30. Pembicaraan Mereka

18K 2.2K 128
                                    

Setelah mandi, Kyree menggendong Sheri kembali ke kamar, mengeringkan tubuhnya dengan handuk, kemudian memakaikan jubah tidur miliknya yang jelas kebesaran untuk ukuran tubuh Sheri. Kyree juga mengoleskan salep luka untuk mengobati bekas cinta yang ia tinggalkan di sekujur tubuh perempuan ini.

Sheri sendiri sangat tenang dan pasrah saja dengan semua tindakan Kyree kepadanya. Ia memilih untuk melanjutkan bercerita selagi mulutnya masih bisa berbicara.

"Aku ingat hari itu aku selesai belajar. Alaric menemuiku di pintu keluar. Ia mengajakku jalan-jalan sambil berbincang-bincang. Tiba-tiba saja dia menarikku masuk kedalam sebuah ruangan rahasia di belakang kuil. Disana aku menemukan banyak orang-orang dari masa laluku tengah dikurung dan disiksa."

Tanpa menunggu Kyree bertanya, Sheri sadar bahwa Kyree belum mengetahui hubungannya dengan Alaric. Ia pun sontak bercerita.

"Oh, tentang aku dan Alaric, kami pernah bertemu saat aku masih di Romana. Dia memiliki adik bernama Azura yang dibawa ke kuil Sanctuary saat ia masih kecil. Alaric berusaha pergi ke kuil Sanctuary untuk menemui adiknya, namun ia begitu lemah dan tidak tahu cara bertahan hidup."

Cerita Sheri agak panjang mengenai pertemuannya dengan Alaric. Mulai dari dia mencuri roti sampai dengan hari dimana ketika mereka berdua hendak berangkat ke kuil Sanctuary, sekelompok bandit menghalang jalan mereka sehingga Sheri terpaksa harus berkorban dan setelah itu ia pergi ke Ante untuk melanjutkan hidup.

"Dan ya, setelah kamu meracuniku, aku pergi ke kuil dan bertemu dengan Azura, adik Alaric. Disanalah aku bertemu kembali dengan Alaric yang baru saja diangkat menjadi Pendeta Agung."

Kyree tidak terlalu tertarik sehingga ia hanya menjawab dengan hm ringan. Sheri pun kembali melanjutkan ceritanya.

"Kembali ke cerita. Singkatnya, aku melihat kurungan itu memiliki lambang putera mahkota. Alaric tampak gila seperti dia dipengaruhi oleh sesuatu. Dia terus menerus menyebut tentang merebut inti kekuatanmu, seakan dia terobsesi untuk mendapatkannya. Kemudian saat aku berada di genggaman putera mahkota, syarat yang dia berikan kepadaku pun tentang merenggut inti kekuatanmu. Mereka berdua bekerjasama untuk mendapatkan itu."

Tampaknya Kyree tidak begitu memperhatikan ceritanya dari awal sampai akhir. Sheri merasa terabaikan dan ia tidak suka, ia pun berbalik, menyundul dagu Kyree dengan wajah cemberut, kesal.

"Kamu mendengarkanku tidak sih?"

"Aku mendengarkan," jawab Kyree seraya tersenyum. Ia pun menarik tubuh Sheri dan memeluknya. "Lantas apa yang bisa ku lakukan meski mengetahui kebenaran ini?"

Sheri pun terdiam. Itu benar. Lantas apa yang akan Kyree lakukan setelah mengetahui kebenarannya?
Sejak awal ia sudah menjadi objek kebencian dan dendam, tidak terhitung berapa banyak orang yang menginginkan kematiannya. Dia sudah terbiasa dengan adanya ancaman, dan itu tak sekalipun membuat Kyree gentar.

Dalam pelukan itu, Sheri mendengar detak jantung yang hangat, pelan dan sangat tenang.
Orang ini hidup, dia hidup dan merasa.

"Kyree... Kamu tahu bahwa inti kekuatanmu itu seperti rantai yang menahan Calamity. Jika kamu kehilangan inti itu, Calamity akan muncul ke dunia ini dan membuat kekacauan," ucap Sheri lirih.

Mengatupkan bibirnya, Kyree sedikit menggertak. "Mengapa? Mengapa harus aku? Mengapa harus aku yang menjadi wadah Calamity? Apa salahku?"

Kamu tidak salah... Aku yang salah. Aku yang menulis tentang takdirmu. Ketika semua ini menjadi nyata, aku tak kuasa merasa bersalah kepadamu...

"Kamu tidak salah, dunia memang tempat yang tidak adil. Tetapi, dengan adanya Calamity dalam dirimu, mengarahkanmu untuk bertemu denganku. Kita bertemu, karena kamu adalah wadah Calamity."

Calamity's Obsession ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang