Sheri berlari sekuat tenaga, masuk jauh ke dalam hutan istana. Posisi istana utama berdekatan dengan hutan tempat berburu kaisar. Meski hutannya tidak luas, itu cukup untuk membuat Sheri menyembunyikan keberadaannya sementara.
Kakinya perih, tetapi rasa berdebar untuk keselamatan hidupnya lebih besar. Dia terus berlari masuk, menggenggam lentera yang masih menyala terang. Dia ingin sekali mematikan lentera itu agar tidak menarik perhatian, namun sepertinya itu sia-sia.
Lentera miliknya memiliki sedikit kekuatan suci yang secara otomatis menyembuhkan tubuhnya saat ia terluka. Ada keuntungan dan kerugian dalam setiap hal.
Dia hanya bisa berlari demi hidupnya, berlari dan terus berlari. Sampai tiba-tiba saja, suara kemerisik makhluk hidup terdengar telinganya. Bulu kuduk Sheri langsung berdiri, tanda ia dalam bahaya. Dia merasakan bahaya yang nyata, ia harus segera menemukan tempat aman.
"Ada cahaya disana! Tangkap dia!"
"Kesana! Arah sana!"
"Jangan biarkan dia kabur!"
Suara prajurit yang mengejarnya membuat wajah Sheri semakin pucat. Dia berlari, terus berlari. Apapun yang terjadi, apapun yang ada di depannya. Kepalanya mulai terasa pusing, tubuhnya menggigil dingin.
Sampai tiba-tiba saja seseorang menarik tangannya.
Tercekat, Sheri hampir menendang orang tersebut, tetapi setelah melihat orang yang menarik tangannya adalah seorang laki-laki berpakaian serba hitam dengan penutup wajah dan mata Amber, Sheri mengurungkan niatnya.
Tubuhnya terasa ringan, laki-laki itu menggendongnya, kemudian ia melompat, meninggalkan hutan dengan langkah cepat dan aura kegelapan menyelimuti, aura seorang Swordmaster untuk meminimalisir jejaknya.
Sheri tidak tahu lagi. Dia bingung, takut, khawatir, panik, terkejut, emosi bercampur aduk di dalam hatinya. Yang mana dulu yang harus ia khawatirkan ...
Sheri tidak tahu. Segalanya berjalan begitu cepatnya. Dia terlalu lah dan goyah.Tanpa sadar, ia memejamkan matanya seraya memeluk erat lentera di tangannya. Membiarkan tubuhnya dibawa kemana yang diinginkan oleh penyelamatnya.
~×~
Mereka sampai di tempat tujuan. Sheri membuka matanya. Dia turun dari gendongan dengan kaki bergetar hebat. Ia mendongak, melihat kemerlap lampu kota dan taburan bintang di langit sana.
Dimana ia sekarang?
Dimanapun tidak masalah asal aman. Dan jika diamati lebih teliti, sepertinya mereka berada di tepi tebing gunung tertinggi di Alexandria dengan pemandangan kota di bawah dan bulan menggantung di langit.
Pemandangan yang indah jika dinikmati dalam suasana santai atau romantis. Namun jika dilihat dari situasi saat ini, sangat terlihat jelas bahwa situasinya sangat rumit.
"Terimakasih sudah datang, Kyree," ucap Sheri lirih.
Kyree tak menjawab. Dia bersedekap tangan, gaya seolah ia sedang mengamati gadis di depannya.
Termenung, terdiam sejenak, Sheri menghela nafas dalam-dalam. Pakaiannya sangat berantakan dan sedikit basah. Tubuhnya kotor serta kakinya terluka, hampir sama saat pertamakali ia bertransmigrasi ke dunia ini. Kondisinya sangat menyedihkan.
Terlahir kembali sebagai gelandangan jalanan, hidup Sheri tak begitu indah. Kemudian ketika ia baru saja mendapatkan tempat yang layak nan nyaman, ia harus membayar harga tersebut dengan menjadi boneka seseorang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Calamity's Obsession ✓
Roman d'amour"Jika ingin aku menyelesaikan novelnya, setidaknya kutuk aku menjadi pemeran utama! Mengapa aku harus menjadi tokoh figuran yang ditakdirkan mati pada bab pembukaan!" Sheriana Sirius, seorang penulis web-novel yang dikutuk oleh pembacanya karena tid...