak nyaman.

Dokter yang menanganinya adalah dokter Lucas yang juga merupakan salah satu rekan kerja saat mereka melakukan misi kemanusiaan di rumah singgah kanker Kota Bokie pada lima tahun silam. Awalnya Roseva hanya mengeluh sakit kepala yang begitu hebat dan pingsan beberapa kali. Lalu asistennya membawa dirinya kerumah sakit untuk melakukan pemeriksaan. Setelah hasilnya keluar, ia kaget dan termenung lama sambil memikirkan berbagai kemungkinan dan solusi. Setelah lama berfikir, dia ingat pada seorang dokter sekaligus rekannya dulu. Roseva langsung mencoba asistennya untuk mencari informasi dokter yang bernama Lucas.

Setelah pertemuan beberapa kali dan bujukan dari dokter Lucas, dengan enggan mencoba menyetujui saran dari dokter Lucas.

"Apa salahnya coba Rose, kamu selalu jadi harapan banyak orang diluar sana. Mungkin aku bisa buat vonis berdasarkan ilmu dan pengalaman dalam menangani pasien lainnya, tapi bukankah setidaknya harus berusaha. Tidak ada yang mustahil dan gak ada yang tau dengan rahasia takdir."

Roseva yang sudah males mendengarkan ucapan dokter Lucas dan memilih bermain hape. Dan karena celotehan yang gak berhenti-henti diapun mulai kesal.

"Ok...ok...,, baiklah dokter Lucas aku akan melakukan pengobatan dan perawatan. Jadi sekarang bisakah anda diam dan jangan banyak omong."

...

"Joseee.... Bangun, ini sudah jam tujuh lebih lma belas menit, tiga puluh dua detik. Bangunlah... katanya mau mengantarkan aku untuk mengikuti kompetensi perekrutan dancer!!!!. Cepat bangun... apakah kau sudah dijemput malaikat maut??"

Mirae memastikan bahwa temennya masih bernapas, dengan mengecek masih bernapas tidak Josee. Seketika tangannya ditanggap oleh Josee yang sontak membuat Mirae terkejut.

"Hemmm..."

Josee hanya melenguh dan mencoba membuka membuka matanya secara perlahan. Tangan Mirae masih dipegang erat dan berusaha sadar dan mengamati tangan siapa yang dipegang barusan.

"Gak ada malaikat maut yang datang menjemputku. Kurasa malaikat maut juga bangun telat karena terlalu lelah mencabut nyawa orang akibat jembatan yang roboh kemarin."

The Last Ruler : White Demon ConquerorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang