Gata mengerjapkan matanya perlahan. Terang lampu menyapanya ketika membuka mata.
Menoleh melihat sekelilingnya...ternyata ada Liam yang menemaninya...tidur dengan kepala bertumpu di brankarnya.
Ternyata pergerakan Gata membuat Liam terbangun dari tidurnya.
"Butuh apa?"tanya Liam.
"Eum...m-minum"
Liam mengambil gelas berisi air putih di nakas...memberikannya pada Gata.
Gata meminum air itu.....Liam memperhatikannya minum...membuat dirinya sedikit risih.
"Kenapa ngeliatin terus?"tanya Gata.
"Ah! Nggak kok. Gue khawatir aja sama lo"jawab Liam melihat ke arah lain.
"Eleh. Nggak usah dikhawatirin. Gue nggak papa...lagipula gue terus kayak gini"ucap Gata santai.
Pemuda itu sungguh santainya mengatakan itu.
Liam membelalakan matanya menatap Gata.
"Lo ngomong apa sih?!"bentak Liam.
"Udah si. Gue nggak mau dikasihani"ucap Gata sembari menaruh kembali gelas yang telah kosong ke atas nakas.
Liam menatap Gata tak percaya. Dengan entengnya sahabatnya ini berkata seperti itu......matanya memanas.
"Lo beneran....ngomong k-kaya gitu?"tanya Liam tak percaya.
"Heum. Udah nggak usah dibahas lagi. Ganti topik aja."ucap Gata menatap Liam.
Liam mendudukan dirinya lagi di kursi. Menatap ke arah jendela yang memperlihatkan langit malam beserta bintang dan bulan.
"Ta...apa lo bisa nepatin janji ini?"tanya Liam masih menatap jendela.
"Eum...apa dulu?"tanya Gata menatap Liam dengan jengkel
"Janji aja bisa nggak?"tanya Liam lagi.
"Iya deh. Gue janji. Apa? Cepet"ucap tak sabar Gata.
"Lo bisa bertahan kan, Ta?"
Gata terdiam mendengar pertanyaan itu.
"A-apa itu janjinya?"tanya Gata menatap ke arah lain."Iya. Itu janjinya. Bisa nggak lo nepatin itu?"ucap Liam lagi.
"Kalo itu...gue nggak janji, Yam"jawab Gata.
"Kenapa? Kenapa nggak bisa?"tanya Liam menatap Gata.
"Ya gue nggak bisa. Lo tau? Rasanya hidup tapi jiwa mati...itu yang gue rasa sekarang. Katanya luka ini akan sembuh dengan sendirinya, cepat atau lambat sakit ini akan hilang....tapi kenapa semakin hari semakin menyakitkan."jelas Gata membalas tatapan Liam itu.
"Gue nggak bisa, Yam. Harus bergelut dengan mental gue dan penyakit gue. Gue capek. Semua nggak adil buat gue. Bukannya gue mau ngeluh....nyatanya ini sakit"
Gata kembali berucap dengan setetes air mata yang jatuh bersamaan.
"Gue emang nggak bisa ngerti apa yang lo rasa sekarang, Ta. Gue juga nggak bisa maksa lo buat bertahan...tapi apa bener-bener nggak bisa buat bertahan sebentar lagi?. Banyak hal yang menurut gua jauh dari ekspektasi, setiap orang diuji dengan cara yang berbeda dan dengan batas kesanggupan yang tidak serupa.....Tuhan tau lo kuat, lo hebat bisa melawan semua yang bikin lo sakit. Jadi, bertahan sedikit lagi tidak ada salahnya bukan?" Liam mengatakan dengan mata yang berembun. Ia tak menyangka dirinya bisa mengatakan ini di depan sahabatnya.
Gata terdiam mendengarkan setiap penggal kata yang keluar dari bibir Liam. Benar memang apa yang dikatakan oleh Liam. Namun, apa ia bisa?.
"Gue nggak tau dan gue berharap bisa hidup lumayan lama dengan penyakit ini."ucap Gata.
Liam mengangguk membenarkan...menghapus air mata yang ingin lolos dari matanya.
"Gue keluar dulu"pamit Liam.
Ia keluar dari ruang rawat Gata....tanpa memberi jeda Gata untuk menjawab.
"Gue tau lo khawatir sama gue, Yam"gumam Gata menatap lurus pintu di depannya.
"Hati gue sakit melihat orang terdekat gue ngasihani gue karena penyakit ini"ucap Gata sembari menyentuh dadanya.
"Gue takut....dunia nggak berpihak pada gue untuk dapet maaf dari ibu. Gue takut Tuhan manggil gue duluan....gue takut jiwa ini akan hilang meninggalkan raga ini."ucap Gata dengan satu tetes air mata yang lolos. Isakan tangis penuh dengan luka terdengar memenuhi ruangan.
Suara tangis itu sangat menyayat hati orang yang mendengarnya. Isakannya memang pelan....namun isakan itu terdengar sangat amat menyedihkan.
<><><><><><><>
Hai
Chapter kali ini sedikit ya hehehe.
Aku lagi nggak punya ide.
Vomentnya ya.
Ketemu besok.
Ramein ya
Papay😆😆
KAMU SEDANG MEMBACA
JIWA YANG MATI || Completed
Roman pour AdolescentsGata Adiwidya-anak hasil perselingkuhan seorang wanita bersama lelaki yang sudah mempunyai keluarga. Setelah anak itu lahir ke dunia, lelaki itu menitipkan anak dari hasil perselingkuhannya kepada istri sahnya, kemudian ia dan ibu kandung dari anak...