12] Sudah Seperti Rumah ke Dua Untuk Pulang

102 6 0
                                    

Saat itu, Gibran-sang ayah datang ke mimpinya. Sekedar menyapa sang anak. Gibran melihat putranya tumbuh dengan luka. Beribu-ribu luka telah Giovany berikan kepada putranya.

Sakit rasanya ketika ia melihat putranya tersakiti. Ingin membantu, itu pun tidak bisa. Ini memang kesalahan yang diperbuat Gibran.....jika saja ia tidak berselingkuh putranya mungkin tidak akan hadir di dunia yang membuatnya terluka.

Gibran melihat anaknya terisak menundukan kepalanya. Menyedihkan ketika mendengar suara tangisnya.

Ia hanya bisa memeluk tubuh ringkih Gata yang sudah dewasa ini ketika Gata berada di alam bawah sadarnya.

<><><><><><>

"Hiks~"

Tangisan itu keluar dari mulut Gata. Terlalu sakit jika menjalani harinya dengan seperti ini.

Meminum pil-pil obat yang jumlahnya tidak sedikit setiap hari, menjalani hari penuh luka.

Untuk hari ini, ia hanya sendiri di rumah....tanpa bi Atun ataupun Gani.

Bi Atun entah pergi kemana, ia tak tahu. Jikalau Gani, adiknya itu pergi untuk memenangkan perlombaan basket yang berada di Bogor.

Di kota Jakarta ini, di rumahnya yang besar ini ia hanya sendiri. Gani sebenarnya tak bisa meninggalkan kakaknya...tapi untuk kali ini ia harus rela meninggalkan nya sebentar.

"Hiks~, a-ayah....tubuh Gata sakit....sakit semua.....nggak bisa diungkapin satu-satu. Semuanya sakit ayah...tolong Gata..."perkataan lirih itu terdengar di tengah-tengah isakannya.

Gata memukul kepalanya yang terasa pusing, tak tahan dengan rasa pusingnya.

"S-sakit"

"A-ayah....jemput Gata saja...."gumam Gata sembari menatap kosong ke depan.

"I-ibu....Gata ingin dianggap anak oleh i-ibu.....hanya itu. Jikalau Gata tak bisa mendapatkannya....terima saja maaf Gata sebagai gantinya.....Gata ikhlas, bu."

Giovany berada di balik pintu rumah besar mereka mendengarkan perkataan lirih Gata dengan jelas.

Matanya berembun, tatkala mendengar penuturan anak tirinya. Apa ia terlalu kejam dan jahat kepadanya?. Apa iya? Tolong bantu Giovany sekarang.

Tak tahan dengan semua itu...ia pergi dari sana. Niatnya untuk masuk ke dalam rumah hilang entah kemana.

Mengendarai mobilnya dengan kecepatan pelan. Tak bisa dipungkiri, hati kecil Giovany terasa sakit melihat putera tirinya itu. Terkadang ia merasa iba, merasa kasihan, merasa sakit...namun, egonya masih mengendalikan dirinya.

Egonya lebih besar untuk menuntutnya membenci anak itu. Egonya berkata, ia harus membenci anak itu sampai kapanpun.

<><><><><><>

Di sini bi Atun berada....ya, kamar mandi lantai atas. Ia terkunci...entah siapa yang menguncinya dari luar.

Seingatnya ia tadi hanya meminum airnya utuk menghilangkan dahaganya...namun, naas kenapa ia bisa berada di dalam kamar mandi.

Ia berusaha menggedor pintu kamar mandi yang terkunci....ia takut, takut terjadi apa-apa oleh adennya Gata. Hatinya mengatakan hal buruk yang terjadi.

Duk duk duk

"Buka!! Siapapun buka pintunya!!! Hiks~ buka!! Tolong buka!!! Keluarkan saya!"teriak bi Atun ditengah gedoran pada pintunya.

Akhirnya setelah bergelut dengan pintu yang terkunci, bi Atun mempunyai ide yang muncul langsung di benaknya.

JIWA YANG MATI || CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang