26] Tangisan yang Menggema

263 7 0
                                    

"Bang, gue enggak kuat ngeliat kakak kayak gitu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bang, gue enggak kuat ngeliat kakak kayak gitu....hiks"tangis Gani terisak. Ia bersandar di pintu ICU lalu merosot. Menumpu wajahnya di tengah-tengah lutut. Ia sedih. Sangat amat sedih.

Valen menatap Gani sendu, ia mengalihkan tatapannya ke arah lain. Tak ingin melihat Gani yang terisak, itu hanya membuatnya juga ikut menangis.

Gani memukul kepalanya berkali-kali sembari meracau. "Lo enggak becus Gani! Lo enggak becus!! Gara-gara lo Gani!!! Lo telat nyelamatin kakak!!!! Kakak, gue enggak mau ditinggal sama lo kak! Gue mohon bertahan. Hiks-hiks"

Liam berniat menghentikan itu. "Gani cukup!!" Gani mengangkat wajahnya dan menatap Liam. "Itu nyakitin diri lo sendiri Gani. Cukup."

Liam mendekap tubuh Gani. Biarkan saja bajunya basah karena tangis Gani, ia tak perduli. Menangis di bahunya saja sepertinya tidak cukup, pasti Gani butuh pelampiasan.

"Bang, gue salah hiks"racau Gani di dekapan Liam. Liam menggeleng. Ia mengusap punggung Gani pelan berniat memberi ketenangan untuk Gani.

<><><><><><>

Giovany dengan pandangannya yang kosong menatap ponsel yang ia pegang. Ia menunggu Gani untuk mengabarinya. Airmata itu menetes tiba-tiba di pelupuk mata Giovany. Ia kembali mengingat mimpinya. Ia bertemu Gibran di dalam bunga tidurnya.

Gibran mendatangi dirinya di alam mimpi. Menangis dengan memohon kepadanya untuk tidak menyakiti Gata lagi. Gibran berkata bahwa secepatnya ia akan membawa Gata pergi bersamanya. Entah mengapa perasaan aneh menyerbu hatinya. Perasaan takut, cemas, panik, dan intinya tidak tenang.

"Apa Gata baik-baik saja?"gumam Giovany. Ia menunduk. Ia takut ada apa-apa terhadap anak tirinya itu.

"Maafin saya Gata"

Bi Atun melihat dari arah dapur. Melihat seorang Giovany menangis karena merasa bersalah pada anak yang selama ini selalu disiksanya. Untuk pertama kalinya dalam sejarah ia melihatnya.

Melihat Giovany terisak sembari meracau. Ia seperti orang tak waras, berpenampilan dengan baju berantakan, rambut yang urak-urakan, wajah yang sembab dan memerah, serta kantung mata yang menghitam. Sudah seperti tidak waras dirinya.

<><><><><><>

"Sus, tolong ambilkan defibrillator. Cepat sedikit!!"pinta dokter Reno panik. Ia takut akan kehilangan detak jantung Gani kesekian kali.

"Ini dok"

"Nyalakan 200 joule!"

"Baik dok"

Dokter Reno memejam sebentar. "Ayo Gata! Bertahan!"

Tubuh Gata terangkat dengan defibrillator yang dokter Reno kasih. "Ayo kembali Gata! Dokter mohon sama kamu!! Bertahanlah"

"Naikkan menjadi 300 joule!!"

JIWA YANG MATI || CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang