Pov: Min Yoongi
Genius lab terasa menjadi rumahku sekarang. Aku sangat nyaman sendirian disini. Menyibukkan diri dengan kertas, piano dan bolpoin tidak lah buruk. Malah sebaliknya, dengan begini pikiran ku bisa melakukan hal yang lebih bermanfaat.
Waktu ku untuk merenung tentang Hoseok sudah cukup. Melihat dia baik-baik saja tanpa aku, itu melegakan. Dan aku juga harus bisa seperti itu. Tak adil rasanya jika disini aku menghancurkan diriku sendiri dan disana dia sama sekali tak melakukan itu.
Albumnya, konsernya, singlenya, jadwal bersama Brand yang menjadikannya BA dan challenge-challengenya berjalan sukses. Sedang aku? ach...sangat mengenaskan. Aku menertawakan diriku sendiri setelah pulang dari mengantar Jin Hyung wamil.
Dia, Jung Hoseok sama sekali tak berusaha menyapaku.
Owh...aniyo, bahkan melihatku pun kurasa dia tak melakukannya.
Aku menjadi benar-benar bodoh.Malam ini, Namjoon dan yang lainnya mengajakku menikmati beer bersama. Aku harap Hoseok tidak datang. Aku takut pengaruhnya masih ada padaku. Aku tidak bisa menjadi diriku sendiri saat bersamanya
Jadi disinilah aku sekarang bersama Namjoon, kami duduk bersama di salah saru Bar di Seoul.
"Hyung, sepertinya aku keliru mengajakmu kesini.""Wae?"
"Harusnya aku mengajakmu makan. Kau seperti tidak makan berbulan-bulan." Kata Namjoon sambil bercanda.
"Ach...tidak. Minum bersama lebih menyenangkan. Namjoon-ah, mana yang lain?"
"Jimin dan Hoseok tidak datang. Kita hanya akan bersama Taehyung dan JK."
"Owh. Baiklah." Ada perasaan lega sekaligus kecewa, tapi aku tidak tau mana yang lebih dominan ku rasakan.
"Yooo...bro." Suara Taehyung terdengar.
"Anyeong Hyung." sapa Jungkook.
"Yo..kemarilah." Sambut Namjoon.
"Kalian nampaknya berolah raga dengan rutin. Tubuh kalian semakin bagus." Kataku.
"Ya, sedikit waktu luang kami biasa work out bersama. Ikutlah sekali-kali Hyung." Kata JK.
"Yoongi Hyung akan selalu lebih memilih tidurnya." Canda Taehyung.
"Kau tidak datang bersama Hobi Hyung." lanjutnya.
Aku terkejut dia menanyakan itu secara tiba-tiba disini. Aku tahu JK pasti mengetahui tapi tidak untuk Namjoon.
"Tidak."
"Kau tak mengajaknya?" Tanyanya lagi.
"Kenapa aku harus mengajaknya. Bukankah Namjoon sudah memberi tahu lewat Chat Grup?" Tanyaku balik.
"Yak, kau sangat aneh. Dia kekasihmu. Wajar aku menanyakan padamu. Kenapa kau marah?"
"Itu dulu." Jawabku sambil meminum beer ku. Aku melirik JK yang diam dan Namjoon yang memasang wajah cengo.
"Apa katamu?" Taehyung terkejut.
"Aku sudah berpisah dengannya. Masih belum jelas? Kami sudah tidak bersama." Tegasku.
"Yak, jelaskan padaku. Aku nampak seperti orang bodoh." Namjoon buka suara setelah terdiam cukup lama.
" Bagaimana bisa? Kau menyakitinya." Taehyung mengabaikan perkataan Namjoon.
"Aniyo." Dan aku melakukannya juga.
"Katakan padaku? Kenapa kalian berpisah?" Taehyung benar-benar tak bisa diam.
"Kurasa itu bukan urusanmu, Taehyung-ah." Jawabku tegas.
"AKU MELEPASKANNYA BUKAN UNTUK KAU SAKITI." Taehyung setengah berteriak dan melotot kepadaku.
Aku terlonjak kaget saat mendengar meja dipukul dengan cukup keras. Aku dan Jungkook secara spontan menatap Namjoon. Dia tampak marah terus-terusan diabaikan. Tapi Taehyung tak mengalihkan pandangannya padaku. Aku yakin dia belum melepaskan Hoba sepenuhnya.
"Jelaskan padaku." Kata Namjoon mengintimidasi.
