[EXTRA 1] Kyree Maximilian

14.8K 1.1K 24
                                    

Salju menenggelamkan kekaisaran Alexandria dalam balutan warna putih bersih, cantik elok nan rupawan. Keindahan dari pantulan butiran kristal tersebut sangat mencolok, memikat mata siapapun bagai cakrawala dunia.

Di sana, di belakang sebuah bangunan dengan nuansa merah bermandikan cahaya lilin dan lentera. Rumah itu terlihat sangat mencolok dari luar. Terlihat hangat dengan bau semerbak wewangian dan harum bedak menjadi bau utama setiap kali melewati rumah tersebut. Seorang anak laki-laki tengah terdiam sendiri memeluk lututnya.

Suara tawa riang dan kegembiraan terdengar dari dalam rumah, menyembunyikan segala kesedihan dan kesunyian yang dialami oleh sang anak. Dia terdiam, jemari tangannya dipenuhi oleh lumpur dan darah, tampak baru dan sangat menyakitkan, seolah ia baru saja menggali sesuatu sampai tangannya terluka.

Anak itu berambut hitam pekat seperti malam dan matanya menyala terang bagai emas murni. Sangat elok rupawan, namun tidak dengan ekspresi wajah datarnya. Ekspresi itu seakan ingin menandingi dinginnya salju turun di kota ini.

Menikmati keheningan dalam kesendirian, di lehernya menggantung kalung dengan liontin berupa sigil emas, tampak mewah dan mahal. Ditinjau dari pakaiannya, ia mengenakan pakaian biasa, bukan pakaian mewah seorang anak bangsawan. Ditambah dengan penampilannya yang cukup tak terawat, sepertinya dia bukan orang penting.

Tatapan matanya kosong, melamun dalam sunyi dan kesendirian, membiarkan tubuhnya dikikis habis oleh hawa dingin.

"Wah! Ini masih bisa dipakai!"

Telinganya mendengar jerit teriakan bahagia seolah telah menemukan harta karun. Anak laki-laki itu tak mengindahkan teriakan yang didengarnya, ia memilih untuk kembali merenung.

"Ini sangat hangat! Dan apa ini?! Bedak?! Woah! Bedak!"

Dua kali jeritan, masih bisa ditoleransi.

"Sepatu??!! Ini sepatu mahal! Ah ini tidak akan muat, tapi bawa saja deh!"

Tiga kali jeritan, rasanya sangat menganggu.

"Woahhh!!! Pakaian??!!! Ini bisa aku pakai!!!"

Empat kali.

Cukup, sudah cukup.

Dia beranjak berdiri dengan emosi sampai di ujung tanduknya, hendak pergi memarahi pemilik jeritan melengking seperti orang kampungan itu! Tapi sebelum melangkah, tiba-tiba saja seorang anak perempuan lewat di depannya.

Anak itu mengenakan pakaian nyentrik kebesaran dengan wajah lusuh penuh debu yang ditimbun oleh bedak, kemudian kaki kecilnya mengenakan sepatu hak tinggi kebesaran, dan di tangannya memegang selimut besar bermotif bunga matahari yang mencolok.

"Eh? Permisi," ucap sang bocah seraya tersenyum dan melewatinya.

Tampilannya aneh dan nyentrik! Dia akan jadi bahan gunjingan orang-orang yang melihatnya dengan penampilan seperti itu!

"Hei berhenti!" teriak sang anak laki-laki. Dia pun lantas menghampiri bocah cilik tak tahu malu itu dan menarik kerah belakang bajunya, menjinjing anak kecil itu dengan satu tangannya.

"Eh? Aku terbang?" ucap sang bocah ketika merasa kakinya tak menapak tanah. Ia menoleh, melihat anak laki-laki yang tampak lebih tua darinya sedang mencengkeram kerah belakangnya dengan ekspresi marah menakutkan. "Hei! Lepaskan aku!"

"Mau kemana kamu dengan dandanan nyentrik itu?! Kembalikan!"

"Tidak!" bocah cilik itu menggeleng seraya mencengkeram erat selimut di tangannya. "Selimut ini masih bagus! A-aku tidak mencuri kok! Adikku bilang kalau barang yang sudah dibuang kemudian kita memungutnya kembali, itu bukan mencuri namanya!"

Calamity's Obsession ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang