5] Sama Hancurnya

214 13 0
                                    

Rumah Sakit Cahaya. Disini Gani berada bersama Valen. Gani menatap kosong lantai dingin yang ia pijak. Ia terkejut dengan perkataan bi Atun tadi ditelfon...yang mengabarkan kakaknya dirumah sakit.

Flashback On

Drtttdrtttt

"Hp lo bunyi, Ni"ujar Valen yang mendengar nada dering telfon hp Gani.

"Bentar, gue angkat dulu"mereka berhenti ditepi.

"Iya bi, ada apa?"

"D-den hiks-hiks, d-den G-gata, den"ujar bi Atun histeris.

"Kakak kenapa bi? Tarik nafas dulu bi, cerita sama Gani. Kakak kenapa? Apa yang terjadi sama kalian bi?"cerca Gani tidak sabaran. Ia khawatir..mereka kenapa, batinnya.

"D-den Gata hiks dia di rumah sakit, den"

"Apa?! Kenapa bisa bi?, rumah sakit mana bi, jawab Gani"Valen yang mendengar Gani berteriak seperti itu pun kaget, ia penasaran siapa yang sakit.

"Rumah sakit Cahaya den"

"Gani ke sana sekarang"ujar Gani. Ia menutup telefon itu. Valen yang melihat Gani yang sudah selesai telefon pun bertanya.

"Ada apa, Ni? Kok lo kaya khawatir banget si, siapa yang sakit? Lo kenapa deh?"

"K-kak Gata di rumah sakit, bang. Ayo kita pergi ke rumah sakit cahaya, bang."jawab Gani jujur. Mengapa tadi Gani menyebut Valen bang? Sejujurnya Gani masih punya sopan santun, ia lebih enak jika manggil Valen atau Liam sebutan bang, tetapi Valen dan Liam tidak ingin, katanya mereka terlihat tua. Gani pun sebenarnya merasa sungkan jika tidak menggunakan bahasa itu...jadi ia tetap menggunakannya..walau kadang lupa. Wkwk.

"Hah?! Ayo cepet"kaget Valen.

Flashback Off

Valen yang melihat Gani seperti itu langsung menarik Gani ke dalam pelukannya. Ia juga sedih. Tadi ia juga sudah menelfon Liam untuk datang, sama halnya dengan mereka, Liam juga terkejut. Liam sedang berada di jalan.

"Udah, nggak papa, Ni. Kakak lo pasti kuat. Kalo mau nangis nangis aja, nggak papa"ujar Valen kasihan melihat Gani seperti itu. Ia juga sudah menganggap Gani adiknya. Karena ia anak tunggal jadi ia merasa kesepian.

"Bang, kakak gue gimana keadaanya sekarang. Kok dokternya belom keluar si"ucap Gani lirih. Sedari tadi dokter yang menangani Gata belum juga keluar, padahal mereka sudah menunggu satu jam lalu.

"Sabar, Ni. Pasti bentar lagi. Doain aja biar semua baik-baik aja ya"

"I-iya bang. Hiks-hiks"tangis yang sedari tadi Gani tahan pun pecah. Ia menangis. Valen mengusap-usap pelan punggung Gani yang gemetar.

Bi Atun yang melihat langsung kejadian tadi masih syok. Ia menahan tangisannya. Ia sedih.

<><><><>

Bau obat tercium kuat di ruang bercat putih coklat tersebut. Gani dan Valen memandang nanar Gata didepannya.

Gani mendudukan bokongnya dikursi sebelah ranjang Gata. Ia mengambil tangan Gata yang terbebas selang infus itu untuk ia genggam. Ia usap perlahan.

"Kak..."lirih Gani. Raut khawatir terpancar jelas diwajah Gani. "Lo nggak mau bangun apa gimana kak? Gue sedih liat lo kayak gini"gumam Gani.

Ucapan itu terdengar lirih. Sangat lirih. Sampai-sampai Valen yang mendengarkan hanya bisa menahan liquid bening yang ingin jatuh dari pelupuk matanya.

"Lo nggak mau liat gue ya kak?"monolog Gani. Tangis yang Gani tahan pecah, bahunya gemetar menandakan bahwa ia menangis.

Valen langsung membawa Gani kedalam dekapannya. Ia juga sedih. Tapi jika ia sedih siapa yang menguatkan Gani nantinya. Ia usap punggung yang nampak bergetar itu.

Tak berselang lama, Liam pun datang dengan wajah yang dibanjiri keringat. Ia terburu-buru, sampai memakai sendal saja tidak.

"Gimana keadaan Gata?"tanya Liam sembari mengatur nafasnya.

"Lo duduk dulu, Yam. Gata udah baik-baik aja. Kita tinggal nunggu sadarnya aja."jelas Valen. "Oh ya Ni, lo ke kantin dulu gih...makan. Lo belom makan, jangan sampe lo juga sakit Ni"tutur Valen lembut pada Gani.

"Ya bang"selepas Gani pergi dari ruang rawat, Liam langsung meminta penjelasan Valen...dengan jelas Valen menjelaskan semua kepada Liam. Valen pun menjelaskan semuanya diluar ruang rawat.

Bohong jika Valen dan Liam tidak sedih maupun terkejut dengan fakta yang baru mereka ketahui tentang penyakit yang diderita oleh sohibnya.

"Lo kesini sampe nggak pake alas kaki, Yam?"tanya Valen yang dipastikan ia sendiri juga sudah tau jawabannya apa.

Liam yang mendengar perkataan sohibnya langsung melihat ke arah kakinya. Ia menggaruk tengkuknya. Biarlah ia tak pakai alas kaki, batinnya.

Posisi mereka diluar ruang rawat Gata yah:)

"Sekali-kali lah"gelak tawa keluar dari mulut Valen. Liam ikut tersenyum, setidaknya semua sudah baik-baik saja untuk saat ini.

<><><><>

Ada yang kangen sama Gata, Gani Valen sama Liam gak nihh???

Chapter ini lebih sedikit maaf ya, mood lagi naik turun:)

Kalo ada typo betulkan bersama ya:), soalnya ini sistem kebut malam:>

Tolong tinggalkan jejak vomentnya yah. Kritik dan saran kalian sangat ditunggu readers:).

JIWA YANG MATI || CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang