6] Untuk Saat Ini

193 10 0
                                    

Kelopak mata itu akhirnya terbuka, Gata mengerjapkan matanya, ia melihat sekeliling ruangannya..kosong batinnya.. Ia tahu ia di rumah sakit.

Suara pintu ruangan berbunyi, Gani masuk. Ia melihat sang kakak sudah sadar. Ia tersenyum kecil. Ia mendekati sang kakak.

"Akhirnya lo bangun kak, bentar gue panggilin dokter dulu"ujar Gani sembari menekan tombol nurse call.

Gata menganggukan kepalannya pelan. Lidahnya kelu untuk sekedar berbicara. Dokter beserta suster masuk ke dalam ruang rawat Gata, segera Gani mundur untuk memberi ruang kepada petugas kesehatan.

"Apa kepala mu masih pusing?"tanya dokter Reno. Ia dokter yang sedari dulu menjabat dokter andalan Gata.

"S-sedikit dok"

"Baiklah, ini sudah tidak apa-apa. Kalau begitu nanti ada suster yang mengantar makanan untukmu Gata, jadi dimakan walau hambar ya, dan jangan lupa diminum obatnya. Setiap dua jam kamu akan diperiksa."jelas dokter Reno.

"Baik dokter"bukan--bukan Gata yang menjawab melainkan adiknya. Sebelum pergi, dokter Reno sempatkan untuk mengelus rambut Gata...ia tersenyum....mengingatkan ia pada anaknya yang sudah meninggal. Anaknya juga pasien penyakit kanker otak.

Alasan Reno menjabat sebagai dokter spesialis kanker ya itu, ingin menyelamatkan manusia yang terkena penyakit seperti anaknya. Itu janjinya kepada Anaknya.

Reno segera keluar ruangan bersama dengan suster. Gani mendekat ke ranjang Gata. Ia duduk dikursi yang disediakan di dekat ranjang Gata.

"Kak, tau nggak sih, gue panik denger kabar lo kayak gini. Gue takut."Gata melihat sorot mata adiknya, ia tahu Gani khawatir pada dirinya. Ia diam sedari tadi sembari mendengarkan adiknya berbicara.

"Gue panik banget, kak. Gue sama bang Valen langsung pergi ke rumah sakit yang dibilang bi Atun. Tau? Gue nunggu lama didepan IGD...nunggu lo satu jam lebih sama Valen. Gue takut lo kenapa-napa. Karena dokter Reno belom keluar dari IGD akhirnya gue memutuskan ngomong sama bi Atun. Gue nyuruh dia pulang, kak."Gani mengeluarkan keluh kesahnya kepada Gata-kakaknya.

"G-gue saat i-tu bener-bener k-ketakutan kak....."lirih Gani. Ia menundukan kepalanya didepan Gata. Gata menarik tangan Gani untuk ia genggam.

"Maafin gue ya, gue bikin kalian semua khawatir. Tenang aja, gue udah nggak papa kok, Ni. Jangan nangis karena gue ya. Jangan"mohon Gata sembari menggelengkan kepalanya pelan. Ia mengusap liquid bening yang keluar dari mata Gani. "Jangan nangis lagi ya, dek"

Gani langsung memeluk Gata, Gata juga menerima pelukan Gani. Ia usap punggung adiknya.

Diluar ruang rawat Gata, Valen dan Liam menyaksikan adegan itu menahan liquid bening yang ingin keluar dari mata mereka.

"Yam, apa Gata nggak bisa sama kita terus ya?"tanya Valen sembari menatap kamar Gata dengan mata yang mengembun.

"Apa sih! Pasti Gata sama kita terus kok! Dia nggak bakal ninggalin kita!"seru Liam menatap tajam Valen disebelahnya. Sebenarnya ia sama takutnya dengan Valen, tetapi ia hilangkan pikiran kotor itu.

"Tap-"

"Udah! Mending kita masuk ke dalam"suara Liam menghentikan perkataan Valen. Valen menganggukan kepalanya. Segera mereka memasuki ruang rawat Gata.

Gani yang menyadari kedatangan Valen dan Liam melepaskan pelukannya. Gani tersenyum kepada Liam dan Valen. Sama halnya dengan Gata, ia menyambut Liam dan Valen dengan senyum giginya...membuat Liam dan Valen tersenyum sendu.

'Lo masih bisa-bisanya senyum, Ta. Senyum lo manis banget...jangan sampai kita semua kehilangan senyum manis lo, walau itu palsu' batin Valen sedih

JIWA YANG MATI || CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang