16

359 23 8
                                    

Kini Alea mengurung dirinya dikamar setelah kepergian keluarga Kyai Rahman.Ia hanya diam di sisi kamar dengan pikiran yang kacau.Apakah pilihannya menerima lamaran Rafa adalah hal yang tepat atau hanya karena ia terbawa emosi dan mengiyakan ucapan kedua orangtuanya.

Alea memejamkan matanya ia ingat betul awal ia bertemu dengan Rafa adalah hanya karena sebuah kebetulan tapi ternyata kebetulan itu terus saja terulang.Lebih parahnya lagi Rafa adalah kakak dari Aryan seseorang yang belakangan ini hadir di kehidupanya dan mengajarkan Alea tentang cara mengikhlaskan.

"Kenapa seolah-olah takdir mempermainkan gua,menjebak gua di situasi yang sama sekali gak gua suka"

Kali ini Alea merasa bahwa dunia ini benar-benar tak adil denganya.Alea punya rencana banyak dengan hidupnya namun ternyata Allah punya rencana lain untuk kehidupannya.

Tiba-tiba Alea ingat sebuah kata,kata yang membuatnya tersadar akan satu hal.

"Al belum tentu yang kita inginkan itu baik untuk kita,tapi lu harus percaya apa yang Allah kasi buat kita itu pasti yang terbaik untuk lu"

Alea ingat kata-kata itu,Kata-kata yang diucapkan Aryan ketika ia masih menangisi Arga.Entah mengapa bagi Alea setiap kata-kata yang keluar dari mulut Aryan kini seperti penenang bagi dirinya.

Aryan juga bilang kepada Alea bahwa apapun yang terjadi pada kita itu adalah kehendak dari Allah,tapi satu hal yang manusia bisa lakukan yaitu berusaha.Namun kini Alea bingung apa yang harus ia lakukan agar perjodohan ini batal karena percuma jika sebuah pernikahan terlaksana karena sebuah paksaan.

Mungkin bagi perempuan lain menikahi Rafa adalah sebuah keberuntungan walaupun dengan satu kekurangan Rafa.Tapi bagi Alea ini semua adalah suatu hal yang tak pernah ia inginkan.

"Apa gua minta saran aja ke Saras"

Alea mengambil handphonenya yang berada di atas meja belajar.

𝐒𝐚𝐫𝐚𝐳𝐳𝐳𝐳 𝐁𝐚𝐰𝐞𝐥

𝚁𝚊𝚜 𝚕𝚞 𝚜𝚒𝚋𝚞𝚔 𝚗𝚐𝚐𝚊,𝚐𝚞𝚊 𝚙𝚒𝚗𝚐𝚒𝚗 𝚔𝚎 𝚛𝚞𝚖𝚊𝚑 𝚕𝚞

𝙽𝚐𝚐𝚊 𝚜𝚒 𝚝𝚊𝚙𝚒 𝚒𝚗𝚒 𝚞𝚍𝚊𝚑
𝚖𝚊𝚕𝚊𝚖 𝚋𝚊𝚗𝚐𝚔𝚎 𝚗𝚝𝚊𝚛 𝚋𝚘𝚢𝚘𝚔
𝚕𝚞 𝚖𝚊𝚛𝚊𝚑"𝚕𝚊𝚐𝚒

𝙶𝚊𝚖𝚙𝚊𝚗𝚐,𝚐𝚞𝚊 𝚘𝚝𝚠 𝚛𝚞𝚖𝚊𝚑 𝚕𝚞


𝙾𝚔𝚎𝚢 𝚊𝚝𝚒 "𝚞𝚍𝚊𝚑 𝚖𝚊𝚕𝚎𝚖

Alea langsung bersiap-siap ia mengganti bajunya dengan switer oversize berwarna hitam ,celana kulot berwarna senada dan krudung bergo berwarna abu-abu.Malam ini Alea ingin menginap di rumah Sarah walaupun ia tau pasti ke dua orang tuanya akan melarangnya.


