Gelap, semua gelap. Tubuhnya sangat sakit. Dimana dia sekarang? Apakah ia sudah pergi ke alam baka?
Pikiran Sheri melayang kemana-mana. Tapi kemudian ia merasakan tempat ia berbaring sangat nyaman, seperti berada di atas matras tempat tidur yang nyaman. Bukan lagi jalanan kotor dan keras, juga bukan papan kayu milik kereta bangsawan gila yang memberinya racun. Kali ini tempatnya tidur benar-benar nyaman.
Saking nyamannya, Sheri tidak ingin bangun. Namun ia harus membuka matanya untuk melihat apa yang terjadi.
Perlahan, ia membuka mata.
Langit-langit bernuansa warna putih bersih, melirik sedikit, ada meja dengan tempat lilin di sana, serta seorang perempuan cantik berpakaian seperti pendeta wanita dengan bordiran benang emas lambang kuil Sanctuary dan lambang dewa yang dipuja.
Pendeta wanita itu memejamkan matanya. Rambut coklatnya tergerai indah, wajahnya mempesona nan cantik, dan dia terlihat sangat berwibawa meski tengah terlelap.
"Azura?" lirih Sheri. Matanya terbelak tidak percaya.
Aku bertemu pemeran utama wanita!
Tidak salah lagi, perempuan di depannya pastilah Azura. Hanya dia satu-satunya karakter yang Sheri tulis dengan dua tahi lalat di bawah mata kirinya untuk membuatnya tampak manis. Dia seketika terpana dengan mahakaryanya satu ini.
Karena dia sangat cantik!
Sheri bahkan bisa melihat wajah itu untuk selamanya! Dia sangat menyukai realitas dari penggambaran karakter yang hanya mampu ia bayangkan! Ternyata saat melihat langsung, dia benar-benar cantik dan sempurna.
Mengagumi seseorang itu wajar, tetapi sepertinya Sheri lupa batasan sehingga ia pun menatap lekat-lekat wajah itu tanpa berkedip sampai matanya berair. Dan si pemilik wajah cantik itu merasa ada yang menatapnya dalam. Dia pun membuka matanya.
Mata mereka bertemu.
"Oh, saudari! Bagaimana keadaanmu?" Azura meraihnya, memegang tangan Sheri untuk memastikan keadaannya.
"Cantik..."
"Eh?"
"Eh? Eh bukan apa-apa! Aku merasa sangat baik, apakah kamu yang menolongku?"
Sheri terpana melihat mata biru Azura sampai ia dengan bodohnya melewatkan panggilannya. Ia sudah bisa memastikan 100% bahwa perempuan ini adalah Azura Freya, pemeran utama wanita di dalam novel! Sheri sangat bahagia!
"Benar, saudari tidak sadarkan diri dengan luka sangat parah di depan pintu masuk kuil utama. Saya, Azura, sebagai pendeta wanita mewakili kuil untuk meminta maaf kepada saudari atas perilaku tidak pantas yang dilakukan oleh ksatria penjaga."
Mengingat kembali, Sheri perlahan ingat apa yang sebenarnya terjadi. Ia telah menempuh perjalanan selama 10 hari demi menghilangkan racun dari dalam tubuhnya. Pada saat akhirnya ia sampai di kuil Sanctuary, dua penjaga pintu masuk kuil utama menghentikannya karena sedang ada upacara Pemberian Berkat kepada Duke of Ante.
Sheri geram, dia marah dengan diskriminasi yang ia dapatkan sehingga energi negatif menguasai dirinya. Dia yang sudah berada di ambang kematian seketika jatuh kesakitan. Beruntung pada saat ia hampir kehilangan kesadaran, seseorang menghampirinya.
Jika ini berdasarkan alur cerita, Sheri ingat dengan samar bahwasanya keberadaan Kyree di kuil Sanctuary bukan sebuah kebetulan. Sejak ledakan Calamity di pusat kota, Kyree menjadi gila. Dia berjalan dari Ante menuju ibukota Alexandria dengan bersimbah darah korban dari ledakannya.
Di depan gerbang, dia bertemu dengan Azura yang pada saat itu sedang menyiram tanaman bunga. Itulah pertemuan pertama mereka.
Azura yang baik hati segera membawa laki-laki malang tersebut dan mengobatinya. Keesokan harinya, ia membantu Kyree dalam upacara Pemberian Berkat. Dimana pada saat itu, Kyree merasa kehangatan untuk pertama kalinya. Dan dia mendambakan kehangatan itu bagai candu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Calamity's Obsession ✓
Romance"Jika ingin aku menyelesaikan novelnya, setidaknya kutuk aku menjadi pemeran utama! Mengapa aku harus menjadi tokoh figuran yang ditakdirkan mati pada bab pembukaan!" Sheriana Sirius, seorang penulis web-novel yang dikutuk oleh pembacanya karena tid...