"Hehehe, tenanglah Hyung." Jungkook cengengesan. Namjoon menatapnya dan lucunya Jungkook langsung terdiam.
"Siapa yang akan menjelaskannya?" Namjoon berkata lagi.
"Hoseok Hyung dan Suga Hyung berkencan. Sudah lama." Kata Taehyung.
"Ya. Itu benar." Jawabku tenang.
"Sejak kapan?"
"Sudah lebih dari 2 tahun sebelum kami memutuskan berpisah." Jelasku.
"Bagaimana bisa aku sebagai teman yang hampir 24/7 bersama kalian tak mengetahui ini?" Namjoon kaget sekali.
"Aku mengetahuinya pertama kali dan Jungkook mengetahuinya tanpa sengaja." Terang Taehyung.
Kulihat Namjoon menatap Jungkook dan maknae kami menganggukkan kepala membenarkan perkataan Hyungnya.
"Jadi, yang tidak tahu hal ini Aku, Jimin dan Jin Hyung?"
"Ya." Jawab kami bertiga serempak.
"Oke. Sudah jelas kan Namjoon Hyung? Sekarang kau harus menjelaskan padaku, kenapa kau meninggalkannya?" Taehyung kembali menatap ku setelah berbicara kepada Namjoon.
" Yak, ini belum selesai" Namjoon lagi-lagi menyela.
" V Hyung menyukai Hobi Hyung. Tapi kini dia melepaskannya setelah Hobi Hyung menolaknya." Jungkook kini yang menjelaskan.
"Aku jelaskan disini, aku tidak menyakitinya dan bukan aku yang meninggalkannya. Tapi sebaliknya!" Tegasku.
"What?????"
"Yah, dia mencampakkanku. Apa kau masih butuh penjelasan lagi Taehyung-si."
"Aku tidak percaya ini. Hobi Hyung tak mungkin melakukan itu. Dia.....dia sangat menyukaimu." Taehyung mengatakannya dengan sedikit gugup. Aku yakin perkataannya menyakitinya.
"Tak ada yang bisa ku katakan lagi." Jawabku.
" Aku entah merasa bahagia atau merasa aneh mendengar berita ini. Tapi aku benar-benar ingin tau yang sebenarnya." Kata Taehyung.
"Kenapa kau ingin tahu?" Tanyaku.
"Jika kau menyakitinya, aku tidak berfikir untuk menyerah lagi. Ku pastikan itu." Mata Taehyung sudah menjelaskan dia bersungguh-sungguh dengan perkataannya.
"Terserah." Jawabku tidak peduli.
Tiga pasang mata itu tampak menatapku menuntut penjelasaan.
"Dia berubah dan kembali ke Seoul dengan permintaan untuk mengakhiri hubungan kami. Dia mengatakan bahwa dia ingin fokus ke kariernya." Jawabku lemah. Membicarakan ini membuat ku merasa tersakiti lagi.
"Kapan? maksudku kapan dia mulai berubah?" tanya Namjoon.
Aku berusaha mengingat-ngingat lagi dan aku berhasil menemukan 1 waktu yang pasti.
"Setelah dia melakukan Konser solonya."
"Chicago? Lollapaloza?" Tanya mereka hampir serempak.
"Ya."
"Apa disana dia bertemu seseorang dan falling in love." Aku menoleh untuk menatap orang yang berbicara itu. Dan Jungkook tersenyum dengan bodohnya.
"Jangan berbicara yang tidak-tidak." Kata Namjoon.
"Mian."
"Aku yakin Hobi tidak seperti itu. Aku sempat mengunjunginya, dia nampak kacau. Kau tak akan percaya jika aku mengatakan dia berantakan." Kata Namjoon lagi.
"Ini ada yang tidak beres, menurutku." Kata Taehyung cukup lama.
"Apanya? Aku dicampakan. Dia menganggapku menghalangi kesuksesannya. Apa lagi..?!!" Aku menangis. Astaga, menunjukkan kerapuhanku di depan mereka. Ini sangat memalukan.
Kami ber-empat belum mulai bicara lagi. Hanya bergantian menuang beer dan menenggaknya bersama-sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blood, Love & Tears
FantasíaSemua tidak ada yang menyadari, bahwa 10 tahun membawa mereka kepada hubungan dan rasa yang sangat rumit. Persahabatan, persaudaraan dan Cinta menyatu menjadi sebuah dilema. Pada awalnya, semua terlihat baik-baik saja, tapi setelah kesadaran memuku...