🌼

"Mau kemana kamu malam-malam Alea?" Tanya Ali yang kebetulan habis mengambil air di dapur.

"Mau ke rumah Saras"jawab Alea dengan sedikit ketus.

"Ini udah malam lo udah hampir jam 11,besok saja ke rumah Saras"

Alea tak mengubris ucapan sang papa ia langsung mengambil kunci motor yang di taruh di gantung dekat dapur.Ali tau pasti kini putrinya itu sedang marah tapi ia tak akan mengizinkan Alea keluar malam-malam.

"Lea kamu bukan anak kecil lagi pahamkan kalau di jam-jam segini jalanan tu rawan"

Alea menghentikan langkahnya,kalau Alea bukan anak kecil harusnya ia berhak memutuskan jalan hidupnya sendiri.

"Alea memang bukan anak kecil lagi pah dan seharusnya Alea bisa memutuskan kehidupan Alea sendiri pah bukan semuanya papa atau bunda"

Alea berusaha untuk tidak meneteskan air matanya.Ia tak berniat mengucapkan itu semua tapi entah mengapa unek-unek dalam hatinya ingin begitu saja ia keluarkan.

Ali terdiam,jujur ia juga tidak ingin Alea menikah untuk sekarang ini tapi keadaan memaksanya untuk mempercepat perjodohan Rafa dengan Alea.

"Papa tau lea pernah berharap bahwa Lea akan menikahi pria yang Alea cintai pah tapi sayangnya itu hanya sebuah hayalan"

"Percuma juga bilang ke papah karena papah bukan lagi sosok yang Lea kenal" Ucapnya dan langsung meninggalkan Ali.

Raisa yang berniat menyusul Ali ke dapur pun ikut mendengar percakapan antara ayah dan anak tersebut.

"Pah Alea mau kemana itu?" Tanyanya sambil berjalan menuju Ali.

"Ke Saras bun,aku mau buntutin Lea dulu mau mastin dia aman sampe ke rumah Saras udah malem soalnya"

"Iya pah hati-hati ya"

Ali mengangguk ia kemudian mengambil kunci mobil dan langsung bergegas membuntuti Alea yang baru saja keluar dari rumah.


🌼


Alea menaiki montor vespanya dengan kecepatan yang cukup tinggi,dan itu membuat Ali yang membuntutinya khawatir.Alea juga sama dengan kebanyakan orang ketika ia memiliki banyak pikiran ia kan pergi dengan motornya entah itu ke mana dan tentunya dengan monolognya sendiri yang disertai tangisan.

Bagi Alea menangis sambil naik motor adalah hal yang menenangkan karena tidak akan ada orang yang fokus pada kita.Apalagi naik motor dengan kencang sambil mengeluarkan unek-unek dalam hati yang telah kita tahan selama ini.

Alea tak sadar bahwa Papanya membuntuti dirinya,karena ia juga berfikir bahwa orang tuanya akan bodoamat dengan dirinya.

"Pah,bun Lea rindu jadi putri kecil kalian" Ucap Alea dalam hati.

Tak berselang lama Alea sudah sampai di rumah Saras,Rumah sederhana namun bagi Alea sangat nyaman.Ali memberhentikan mobilnya sedikit jauh dari rumah teman sang anak,ia lega Alea baik-baik saja di jalan dan tidak berbohong bahwa akan ke rumah Saras.

"Maafkan papa ya Al,papa tau perjodohan ini membuat hubungan papa sama kamu seperti terbentengi tapi ini yang terbaik"

Ali sangat menyayangi Alea,Alea putrinya akan selalu menjadi putri kecilnya.Andai saja Alea tau alasan perjodohanya dilakukan mungkin ia kan memaklumi dirinya.












Jangan lupa vote ny ya

Jangan bosen-bosen baca ceritanya🙈

Assalamu'alaikum 🖤


Hallo Gus Ceo KuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang